Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Inisiatif Sosial Perusahaan Turut Tangani Pandemi Covid-19

        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pandemi Covid-19 yang sudah menerpa negara kita lebih dari 16 bulan belum menunjukkan tren penurunan penularan virusnya.

        Dampaknya tidak hanya di sektor kesehatan, tapi multidimensi yang mendera individu dalam masyarakat, lembaga dan perusahaan. Akibatnya, kesulitan ekonomi dirasakan rakyat Indonesia dan kondisi perekonomian nasional juga memburuk.

        Di tengah problem multidimensi akibat pandemi Covid-19 tersebut, sejumlah perusahaan memiliki inisiatif sosial yang tinggi.

        Pada awal pandemi Covid-19, public mengacungkan jempol buat PT Paragon Technology and Innovation, produsen kosmetik Wardah, menyatakan komitmennya mengucurkan dana senilai Rp 40 miliar untuk membantu pemerintah menangani Covid19.

        Komitmen donasi itu akhirnya memang direalisasikan Paragon dengan pembelian alat ventilator dan alat pelindung diri (APD) yang kemudian didistribusikan ke sejumlah rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang membutuhkannya.

        PT Astra International Tbk tak hanya jadi penonton, lihat saja yang hingga Maret 2021 telah memberikan total bantuan senilai Rp 171,8 miliar.

        Ada juga Unilever Indonesia, yang hingga akhir 2020 telah memberikan dukungan dana Rp 200 milar, baik secara independen maupun berkolaborasi dengan ratusan rumah sakit dan lembaga lainnya.

        Lalu, Adaro Energy berdonasi sekitar Rp 57 miliar, Barito Pacific Rp 48,5 miliar, dan Grup Triputra Rp 30,4 miliar (hasil dari pengumpulan donasi 17 anak usahanya), serta dari kalangan BUMN seperti Bank Mandiri Rp 56,7 miliar dan Pelindo III Rp 48,5 miliar.

        Komitmen donasi itu diberikan dalam aneka program. Yang paling mendesak memang untuk pengadaan unit mobil ambulans, mesin ventilator di rumah-rumah sakit, alat tes Covid-19 (rapid test dan PCR test), juga APD buat para petugas medis.

        Setelah munculnya varian Delta di mana jumlah kasus Covid-19 melesat dan kekurangan tabungan oksigen untuk pasien, para donator ini juga menyumbangkan oxygen concentrator.

        Namun, yang menarik, sejumlah perusahaan juga berkontribusi dengan memanfaatkan kompetensinya. Misalnya, perusahaan telekomunikasi seluler seperti XL Axiata dan Telkomsel menyediakan bantuan pulsa, yang kalau dirupiahkan juga cukup besar.

        Lalu, PT Telkom bersinergi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika membangun aplikasi PeduliLindungi, serta menyiapkan sistem informasi yang disebut Satu Data Vaksinasi Covid-19.

        Adapun PT Bio Farma berkontribusi nyata memproduksi puluhan juta dosis vaksin Sinovac dan membangun sistem distribusi vaksin nasional yang berbasis digital.

        Dan, tentu masih banyak lagi aksi filantropis lainnya yang tidak bisa disebutkan semuanya. Banyak alasan yang mendorong aksi simpatik perusahaan-perusahaan ‘dermawan’ ini,  sehingga SWA perlu menyematkan sebutan ‘Pandemic Heroes’ pada mereka.

        Bekerja sama dengan Inventure, SWA menggelar free webinar nasional pada Rabu, 14 Juli 2021 jam 14.00 -17.00 WIB dengan tema Encouraging Corporate Social Initiatives for Pandemic Solutions "Spirit Berbagi untuk Membangun Ketangguhan Bangsa".

        Hadir dalam webinar ini sebagai keynote speaker adalah  Arsyad Rasyid selaku Ketua KADIN. Sementara itu, sharing session menampilkan 6 pembicara terkemuka.

        Mereka adalah  Boy Kelana Soebroto Head of Corporate Communication PT Astra International Tbk; Melanie Masriel,  Communications Public Affair and Sustainability Director L’oreal Indonesia; Nur Effendi, CEO Rumah Zakat; Okty Damayanti, CSR Division Head PT Adaro Energy Tbk;  Yulian Warman, Chief CorComm & CSR FIF Group dan  Afriwandi, Direktur HCM Telkom Indonesia.

        Kemal Effendi Gani, Group Chief Editor SWA mengatakan, dari temuan yang diperoleh pihaknya menilai perusahaan-perusahaan dermawan tersebut pantas untuk diberi predikat ‘Pandemic Heroes’.

        Bagi SWA sebetulnya soal besaran dan skala aksi giving itu sifatnya relatif, karena tergantung pada kemampuan dan agenda penting mereka masing-masing.

        “Jadi, kita perlu angkat topi dan menyatakan terima kasih kepada mereka yang telah membuktikan komitmennya untuk membantu menangani dampak pandemi Covid-19,” ungkap Kemal.

        Hanya saja, untuk memilih dan menetapkan daftar Pandemic Heroes ini, kami ‘terpaksa’ menetapkan sejumlah indikator.

        Ada tiga indikator, pertama, Giving; yakni dengan melihat besaran dan skala aksi serta terobosan nyata yang dilakukan perusahaan dalam menjawab masalah dan tantangan pandemi, bisa dalam bidang kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan aspek sosial lainnya.

        Kedua, Institutionalized; yakni dengan melihat bahwa program aksi yang dijalankan sudah bersifat terorganisasi, sistematis, ada pedoman atau guidance-nya, serta ada personel yang mengorganisasinya, sehingga mendukung kesinambungan program.

        Ketiga, Social Impact; yakni melihat cakupan dampak program tersebut yang terukur dan dirasakan masyarakat, baik di bidang kesehatan, ekonomi, pendidikan, maupun aspek sosial lainnya.

        “Mereka yang kami masukkan tentulah perusahaan-perusahaan filantrop yang punya nilai istimewa pada ketiga indikator tersebut; atau setidaknya di atas rata-rata,” imbuh Kemal.

        Dari pengamatan SWA,  ada kesamaan umum dari para pandemic heroes ini, yakni mereka sudah punya tradisi atau kultur berbagi. Pada perusahaan-perusahaan ini, aktivitas berbagi juga merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai korporat (corporate values) yang mereka yakini dan jalani. Contohnya, pada Grup Astra ada nilai korporat ‘Menjadi Aset buat Bangsa (Asset to The Nation)’. Pada Grup Triputra ada nilai korporat 

        ‘Compassion’. Lalu, pada Paragon ada nilai korporat ‘Kepedulian (Care)’.

        Dalam pengamatan SWA, untuk bisa berkontribusi sosial secara signifikan dan di atas rata-rata, tampaknya butuh lebih dari sekadar tradisi. Tradisi memang penting sebagai landasan aktivitas sosial tersebut.

        Namun, untuk inisiatif sosial yang besar, tetap dibutuhkan kekuatan pendorong, yang harus muncul dari dalam diri pengelola perusahaan. Itulah ‘calling’ dan ‘calling’ ini harus ada atau dirasakan pada jiwa sang pemimpin perusahaan, bisa CEO/Dirut/Presdir, chairman (preskom), ataupun sang pendiri  perusahaan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: