Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        KOL Stories x Andy Senjaya: Gak Saham, Gak Crypto Semua Ambruk! Harus Gimana Ya?

        KOL Stories x Andy Senjaya: Gak Saham, Gak Crypto Semua Ambruk! Harus Gimana Ya? Kredit Foto: Instagram/Andy Senjaya
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Mengawali pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat melemah 0,16% ke level 5.763,63 pada penutupan perdagangan, Senin, 24 Mei 2021. Pergerakan saham yang terpantau meliputi 191 saham naik, 320 saham turun, dan 138 saham lainnya stagnan.

        Sentimen yang jadi katalis negatif masih terkait perkembangan kasus Covid-19 global maupun Asia, termasuk kekhawatiran akan terjadinya lonjakan pasca-libur lebaran di dalam negeri. Indeks belum bangkit lagi setelah menyentuh titik tertingginya di level 6.435,21 pada 12 Januari 2021. Sejak itu IHSG terus merosot, jika dibandingkan saat ini indeks telah terjun sebesar 671,57 poin atau 10,44%. 

        Baca Juga: KOL Stories x Finansialku: Cara Jitu Memugar Kembali Keuangan yang Carut-Marut Pascalebaran

        Di sisi lain, pasar kripto pun tengah porak-poranda. Jatuhnya harga kripto beberapa hari terakhir telah membuat gempar seluruh dunia. Bitcoin bahkan sempat anjlok hingga ke US$31.772,43 pada hari Minggu 23 Mei 2021, menurut data Coin Metrics. Pada Senin pagi, Bitcoin masih tertekan 8% ke US$34.756,03. Aset lainnya seperti Ether juga turun 8,37% dan XRP turun 10,54%. Dogecoin turun 12%.

        Banyak faktor yang membuat pasar cryptocurrency carut-marut. Salah satu yang paling mempengaruhi adalah aksi CEO Tesla Elon Musk menghentikan transaksi dengan Bitcoin sebagai alat pembayaran di perusahaannya karena masalah lingkungan.

        Tak lama berselang, Kementerian Keuangan AS pun menyatakan jika pihaknya akan melakukan pengetatan terhadap transaksi cryptocurrency di mana semua transfer sebesar US$10.000 atau lebih harus dilaporkan ke Ditjen Pajak atau Internal Revenue Service (IRS).

        Nah, yang juga memukul kripto yakni keputusan Tiongkok yang melarang institusi keuangan dan perusahaan jasa pembayaran menawarkan jasa terkait transaksi cryptocurrency seperti Bitcoin, Ethereum, atau Dogecoin. Regulator juga memperingatkan akan bahaya spekulasi perdagangan kripto.

        Banjirnya sentimen negatif yang mewarnai perjalanan kedua instrumen investasi tersebut pun membuat para pelaku pasar khawatir. Terutama para investor pemula. Untuk itu, Warta Ekonomi melalui program KOL Stories akan membedah terkait dengan langkah-langkah yang bisa diambil para pelaku pasar ketika pasar tengah gonjang-ganjing.

        KOL Stories akan membahasnya bersama dengan Andy Senjaya yang merupakan seorang technical trader dan stock influencer.

        Dalam pandangan Anda, bagaimana prospek kedua instrumen investasi tersebut? 

        Kalau dari IHSG sendiri, saya melihat harganya sudah berada pada titik yang kuat. Saya melihat IHSG berada di angka 5.600 sebagai bentuk support terakhir yang kembali running, apalagi nanti didukung oleh siklus di akhir tahun berupa bull-run market.

        Jadi seharusnya saat bulan Juli sudah mulai naik kembali sampai akhir tahun. Untuk crypto sendiri, secara historis siklusnya berada pada fase empat tahun, di mana selama dua tahun akan bergerak upside dan dua tahun berikutnya akan bergerak downside. Jika kita lihat, crypto ini sudah berada di fase akhir upside. Hingga akhir tahun masih ada peluang naik, namun masih terbatas.

        Mana yang lebih baik, berinvestasi di pasar saham atau cryptocurrency? Apa perbedaan yang mencolok dari keduanya? Kemudian, apa saja kekurangan dan kelebihan dari kedua instrumen investasi ini?

        Sebenarnya keduanya baik, karena dimana ada pergerakan harga dan kita bisa mengambil peluang untuk mendapatkan cuan itu semuanya baik. Namun yang bisa menentukan manakah yang lebih baik itu bergantung pada faktor waktu dan momentum.

        Jadi sebenarnya kedua instrumen ini baik, tetapi kita harus tahu kapan waktu yang tepat untuk masuk di pasar saham dan di pasar kripto. Bagi teman-teman yang mengikuti momentum di akhir tahun 2020 kemarin mungkin sudah cuan banyak dari pasar saham. Tetapi bagi orang yang baru masuk di awal tahun mungkin hingga saat ini masih belum merasakan cuannya.

        Sedangkan di pasar kripto sendiri, orang yang sudah masuk dari akhir tahun 2020 mungkin sudah mendapatkan profit yang lumayan. Namun jika kita lihat sekarang, momentum kripto sedang berada dalam tekanan.

        Kekurangan dan kelebihannya sebenarnya fleksibel, tergantung pribadinya masing-masing. Di pasar saham sendiri, kekurangannya adalah market yang hanya buka dari jam 9 pagi hingga 3 sore, sehingga terbilang cukup singkat bagi para trader dan investor yang sedang mencari cuan.

        Dengan pasar kripto yang buka setiap hari, setiap jam, setiap detik, dan tentunya ini akan lebih menarik bagi para trader. Namun di saat yang bersamaan, market kripto yang tidak mengenal jam istirahat ini bisa menjadi poin minus dikarenakan harga yang bisa naik turun di saat trader sedang tidur, misalnya.

        Kita juga perlu mempelajari karakteristik harganya. Di pasar crypto sendiri harganya bisa naik ratusan persen dalam satu hari. Sedangkan di pasar saham sendiri tidak bisa dan punya limitasi yang dinamakan ARB dan ARA dengan upside sebesar 20 persen hingga 35 persen. Jadi batas kenaikannya hanya seperti itu. Untuk penurunannya juga dibatasi, pasar saham dibatasi 7 persen. Sedangkan di pasar kripto dalam satu hari bisa merah hingga 30 persen. 

        Apa yang harus dilakukan para investor sebelum berinvestasi dikedua instrumen tersebut? Bagaimana cara membaca gerak saham dan juga kripto?

        Saat ini memang pola yang dibentuk oleh IHSG ini sedang dalam konsolidasi, di mana ini merupakan fase yang kita tidak mau berada di dalamnya. Jadi mungkin teman-teman sudah tahu harus lebih konservatif di saham. Untuk trading kecil-kecilan masih bisa, maksimal 30 persen atau 20 persen dari portofolio, jangan all in.

        Tetap pantau setiap hari untuk melihat momentum yang berbalik dan siap untuk naik kembali, sehingga kita bisa masuk dan agresi di sana. Untuk pasar kripto sendiri mulai koreksi atau bergerak turun itu di bulan Mei karena muncul sebuah tagline yang kontroversial. Untuk saat ini, kita harus analisis kembali bahwa kripto sedang berada dalam bearish. Jadi, kita bisa sell short untuk kripto ini.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: