Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Siap-siap! Singapura Sebentar Lagi Anggap Covid-19 sebagai Flu Biasa, Ini Alasannya

        Siap-siap! Singapura Sebentar Lagi Anggap Covid-19 sebagai Flu Biasa, Ini Alasannya Kredit Foto: Antara/REUTERS/Edgar Su
        Warta Ekonomi, Singapura -

        Singapura tengah mempersiapkan road map kehidupan warganya agar bisa hidup berdampingan dengan Covid-19. Nantinya, warga akan bisa beraktivitas seperti biasa meskipun virus Corona masih berkeliaran.

        Covid-19 nantinya akan mendapat perlakuan seperti penyakit endemi lain, seperti flu dan lainnya, di Singapura. Sebagai penyakit yang bisa datang berkali-kali namun terkendali. Prioritas pemerintah Singapura dalam beberapa bulan ke depan adalah mempersiapkan warga Singapura hidup berdampingan dengan Covid-19.

        Baca Juga: Biar Hidup Masyarakat Lebih Baik, Singapura Bikin Peta Panduan Normal COVID-19

        Hal ini disampaikan tiga pejabat yang memimpin gugus tugas penanganan Covid-19 di Singapura. Yakni, Menteri Perdagangan dan Industri Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong, dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung.

        “Sudah 18 bulan sejak pande­mi dimulai dan warga kita lelah dengan peperangan ini. Semua bertanya, kapan dan bagaimana pandemi berakhir,” kata mereka dalam sebuah pernyataan, dikutip dari The Straits Times, kemarin.

        “Kabar buruknya, Covid-19 mungkin tidak akan pernah hi­lang. Kabar baiknya adalah, itu mungkin untuk hidup normal di tengah-tengah Covid,” imbuh pernyataan itu.

        Sebuah road map tengah dibuat agar Singapura bisa beralih ke new normal. Pencapaian itu bisa diraih seiring dengan pro­gram vaksinasi.

        Singapura telah melakukan beberapa langkah untuk memper­siapkan Covid-19 menjadi endemi dan meningkatkan vaksinasi. Negara itu menggunakan vaksin Pfizer, Moderna, dan Sinovac untuk program imunisasi virus Corona.

        Sejauh ini vaksin tam­paknya efektif mengurangi kasus infeksi dan penularan. Mayoritas warga yang sudah mendapat vaksin penuh hanya menunjuk­kan gejala ringan atau tidak sama sekali begitu terpapar.

        Singapura menargetkan, pada awal Juli, dua per tiga dari total penduduk sudah mendapatkan setidaknya satu dosis.

        “Tonggak sejarah kita berikut­nya adalah setidaknya dua per tiga dari penduduk mendapatkan vaksin penuh dua dosis pada Hari Kemerdekaan, jika pasokan memungkinkan. Kami berupaya mendatangkan dan mempercepat prosesnya,” kata mereka.

        Suatu saat, warga yang ter­papar Covid-19 bisa menjalani pemulihan di rumah. Sehingga tidak ada lagi kekhawatiran, pandemi ini akan membebani layanan kesehatan.

        Sementara itu, orang lain yang menjalin kontak dekat dengan pasien bisa membeli alat tes di apotek dan memeriksanya sendiri. Ke depan, tes Covid bukan menjadi alasan untuk mengarantina orang, namun sebagai alat saring bagi warga untuk masuk gedung perkantoran, mall, sekolah, dan lainnya.

        Selain itu, warga Singapura bisa melakukan perjalanan denganmemegang sertifikat vaksin ke negara-negara yang telah berhasil mengendalikan wabah serta mengubahnya menjadi endemi. Mereka bahkan bisa terbebas dari karantina di negara tujuan jika hasil tes menunjuk­kan negatif.

        “Akhirnya, apakah kita bisa hidup berdampingan dengan Covid-19 juga bergantung pada penerimaan warga Singapura bahwa Covid-19 akan menjadi endemi dalam kebiasaan kolek­tif,” pernyataan itu lagi.

        Para menteri itu juga mengatakan, jika semua memikul beban ini bersama, para karyawan menjaga keselamatan rekan mereka dengan tinggal di rumah ketika sakit serta pengu­saha tidak mempermasalahkan, masyarakat kita akan jauh lebih aman,” ujar para menteri.

        Mutasi Tak Selalu Ganas

        Guru Besar Universitas Udayana, IGusti Ngurah Kade Mahardika, menjelaskan, virus Corona mudah bermutasi. Sehingga, perubahan virus yang kemudian mendominasi adalah hal wajar.

        Dia mencontohkan, virus Covid-19 varian Alfa saat ini mendominasi temuan di dunia sekitar 60-65 persen.

        Sementara itu, varian Delta mengalami kelonjakan temuan hingga 20 persen yang sebelum­nya hanya 2-5 persen.

        Akan tetapi, menurutnya, tidak semua mutasi virus meningkatkan keganasan. Ada ke­mungkinan mutasi virus Corona justru membuat virus menjadi tidak ganas.

        Dia mencontohkan kejadian pandemi flu 100 tahun lalu. Saat itu, pandemi berhenti karena dua kemungkinan, virus ber­mutasi menjadi tidak ganas dan terbentuk herd immunity atau kekebalan kelompok secara alami karena tidak ditemukan­nya vaksin.

        “Sebagai ahli virologi saya berdoa virus itu bisa bermutasi menjadi virus yang kurang ganas sehingga virus ini men­jadi tidak berbahaya lagi, sama seperti flu biasa,” dalam dialog virtual, YouTube FMB9ID_IKP, Selasa (22/6/2021).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: