Saksi Sejarah, Steven Rumangkang Ungkap Cerita Logo dan Bendera Demokrat Tercipta, Ternyata SBY...
Pendiri Partai Demokrat Steven Rumangkang menegaskan, ide dan gagasan ihwal logo/lambang dan bendera Partai Demokrat memang datang dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dalam proses pengerjaannya kata dia, SBY dibantu Pendiri Partai Demokrat Nomor 30 Ifan Pioh, dan Vence Rumangkang, yang juga pendiri Partai Demokrat.
Baca Juga: KLB Moeldoko Ditolak Pemerintah, Harusnya Polemik Partai Demokrat Harusnya Berakhir, Tapi...
Steven menegaskan, tahu sejarah lambang dan pembuatan bendera Partai Demokrat karena dirinya dan mendiang ayah (Vence Rumangkang) terlibat langsung dalam pembuatan desain tersebut.
"Saya membuat serta menyempurnakan semua arahan dari Bapak SBY dalam bentuk teknis visual, sehingga terbentuk 'bintang segi tiga merah putih' dengan latar belakang warna dasar biru dan biru muda serta tulisan Partai Demokrat di bawahnya, seperti yang digunakan saat ini,” ungkap Mantan suami artis Angel Karamoy ini menjelaskan dalam keterangan persnya, Rabu (14/4/2021).
Steven mengaku, turun tangan langsung dalam kerja desain grafis, dan sering berdiskusi dengan Vence Rumangkang untuk menterjemahkan ide dari SBY.
“Beliau meminta agar logo partai dibuat seperti 'bintang tiga’, pucuk atasnya menyimbolkan Nasionalis-Religius, kaki pertama mewakili Humanisme dan kaki kedua mewakili Pluralisme,” paparnya.
Agar tercipta logo Partai Demokrat yang genuine dan tidak menyerupai logo tertentu yang sudah ada, Steven memutuskan menggunakan Adobe Illustrator & Photoshop dan memakai font Times New Roman yang tersedia pada semua komputer.
Tujuannya untuk memudahkan bagi pengurus daerah saat mencetak logo tersebut.
Diceritakan, saat pertama kali didaftarkan ke Menteri Hukum dan Ham (Menkumham), logo bintang segi tiga milik Partai Demokrat itu masih dibingkai segi lima dasar hitam yang juga merepresentasikan Pancasila. Namun, menjelang Deklarasi 2002, SBY merasa lambang dan pilihan warnanya masih belum optimal.
“Agar logo Bintang Segitiga terlihat lebih dinamis, bingkai segi lima dihapus,” ujar Steven.
Adapun tulisan Partai Demokrat, diletakkan di bawah logo Bintang Segitiga tanpa blok warna putih, dengan pilihan font Times New Roman dengan format huruf besar semua.
Warnapun mengalami perubahan. "Pak SBY juga memerintahkan untuk memasukkan unsur warna biru Pasukan Penjaga Perdamaian Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Kita tahu Pak SBY pernah bertugas sebagai Chief Military Observer di United Nation’s Peacekeeper Forces di Bosnia Herzegovina (1995-1996). Pak SBY juga minta mengubah warna biru tua menjadi biru yang lebih terang,” papar Steven.
"Saya ingat betul, Pak SBY dengan detail mencontohkan warna biru yang beliau maksud adalah warna biru dalam bendera dikibarkan di sebuah hotel di Jakarta Pusat, yang sering beliau lihat saat berkantor sebagai Menko Polhukam,” imbuhnya.
Steven kemudian mendatangi manajemen hotel tersebut untuk menanyakan bendera warna biru terang itu.
"Setelah saya mendapatkan contoh kain dengan warna yang sesuai arahan Pak SBY, saya memerintahkan staf saya untuk mencari bahan dengan warna tersebut di Pasar Tanah Abang, agar bisa segera diproduksi cepat,” kata Steven.
Semula pihaknya berpandangan bahwa pilihan warna yang kaya dan beragam itu berpotensi menghambat proses cetak di daerah, yang umumnya saat itu masih menggunakan teknis sablon manual.
“Pak SBY mengatakan tidak apa-apa, bendera negara-negara di Afrika saja sangat warna-warni. Mendengar arahan Pak SBY itu, kami sadar kekhawatiran kendala teknis percetakan sablon bukanlah hambatan untuk mengembangkan partai ini menjadi partai besar," kisah Steven.
Steven kembali menegaskan, ide dan gagasan dari proses pembuatan logo, merek dan lambang Partai Demokrat, itu memang digagas oleh SBY.
“Beliau langsung memberikan arahan-arahan teknis secara langsung, secara detail, dan juga menerima saran dan masukan dari kami. Semua revisi dan perbaikan teknis lainnya, semua melalui persetujuan Pak SBY,” katanya.
Steven merasa penting untuk buka suara soal ini. Di tengah situasi post-truth politics yang semakin menjadi-jadi dalam ruang demokrasi belakangan ini, manipulasi sejarah bukanlah hal sulit untuk dilakukan.
“Ditengah menguatnya penyebaran hoax, fake news & hate speech, kebohongan yang diulang-ulang, bisa menjadi kebenaran yang baru,” kata Steven.
Pihaknya juga memperingatkan, Partai Demokrat didirikan dengan prinsip dasar etika politik dan nilai-nilai berdemokrasi yang matang.
“Sudah menjadi tugas kita semua, warga bangsa pada umumnya dan para kader Partai Demokrat pada khususnya, untuk serius dan berkomitmen menjaga kebenaran dan keadilan bersikap dalam menghadapi berbagai dinamika. Yang benar akan menang, dan yang melawannya akan tumbang. Itulah rumus kehidupan yang patut kita teladani," tutup Steven.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: