Kini Semua Tahu Penyebab Pasukan Afghanistan Kocar-kacir, Rupanya Taliban Pamer Senjata...
Taliban telah memamerkan kontainer penuh senjata dan perangkat keras militer yang disita dari militer Afghanistan pada Selasa (6/7/2021). Aksi kelompok itu dilakukan ketika pasukan Amerika Serikat (AS) mundur dari negara itu, sehingga para militan berbaris di seluruh negeri.
Persenjataan tersebut termasuk 900 senjata, 30 kendaraan taktis ringan dan 20 truk pickup tentara, menurut laporan mitra NBC News di Inggris, Sky News, Selasa (6/7/2021). Taliban diberikan akses ke pangkalan militer Sultan Khil di provinsi Wardak dekat dengan ibu kota Afghanistan, Kabul.
Baca Juga: Amerika Berpaling dari Afghanistan, Pakar Bicara Kemungkinan Kembalinya Al Qaeda
Distrik demi distrik telah jatuh ke tangan Taliban. Para militan telah merebut 120 distrik sejak 1 Mei, menurut penilaian yang sedang berlangsung oleh Long War Journal.
Peta itu adalah tambal sulam yang bergerak, tetapi pada hitungan terakhir Taliban menguasai 193 distrik dan memperebutkan 130, sementara 75 berada di bawah kendali pemerintah atau tidak ditentukan, menurut publikasi, yang melaporkan perang global melawan teror dan merupakan proyek dari Foundation for Defense of Democracies, sebuah think tank Washington.
Pada saat yang sama, banyak pos militer telah menyerah tanpa perlawanan, yang memungkinkan Taliban untuk merebut senjata, menurut beberapa sumber militer dan pemerintah Afghanistan.
Sky News memfilmkan para pejuang yang membawa senjata baru yang disita dari pangkalan, di mana sebuah bendera putih yang menandakan pengambilalihan Taliban berkibar.
Berjalan di sekitar kotak kayu penuh amunisi –beberapa masih terbungkus plastik dan styrofoam– komandan Taliban Mutman Ehsanulla mengatakan kepada Alex Crawford dari Sky News bahwa penyitaan itu telah memenangkan mereka banyak senjata baru yang dapat digunakan di medan perang. Namun, dia mengulangi poin pembicaraan Taliban bahwa bukan militan yang berada di balik peningkatan kekerasan baru-baru ini.
“Semua orang menginginkan perdamaian di sini. Tetapi pemerintah tidak menginginkan perdamaian dengan kami,” kata Ehsanulla.
Gelombang kekerasan, termasuk serangan terhadap intelektual, jurnalis, dan wanita terkemuka, telah meningkatkan kecemasan tentang apa yang akan terjadi di masa depan di negara yang dilanda perang itu. Taliban, yang digulingkan pasukan AS pada 2001 setelah kelompok itu melindungi Osama bin Laden, arsitek serangan 9/11, telah menyangkal semua tanggung jawab atas serangan itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: