Ini Perang Bersama, Moh Nuh: Akibat Covid-19, Bisa Jadi Ada 70.000 Anak Yatim Piatu
Di tengah peringatan Hari Anak Nasional pada 23 Juli lalu, kondisi anak-anak di Indonesia harus mendapat perhatian lebih serius di tengah masih masifnya serangan Covid-19 Indonesia. Banyak orang dewasa yang kewalahan dalam menghadapi pandemi ini, bisa dibayangkan bagaimana sulitnya anak-anak bertahan di tengah kondisi yang tidak menentu saat ini.
Salah satu kejadian miris yang ramai diperbincangkan adalah adanya seoang anak kecil bernama Alviano Dava Raharjo atau Vino yang menjalani isolasi mandiri (isoman) seorang diri di rumahnya pascameninggalnya kedua orang tuanya. Tak hanya Vino, Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh pun membeberkan fakta yang mengejutkan.
Baca Juga: Warganet Murka Lihat Video Keluarga Pasien Covid-19 Tusuk Perawat Pakai Gunting
"Yatim baru jumlahnya luar biasa banyak. Saya hitung berapa jumlah yatim baru per 2 Juli itu hampir 50.000. Kalau ditambah sekarang 1.500 tiap hari yang meninggal (karena Covid-19), maka bisa jadi sudah 70.000 yatim baru," kata Mohammad Nuh dalam acara PWI Bermunajat bertajuk "Mengetuk Pintu Langit", sebagaimana dikutip dari Beritasatu.com, Sabtu (24/7/2021).
Menurut Nuh, para yatim baru tersebut bisa saja berasal dari keluarga insan pers. Karena itu, Nuh mengajak seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama melawan Covid-19. Rasa empati, kata Nuh, sepatutnya ditumbuhkan.
Merespons pernyataan Ketua Umum PWI Atal S Depari, Nuh setuju jika melawan Covid-19 adalah peperangan. Sebagimana layaknya tentara perang, Nuh berharap tidak ada lapisan masyarakat yang desersi (melarikan diri), baik secara sosial dan spiritual.
"Jangan sampai di antara kita menjadi desersi. Sebisa mungkin, kita ikut partisipasi menangani Covid-19," ujar Nuh menegaskan.
Nuh juga menjelaskan jika pandemi Covid-19, termasuk dampaknya, merupakan permasalahan baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Karena itu, solusi yang digunakan tidak bisa dengan cara lama, harus baru.
Ditegaskan oleh Nuh bahwa pandemi adalah masalah kompleks sehingga semua harus bersama-sama melawan. Lintas komponen bangsa, kebersamaan, partisipasi secara keseluruhan menjadi kata kunci. Dia menyebut bahwa tidak ada lagi saya, tetapi yang ada adalah kita.
"Oleh karena itu, kami ingin kawan-kawan pers terus mobilisasi sumber daya di masyarakat untuk sama-sama menjahit, menjadi bagian 'kekitaan'. Yakinlah dengan 'kekitaan' itu, persoalan rumit insyaallah bisa diselesaikan," pungkas Nuh.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: