Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ya Tuhan! Rakyat Lagi Susah, tapi Junta Myanmar Justru Dapat Kiriman 500 Ribu Dosis Vaksin China

        Ya Tuhan! Rakyat Lagi Susah, tapi Junta Myanmar Justru Dapat Kiriman 500 Ribu Dosis Vaksin China Kredit Foto: Reuters/Thomas Peter
        Warta Ekonomi, Yangon -

        Pemerintah China memberikan lebih dari 500 ribu dosis vaksin Covid-19 kepada junta Myanmar. Langkah itu terjadi ketika jutaan warga sipil dan petugas kesehatan bahkan memboikot program vaksin dari pihak militer.

        Vaksin tersebut disumbangkan oleh militer China, People’s Liberation Army dan tiba di Yangon pada Ahad lalu. Menurut kantor Panglima Tertinggi Badan Pertahanan, vaksin kemudian akan didistribusikan ke rumah sakit di seluruh negeri.

        Baca Juga: Bom Berbentuk Parsel Meledak di Myanmar, Renggut 5 Nyawa Salah Satunya Anggota Parlemen

        Banyak negara telah memutuskan hubungan dengan para pemimpin militer setelah kudeta dan pembunuhan brutal pengunjuk rasa damai. Namun, Kedutaan Besar China di Yangon mengatakan bahwa sumbangan vaksin menunjukkan persahabatan "Paukphaw" (persaudaraan) antara China dan Myanmar.

        Menteri Luar Negeri China Wang Yi berjanji untuk memberikan 300 ribu dosis vaksin Covid-19 asal China. Kesepakatan itu dibuatnya pada pertemuan dengan Penasihat Negara Myanmar Daw Aung San Suu Kyi, Januari tahun ini.

        Selama kunjungan tersebut, Myanmar dan China menandatangani perjanjian pada bidang ekonomi, perdagangan, dan kerja sama teknis. Kedua negara juga mendorong untuk mempercepat implementasi proyek bilateral, termasuk proyek infrastruktur transportasi di bawah China-Myanmar Economic Corridor (CMEC), yang merupakan bagian dari Belt and Road Initiative (BRI).

        Namun demikian ribuan pengguna media sosial di Myanmar ragu terhadap donasi vaksin China. "Tidak, terima kasih, kami tidak membutuhkan vaksin Anda," tulis salah satu unggahan pengguna media sosial di Facebook Kedutaan China, dikutip laman The Irrawaddy, Selasa (4/5).

        Sentimen anti-China memang meningkat secara dramatis di Myanmar setelah negara pimpinan Xi Jinping itu berulang kali memblokir upaya Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan terhadap para pemimpin kudeta. Seorang pengguna media sosial menulis, "Biarkan saya mati dengan Covid-19, saya tidak akan menyuntikkan vaksin apa pun dari China."

        "Sementara jutaan orang menolak untuk menggunakan suntikan Covid-19, China mengirim vaksin ke rezim tersebut. Sangat jelas siapa yang mereka dukung," tulis pengguna media sosial lainnya.

        "Vaksin China hanya untuk perwira militer dan kroninya. Bukan untuk kami. Bahkan jika mereka memberikannya kepada kami, kami tidak akan mengambilnya selama kami diperintah oleh rezim," tulis seorang pengguna media sosial.

        Program vaksin Covid-19 Myanmar berjuang di bawah kekuasaan militer. Jutaan warga sipil menolak divaksin dan ribuan petugas kesehatan memilih untuk mogok daripada bekerja di bawah perintah junta.

        Pemerintah Liga Nasional untuk Demokrasi memulai program vaksinasi Covid-19 secara nasional pada 27 Januari. Pertama, staf perawatan kesehatan dan relawan pekerja medis menerima suntikan vaksin AstraZeneca yang disumbangkan oleh India.

        Menyusul pengambilalihan militer pada 1 Februari, hampir semua petugas kesehatan menolak menerima suntikan vaksin kedua sebagai protes terhadap kekuasaan militer.

        Media MRTV yang dikendalikan militer telah mengeklaim bahwa lebih dari 1,5 juta orang di Myanmar menerima dosis pertama vaksin antara Januari dan 23 April, sementara 312.953 orang lainnya menerima dosis kedua.

        Surat kabar yang dikendalikan militer sering menerbitkan foto biksu, perwira militer, dan pejabat pemerintah yang menerima vaksin Covid-19. Pada awalnya, militer menawarkan suntikan vaksin kepada orang-orang yang berusia di atas 64 tahun.

        Namun sejak akhir Maret, mereka mulai menawarkan vaksin kepada siapa pun yang berusia 18 tahun ke atas setelah beberapa orang muncul di pusat vaksinasi di Yangon.

        Pengujian Covid-19 di Myanmar juga elah lumpuh sejak kudeta karena begitu banyak staf perawatan kesehatan yang mogok bekerja. Di bawah pemerintahan sipil, sekitar 16 ribu hingga 18 ribu tes usap sehari dilakukan pada Januari. Namun sejak kudeta rezim pada 1 Februari, hanya sekitar 1.500 hingga 2.000 tes per hari yang dilakukan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: