Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bak Kacang Goreng, Vaksin AstraZeneca Laris Manis di Malaysia

        Bak Kacang Goreng, Vaksin AstraZeneca Laris Manis di Malaysia Kredit Foto: Reuters
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Di Tanah Air, masih banyak orang yang ngeri-ngeri sedap untuk disuntik vaksin Covid AstraZeneca. Padahal, Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) telah menegaskan, 3 kasus kematian penerima vaksin AstraZeneca, sama sekali tak terkait dengan vaksin tersebut.

        Namun, fakta sebaliknya justru terjadi di negara tetangga, Malaysia.Di sana, vaksin AstraZeneca malah laris manis.

        Ditawarkan dengan sistem siapa cepat dia dapat, dalam gelombang pertama, sebanyak 268 ribu dosis vaksin AstraZeneca ludes dalam waktu kurang dari 4 jam.

        Pada gelombang kedua, 1 juta dosis vaksin laris dalam tempo 1 jam.

        Baca Juga: 313.100 Dosis Vaksin AstraZeneca Tiba di Indonesia, Totalnya Sudah 92,2 Juta Dosis

        Baca Juga: Mengalami Reaksi KIPI Setelah Vaksinasi, Redakan Pakai Cara Ini Ya

        Terkait hal ini, Pakar Bioteknologi yang juga Associate Professor Universiti Putra Malaysia, Bimo Ario Tejo PhD menjelaskan 5 alasan yang membuat vaksin AstraZeneca laris di negeri yang dipimpin PM Muhyiddin Yassin. Berikut uraiannya:

        1. Lonjakan kasus yang tak terkendali

        Bimo mengatakan, ketika vaksin AstraZeneca ditawarkan pada gelombang pertama, Malaysia mencatat 3.000 kasus per hari.

        Pada penawaran gelombang kedua, kasus harian nyaris menyentuh angka 7.000.

        "Di tengah situasi ini, masyarakat yang semula menunda vaksin, langsung berubah pikiran," ujar Bimo.

        2. Kondisi di RS yang semakin parah

        Kementerian Kesehatan Malaysia rutin memberikan informasi mengenai keterisian ICU yang saat ini ada di atas angka 100 persen, jumlah pasien meninggal dunia sebelum dibawa ke RS (brought in dead) yang naik 165 persen dari bulan sebelumnya, dan varian baru lebih mudah menular.

        "Informasi ini memudahkan masyarakat untuk menilai, mana yang lebih baik, apakah kena Covid atau efek samping setelah vaksin," terang Bimo.

        3. Vaksin ditawarkan sukarela

        Semula, pemerintah Malaysia berinisiatif memberikan vaksin AstraZeneca untuk lansia 60 tahun ke atas.

        Namun, muncul suara penolakan karena maraknya berita soal efek samping berat.

        Akhirnya, pemerintah Malaysia ganti strategi. Ditawarkan kepada siapa saja yang mau, dan ternyata laris.

        "Ternyata, cukup banyak rakyat yang mengerti bahwa vaksin memiliki manfaat yang jauh lebih besar, dibanding risikonya," papar Bimo.

        4. Informasi terbuka tentang efek samping

        Sebelum divaksin, dokter menerangkan dengan jelas, efek samping apa saja yang akan dialami, dan cara mengatasinya.

        Selain itu, netizen juga berbagi pengalaman soal efek samping yang dialami. Sehingga, masyarakat bisa mendapatkan gambaran sebelum menjalani vaksinasi.

        5. Akses yang mudah ke rumah sakit

        Penerima vaksin diminta tak ragu ke rumah sakit (RS) terdekat, jika mengalami masalah efek samping, yang lebih berat dari yang diperkirakan.

        Hal ini juga didukung oleh kepercayaan masyarakat yang cukup tinggi terhadap kualitas RS. Terutama, RS yang dimiliki pemerintah.

        Kesimpulannya, masyarakat harus mendapatkan informasi yang memadai tentang vaksin AstraZeneca, supaya mereka tidak ragu.

        "Selain itu, informasi yang terbuka mengenai efek samping vaksin, dan adanya jaminan mutlak bahwa RS bisa melayani kapan saja, bila ada yang mengalami efek samping berat juga sangat diperlukan," pungkas Bimo.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: