Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Covid-19 Menggila, Ucapan Mas Anies Bikin Dengkul Gemetaran: Ulama Satu Demi Satu Dipanggil...

        Covid-19 Menggila, Ucapan Mas Anies Bikin Dengkul Gemetaran: Ulama Satu Demi Satu Dipanggil... Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan bahwa tidak sedikit ulama yang meninggal dunia selama pandemi Covid-19. Hal ini disampaikan saat acara Doa Bersama mengenang almarhum KH Abdur Rasyid Abdullah Syafi'i dan Kiai Ahmad Lutfi Fathullah, yang wafat pada, Sabtu (10/7).

        "Selama pandemi ini, begitu banyak alim ulama, satu demi satu dipanggil pulang ke Rahmatullah. Allah tentu punya rencana sempurna, pandemi ini tidak lepas dari rencananya. Kita menanti hikmah apa yang Allah kirimkan kepada kita semua setelah pandemi selesai," katanya, dalam acara yang digelar virtual, Senin (12/7/2021) malam. Baca Juga: Kasus Korupsi Lahan Memanas, Anies Baswedan Masuk Radar KPK

        Diketahui, Abdurrasyid Abdullah Syafii merupakan pendiri dan pengasuh pertama Perguruan as-Syafi'iyah Jakarta.

        Adapun, Kiai Ahmad Luthfi Fathullah yang merupakan salah satu tokoh agama yang punya pengaruh terhadap perkembangan ilmu hadis di Indonesia, wafat pada Minggu malam (11/7) setelah dirawat di rumah sakit karena terkena Covid-19.   Baca Juga: Anies Baswedan Beberkan Kabar Mengejutkan Virus Covid-19 di Jakarta, Bikin Kaget!

        "Sesungguhnya, tanpa perlu kita ungkapkan, kita semua sadar, tanpa kita katakan kita semua tahu, dua pribadi yang malam ini kita doakan adalah dua pribadi mulia. Yang kehadirannya selama mereka berkiprah di Jakarta, di Indonesia, telah memberi makna yang luar biasa,” kata Anies.

        Adapun, Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengajak para ulama serta tokoh agama untuk sama-sama berjuang untuk menanggulangi pandemi Covid-19.

        "Pertama atas nama pemerintah, kedua atas nama sahabat daripada para ulama, saya ingin mengajak sahabat-sahabat saya semua, untuk bersama-sama pemerintah menanggulangi bahaya Covid-19 yang demikian besar dan dahsyatnya," katanya, dalam pertemuan virtual bersama para ulama dan tokoh agama Islam di Istana Wapres, Jakarta Pusat, Senin (12/7).

        Dalam pertemuan tersebut, Wapres juga menyebut kalau bahaya Covid-19 kian mengancam. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya korban yang berjatuhan termasuk dari kalangan paramedis dan ulama.

        Paparnya, tenaga kesehatan yang meninggal karena Covid-19 per 6 Juli 2021 sudah lebih dari 1.000 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 405 tenaga dokter, 399 orang perawat, 166 bidan, 43 dokter gigi, 32 ahli tenaga laboratorium, 9 apoteker dan 6 petugas rekam radiologi.

        Kemudian, terdapat lebih dari 541 ulama meninggal dunia karena Covid-19 dengan rincian 451 laki-laki dan 90 perempuan.

        "Untuk jadi dokter itu tidak mudah, bukan satu atau dua tahun, tapi sekarang banyak jadi korban. Ini juga kehilangan besar. Mencetak ulama itu tidak gampang, tidak mudah juga," ujarnya lagi.

        Sementara itu, ia menyesalkan jika saat ini masih ada masyarakat yang abai akan protokol kesehatan.

        "Dari laporan Satgas (Covid-19) bahwa di antara yang menyebabkan tingginya (kasus Covid-19), antara lain kurang patuhnya masyarakat melaksanakan protokol kesehatan, kurang patuhnya menggunakan masker, dan kurang patuhnya menaati jaga jarak," jelasnya.

        Karena itu, ia mengatakan bahwa tugas ulama saat ini adalah melindungi masyarakat dengan cara mengimbau untuk mematuhi peraturan pemerintah.

        "Kita ajak masyarakat untuk mematuhi, mengikuti ajakan pemerintah, termasuk juga saya minta nanti sesuai dengan ketentuan, jangan melakukan kerumunan termasuk salah satunya yaitu melakukan shalat Idul Adha baik di masjid maupun di luar masjid, sampai keadaan nanti sudah memungkinkan lagi" ujarnya.

        "Termasuk informasi bahwasanya Covid-19 adalah konspirasi, padahal ini nyata. Oleh karena itu, saya menamakan era ini (sebagai) “istibah” yang artinya terserupakan, sehingga orang bisa keliru, bisa salah menerima kalau tidak teliti, tidak tabayyun," tukasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: