Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bos Garuda Food: Selagi Masih Hidup, Jangan Berhenti Berkarya, Jangan Biarkan Diri Menganggur

        Bos Garuda Food: Selagi Masih Hidup, Jangan Berhenti Berkarya, Jangan Biarkan Diri Menganggur Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pendiri Garuda Food, Sudhamek AWS bercerita dalam video YouTube "Kisah Perjalanan Hidup, Bisnis dan Spiritual Bos Garuda Food | Sudhamek" bahwa sewaktu masih kuliah, ia pernah bernazar untuk hidup membawa manfaat kepada banyak orang.

        Saat itu, ia bersama kekasihnya (sekarang istri) melihat rumah-rumah kumuh sehingga berujar, "Jika diberikan kesempatan oleh Yang Maha Kuasa, saya ingin berbuat kebaikan kepada orang lain,"

        Karena itu, Dhamek menjalani hidup dengan harapan hidupnya bisa bermanfaat untuk orang lain, tak hanya untuk anak dan istri saja.

        Baca Juga: Selalu Tanam Nilai Spiritual, Bos Garuda Food: Hidup Itu Bukan Tentang Hasil, tapi Prosesnya

        "Selama saya masih hidup, apa saja saya lakukan," ujarnya. "Kalau fisik sudah tidak kuat, masih ada bentuk-bentuk lain yaitu berbagi," tambah Dhamek.

        Selain menjadi pengusaha, Dhamek juga aktif sebagai aktivis lintas agama yang bergaul dari kalangan manapun. Karena menurutnya, beranjaklah karena persamaan, bukan perbedaan.

        Meski banyak berteman dengan pemuka agama Islam, Dhamek memahami betul bahwa banyak persamaan antar manusia. Bahkan, prinsip hidup Dhamek juga sudah dikatakan terlebih dahulu oleh Nasi Muhammad SAW bahwa untuk mengubah orang lain, harus mengubah diri sendiri terlebih dahulu.

        Dengan bergaul dan berteman dari berbagai macam teman yang agamanya berbeda, Dhamek malah lebih bisa mendalami agama Buddha karena begitu banyak manfaatnya.

        "Tidak hanya cukup dengan toleransi, tetapi juga harus dengan cinta kasih sayang," ujar Dhamek.

        "Berangkat dari persamaan, itulah yang membuat hidup menjadi lebih berwarna, lebih membahagiakan, lebih meaningful, dan yang pasti lebih mengurangi terjadinya konflik," lanjutnya.

        Lebih lanjut, dengan banyaknya kegiatan yang dijalani Dhamek, ia mengaku stress dan jenuh adalah hal yang wajar. Karena itu, ketika menghadapi kesulitan, jangan disebut kesulitan, tetapi tantangan. Jika bisa mengontrol stress, maka produktivitas juga akan tinggi.

        "Hidup itu membuat keputusan, apa yang Anda putuskan adalah yang akan terjadi pada Anda. Dan keputusan Anda berasal dari pemikiran sendiri," tandas Dhamek.

        Untuk sampai pada tahap ini, Dhamek mengaku tak pernah bermimpi apa-apa. Posisinya saat ini bahkan tak pernah hadir di mimpi terbesarnya sekalipun. Bahkan, saat pindah ke Jakarta dari Jawa Timur, Dhamek tengah berada dalam kesulitan. Ia bangkrut, uang habis untuk berobat anak dan anak baru saja meninggal.

        Karena itu, berada pada posisi saat ini tak pernah terpikirkan oleh Dhamek. Tetapi, bisa jadi, semua itu terjadi karena ia membiasakan diri untuk berpikir positif.

        "Selama masih hidup, manusia tidak boleh berhenti berkarya. Jangan pernah membiarkan diri menganggur," ujar Dhamek.

        Dhamek sendiri terbiasa self-talk, berbicara dengan dirinya sendiri agar bisa lebih menggali potensi dan kekurangan diri. Sehingga, profesi apapun yang dijalani, bisa dilakukan dengan benar. Jika bisa kembali ke masa lalu, Dhamek akan mengurangi saat-saat ia yang mungkin melukai orang lain, karena hal itu justru melukai dirinya sendiri.

        Di tengah kesibukan saat ini, Dhamek bahkan masih menulis buku mengenai Mindfullnes Based Business (MBB/Berbisnis dengan Hati). Dhamek menghindari menulis buku biografinya sendiri karena ia tidak ingin memiliki sifat memuja diri sendiri. Hal ini karena menulis buku biografi berarti hanya fokus pada dirinya sendiri.

        Pada krisis 1998, Garuda Food justru semakin melejit. Dhamek mengungkap bahwa di setiap krisis, pasti ada peluang. Ia meyakini meski krisis, permintaan akan bisnisnya pasti masih ada. Dan ternyata benar adanya. Itulah yang membuat Garuda Food bertahan.

        Meski terkadang kekurangan modal, tetapi Dhamek tak berhenti berusaha. Asalkan ada keberanian untuk beraksi dan membuat keputusan, maka akan selalu ada jalan.

        "Percayalah kalau kita berpikir kreatif, peluang itu selalu ada," tandasnya.

        Dalam era krisis Covid-19 ini, Dhamek mengungkap bahwa untuk mencapai kestabilan ibaratkan sayap burung yang harus terbang dengan dua sayap. Sayap yang pertama adalah kesehatan, yang kedua adalah ekonomi dan bisnis. Keduanya harus dikembangkan secara seimbang dan dinamis.

        "Kesehatan diperlukan untuk melakukan aktivitas ekonomi. Dan ekonomi diperlukan untuk kesehatan hidup," tutur Dhamek.

        Karena itu, sejauh ini Dhamek menyetujui kebijakan-kebijakan Presiden Joko Widodo dalam hal pengetatan wilayah, stimulus dari pemerintah, dan lain sebagainya. Jika bukan dari pemerintah yang memiliki uang, kegiatan ekonomi tidak akan berjalan dan bisa menimbulkan krisis yang lebih besar.

        Karena itu, stimulus dari pemerintah harus tepat sasaran agar kegiatan bisa tetap bergulir.

        "Kalau perlu cetak uang, cetak uang, why not. Kalau cetak uang diikuti dengan sektor yang berkembang, peredaran uang dan peredaran barang akan seimbang lagi, tak perlu dikhawtirkan," tutur Dhamek.

        Untuk pebisnis muda, perlu lebih didalami dan ditekan kembali soft skills-nya, alih-alih hanya fokus pada hard skills.

        "Soft skills akan menjadi faktor penting untuk keberhasilan yang berkelanjutan. Itu kalau semangat juang kita tetap ada," ujarnya.

        "Tidak mengenal kata menyerah, menyadari bahwa tidak ada sukses yang mudah, itu soft skills seperti itu," tambahnya lagi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: