Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Disebut 'Cinta' China, Luhut Geram: Emang Kita Bodoh Apa?

        Disebut 'Cinta' China, Luhut Geram: Emang Kita Bodoh Apa? Kredit Foto: Instagram/Luhut Binsar Pandjaitan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, masih geram karena pemerintah dianggap sangat terbuka terhadap China. Dia menegaskan pemerintah tidak akan gegabah menjual aset negara ke negara lain.

        Hal ini dia utarakan saat membahas mengenai program hilirisasi industri yang tengah banyak dilakukan pemerintah di Indonesia bagian timur, dalam CEO & Leadership Summit 2021 yang digelar secara virtual, Rabu, 7 April 2021.

        Baca Juga: Luhut Dorong Kolaborasi di Food Estate Libatkan Kementan, PUPR, dan Peneliti

        Secara umum, dia menekankan, program ini memang dibuka untuk investor dari mana saja termasuk Indonesia. Namun, pembukaan ini dilakukan secara bertahap agar pembangunan berbagai industri dengan teknologi tinggi bisa masuk ke Indonesia.

        "Ini semua proses, ada yang kritik ini mau China saja, tidak benar itu, emang kita bodoh apa, tidak. Tapi, kita lakukan secara bertahap supaya itu bisa jalan jadi kita buka," ungkap dia.

        Dia pun meminta kepada para pengkritik maupun masyarakat secara umum melihat langsung progres hilirisasi industri di kawasan Indonesia Timur. Tujuannya supaya diungkap kebenaran di balik isu bahwa banyak aksi demonstrasi penolakan pekerja China.

        "Ke sana lihat sekali-sekali apa yang terjadi di sana. Ada orang yang masih kirim video ini demo di sana padahal orang lagi direkrut untuk jadi pegawai di sana, misal di Konawe," ucap Luhut.

        Luhut menekankan, dengan adanya program hiliriasasi industri, kini Indonesia tidak lagi melakukan ekspor komoditas-komoditas mentah, khususnya di sektor pertambangan. Akibatnya, ekspor Indonesia kini melejit.

        Dia mencontohkan, komoditas nikel. Sejak dilarang ekspor bijih mentah, kini hasil produksinya telah membuat ekspor besi dan baja Indonesia menjadi barang dominan penunjang ekspor secara keseluruhan.

        "Dan menolong ekonomi kita tahun lalu karena ekspor kita US$10,8 miliar hanya dari besi baja saja, nomor tiga setelah minyak mentah, dan lemak nabati atau hewani, ini dalam waktu 5 tahun sudah begini nilai tambahnya," katanya.

        Akibat keberhasilan Indonesia yang sudah mampu mengelola dengan baik Sumber Daya Alamnya (SDA), Luhut mengklaim Indonesia sudah dianggap menjadi pemain kunci. Bahkan, China mengenakan bea masuk anti dumping untuk produk Indonesia.

        "Sekarang kita malah dikenakan anti dumping oleh China. Bayangkan, berarti biaya kita lebih murah jauh. Jadi kita negara yang jadi betul-betul istimewa, nah kita akan masuk ke green product," ungkapnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: