Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jelang Quick Count, Netanyahu: Saya Perlu Kupas Semua Pendukung Oposisi

        Jelang Quick Count, Netanyahu: Saya Perlu Kupas Semua Pendukung Oposisi Kredit Foto: Instagram/Benjamin Netanyahu
        Warta Ekonomi, Tel Aviv -

        Israel mendekati akhir era setelah pembentukan koalisi beraneka ragam yang dalam beberapa hari ke depan dapat menggulingkan pemimpin veteran Benjamin Netanyahu, perdana menteri terlama di negara itu.

        Pemimpin oposisi Yair Lapid mengumumkan kesepakatan itu hanya beberapa menit sebelum batas waktu Rabu (2/6/2021) tengah malam, sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (4/6/2021). Hasil itu mendorong perayaan hingga dini hari oleh lawan perdana menteri dan menunjukkan dukungan yang menantang oleh para penggemarnya.

        Baca Juga: Sepeninggal Netanyahu, Akankah Rakyat Palestina Bisa Lebih Optimistis?

        Di atas kertas, calon koalisi menguasai mayoritas di parlemen tetapi mosi tidak percaya diperkirakan tidak akan terjadi selama beberapa hari. Kondisi tersebut memberi Netanyahu waktu untuk merayu calon pembelot di antara rekan-rekan yang tidak mungkin menentangnya.

        Dengan ancaman kemungkinan hukuman penjara yang menggantung di atasnya dalam persidangan yang sedang berlangsung atas tuduhan korupsi.

        Pria berusia 71 tahun itu tidak mungkin membiarkan rekornya selama 12 tahun berturut-turut berakhir tanpa pertarungan yang berantakan, para analis memperingatkan.

        Pada Kamis (3/6/2021), operator politik utama sudah di Twitter, berusaha untuk bermain di menit-menit terakhir keraguan di antara anggota parlemen sayap kanan tentang bersekutu dengan kiri melawannya.

        "Semua anggota parlemen yang dipilih dengan suara dari kanan harus menentang pemerintah sayap kiri yang berbahaya ini," katanya.

        Di Twitter, partai Likud Netanyahu meminta mantan sekutu sayap kanannya untuk “segera menarik” tanda tangan mereka.

        Koalisi baru akan melihat nasionalis agama Naftali Bennett menjabat sebagai perdana menteri selama dua tahun sebelum Lapid, seorang sentris sekuler, akan mengambil alih.

        Jika pembelotan pada menit-menit terakhir menggagalkan aliansi "perubahan", Israel kemungkinan harus mengadakan pemilihan lagi, yang kelima hanya dalam waktu dua tahun.

        “Membuka sampanye sekarang agak terburu-buru,” kata Tamar Hermann, seorang ilmuwan politik di Institut Demokrasi Israel.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: