Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tolak Wacana Presiden 3 Periode, Indonesia Tak Pernah Kekurangan Stok Pemimpin untuk 2024

        Tolak Wacana Presiden 3 Periode, Indonesia Tak Pernah Kekurangan Stok Pemimpin untuk 2024 Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Indonesia memiliki banyak tokoh potensial yang dapat menjadi pemimpin negeri ini pada Pemilu Presiden 2024 mendatang. Hal tersebut terungkap pada hasil survei terbaru mengenai calon pemimpin 2024 yang diselenggarakan oleh Lembaga Survei KedaiKOPI pada akhir Maret hingga awal April lalu.

        Hasil survei tersebut menyebutkan, setidaknya lebih dari 50 nama calon pemimpin yang layak meneruskan tongkat estafet Kepresidenan Indonesia setelah era Presiden Joko Widodo berakhir di 2024 nanti.

        Baca Juga: Tegas! Megawati Tolak Presiden 3 Periode, Maunya Mbak Puan Gantiin Jokowi

        Direktur Lembaga Survei KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo mengatakan, banyaknya nama yang muncul di dalam survei ini merupakan cerminan dari masyarakat bahwa Indonesia tidak pernah kekurangan stok pemimpin.

        "Hal ini merupakan hal yang positif untuk masyarakat karena semakin banyak pilihan maka semakin banyak gagasan dan ide positif yang ditawarkan kepada masyarakat," ujarnya dalam diskusi virtual, Senin (12/4).

        Dalam survei ini, dalam kategori tokoh non-parpol, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti melenggang jauh dari yang lain dengan elektabilitas 30,9 persen.

        Kemudian diikuti oleh Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo dengan 14,1 persen, mantan Ketua KPK Abraham Samad 14,0 persen, serta Sekjen PMI, Sudirman Said 8 persen.

        Selanjutnya, untuk tokoh parpol, nama Ketua Umum Golkar yang juga Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto meraih elektabilitas tertinggi dengan 17,6 persen. Sedangkan tokoh partai di luar pemerintahan terdapat nama Presiden PKS, Ahmad Syaikhu dengan nilai 8,3 persen. 

        Untuk nama tokoh oposisi, kembali nama Gatot Nurmantyo mencuat, kali ini bersama dengan Rocky Gerung di posisi teratas di angka yang sama, yakni 13,7 persenz disusul Mantan Menko Maritim, Rizal Ramli 12,6 persen, Ahli Hukum, Refly Harun 12,4 persen, Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera 11,6 persenz dan Mantan Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsudin 7,9 persen.

        Sedangkan untuk tokoh anti korupsi, nama-nama didominasi oleh mereka yang berkecimpung di KPK seperti Novel Baswedan dengan 27,1 persen, Firli Bahuri 8,8 persen, dan Abraham Samad 5,5 persen.

        Hanya Sudirman Said yang tidak pernah berkecimpung di KPK yang mencuat di kategori tokoh anti korupsi dengan angka 9,0 persen.

        Sementara untuk tokoh yang memiliki latar belakang ekonom, mantan Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mendapatkan angka tertinggi dengan 18,3 persen, disusul Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri 18,2 persen, Rizal Ramli sebesar 17,1 persen, dan Gubernur BI saat ini, Perry Warjiyo sebesar 8,0 persen.

        Dalam peluncuran survei tersebut, pendiri KedaiKOPI Hendri Satrio menyebut hasil survei ini sebagai perlawanan terhadap wacana presiden tiga periode. Menurutnya, survei ini menyajikan kandidat alternatif untuk 2024.

        Hendri berkata, KedaiKOPI tidak membatasi jumlah kandidat yang bisa dipilih responden. Bahkan, ia menyebut nama calon presiden yang dijaring mencapai 500 orang pada Oktober 2020. Lalu, jumlah itu dikerucutkan menjadi 90 orang pada survei bulan ini.

        "Ini kabar baik buat Indonesia. Nggak perlu takut isu tiga periode. Banyak pemimpin di Indonesia, enggak akan kurang. Kita nggak harus memilih yang itu-itu saja," tutur Hensat, sapaan akrabnya.

        Dia meyakini, Presiden Jokowi tidak akan menyetujui wacana masa jabatan tiga periode tersebut. "Kita-kita ini banyak yang nggak setuju pasti wacana presiden tiga periode. Saya juga yakin pak jokowi nggak setuju karena 'Jokowi adalah kita'. Mudah-mudahan itu belum berubah," harapnya.

        Selain tokoh-tokoh tadi, Hensat juga menyatakan, masih banyak kepala daerah yang berpotensi di 2024 selain Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

        "Kita juga tidak boleh melupakan kepala daerah yang berasal dari Indonesia Timur yang selama ini terlupakan oleh publik padahal memiliki potensi besar seperti Gubernur Nusa Tenggara Barat, Zulkieflimansyah contohnya," beber Hensat.

        Sementara Anggota Komisi VII DPR-RI dari Fraksi Golkar Maman Abdurrahman mengungkapkan, munculnya nama-nama di luar parpol seperti Susi Pudjiastuti dan Sudirman Said merupakan keinginan publik untuk memiliki pemimpin seperti mereka. "Kita tidak boleh menegasikan itu meski mereka bukan berasal dari partai politik," ujarnya.

        Meski banyaknya nama tokoh non-parpol yang muncul dari masyarakat, tidak bisa dipungkiri peran parpol masih begitu besar sebagai penggerak utama dari sistem politik itu sendiri.

        "Jika sudah terpilih presidennya tetapi tidak didukung dengan sistem politik yang baik, tidak didukung kesiapan masyarakat yang baik, maka kita khawatir Indonesia justru akan kehilangan arah” ujar Ledia Hanifa, Sekretaris Fraksi PKS DPR-RI.

        Sementara Adhie Massardi menekankan pentingnya pelibatan masyarakat di dalam pencarian pemimpin untuk negeri ini. Terlebih, peraturan yang ada hanya memperbolehkan maju sebagai capres hanya melalui partai politik saja.

        "Parpol harus melibatkan masyarakat dan melihat permasalahan yang ada di dalam masyarakat dalam menentukan calon yang akan dinaikkan," tuturnya.

        Survei Calon Pemimpin 2024 diselenggarakan pada tanggal 29 Maret-4 April 2021 dengan menggunakan telepon (telesurvei) kepada 1260 responden yang berada di 34 provinsi.

        Responden survei berasal dari panel survei Lembaga Survei KedaiKOPI dari Maret 2018-Maret 2021 yang berjumlah 8538 orang. Dengan demikian, tingkat respons (response rate) telesurvei adalah sebesar 14,76 persen.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: