Keras! Sekjen PBB Bersuara Lantang ke Junta Militer Myanmar
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah mendesak militer Myanmar untuk membebaskan Peraih Nobel Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint.
Hal tersebut dikatakan oleh Eri Kaneko Juru Bicara PBB pada Kamis (1/6) sehari setelah ribuan tahanan lainnya dibebaskan lima bulan sejak kudeta.
Baca Juga: Pedemo Myanmar Kembali Turun ke Jalan Menentang Dominasi Junta Militer
Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari dan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.
“Kami mengulangi seruan kami untuk segera membebaskan semua orang yang ditahan secara sewenang-wenang, dan itu termasuk Presiden Win Myint dan anggota dewan negara bagian Aung San Suu Kyi,” ucap Eri Kaneko.
Myanmar membebaskan lebih dari 2.000 tahanan pada hari Rabu, di antaranya wartawan dan lainnya yang menurut militer ditahan atas tuduhan penghasutan karena ikut serta dalam protes.
Banyak penentang militer telah ditahan, dan beberapa dihukum, di bawah undang-undang yang mengkriminalisasi komentar yang dapat menyebabkan ketakutan atau menyebarkan berita palsu.
Aung San Suu Kyi juga diadili untuk pelanggaran serupa, dan beberapa tuntutan lainnya. “Kami tetap sangat prihatin atas berlanjutnya kekerasan dan intimidasi, termasuk penangkapan sewenang-wenang, oleh aparat keamanan,” kata Kaneko.
Untuk menandai bulan kelima sejak kudeta, para pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di kota terbesar di negara itu, Yangon, pada hari Kamis.
Mereka membakar seragam tentara dan meneriakkan seruan untuk demokrasi. Protes itu adalah salah satu yang terbesar di Yangon dalam beberapa pekan terakhir, meskipun demonstrasi menentang tentara berlangsung setiap hari di banyak bagian negara Asia Tenggara itu.
“Apa yang kita inginkan? Demokrasi! Demokrasi!" teriak pengunjuk rasa saat mereka berlari melalui jalan-jalan dengan nyala api berwarna-warni.
"Untuk orang-orang! Untuk rakyat,” teriak mereka, menurut video yang diterbitkan oleh Reuters.
Otoritas militer telah mencap lawan mereka sebagai teroris. Pada hari Rabu. Dari 2.000 lebih tahanan tersebut, kebanyakan mereka ditahan sejak kudeta. Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan lebih dari 6.400 orang telah ditangkap sejak kudeta. Sementara korban tewas lebih dari 880, jumlah yang menurut militer dibesar-besarkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: