Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dear Mahasiswa, Pasang Kuping Kamu! Dengerin Nih Omongan Ridwan Kamil: Kritik Boleh Saja, Asal...

        Dear Mahasiswa, Pasang Kuping Kamu! Dengerin Nih Omongan Ridwan Kamil: Kritik Boleh Saja, Asal... Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil) mempersilakan berbagai pihak seperti mahasiswa untuk mengkritisi kinerjanya terkait penanganan covid-19. Ia mengaku tidak keberatan dengan berbagai koreksi tersebut asalkan dilakukan secara sopan dan berbasis data.

        Demikian diungkapkan Emil saat menggelar diskusi tentang PPKM dengan berbagai organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung plus.  Baca Juga: Ridwan Kamil Beberkan Modal Buat Pilpres 2024, Mengejutkan!

        "Saya tidak masalah dikritik, yang penting sopan santun dalam memberikan kritik dan berbasis data," katanya dalam video conference, Selasa (27/7).

        Baca Juga: Peringkat Capres Intelek: Anies, Ridwan Kamil, Ganjar, Puan Cuma 5 Persen

        Dia menilai, terkadang kritik yang dilakukan terhadap pemerintah sering tidak faktual terutama yang membandingkan dengan kondisi di luar negeri. Menurutnya, situasi di negara lain yang sering disampaikan para pengkritik sering tidak sesuai dengan faktanya.

        "Contohlah Singapura, buktinya Singapura sekarang lockdown. Dulu Vietnam dipuji-puji, sekarang Vietnam keteteran baru mau vaksin. Lihat Euro (sepakbola Piala Eropa), sirik. Dengan situasi ini harus dipahami," tegasnya.

        Dalam kesempatan itupun, Emil pun menjawab pertanyaan mahasiswa terkait masih rendahnya persentase vaksinasi warga Jawa Barat. Hal itu terjadi karena ketersediaan vaksin yang sedikit namun memiliki penduduk yang paling banyak. 

        "Kita harus tabayun kalau melihat angka-angka di media. (Vaksinasi) memang rendah, karena dikasihnya untuk 5 juta manusia. Kalau persentase, kami pasti kecil karena dibandingkannya dengan 50 juta manusia," ungkapnya.

        Selain itu, Emil pun mengajak mahasiswa untuk berkolaborasi dalam mengatasi pandemi. Salah satunya, mengajak para pengkritik khususnya mahasiswa untuk melakukan aksi nyata dalam membantu menangani pandemi ini seperti menjadi relawan. Sebab, persoalan kesehatan ini merupakan masalah bersama sehingga tidak bisa jika hanya mengandalkan pemerintah.

        "Sambil kita kritisi, mau engga turun ke jalan jadi relawan, sambil membagikan sembako," ujarnya.

        Dia menyebutkan pihaknya memiliki anggaran untuk program bantuan sosial yang akan diberikan kepada masyarakat yang ekonominya rawan akibat PPKM. 

        "Kami punya anggaran, tidak semua bantuan sosial ini penerimanya yang terdaftar. Misal ada PKL yang berasal dari luar Jawa Barat. Boleh mahasiswa sambil kritisi, sambil demo pun enggak ada masalah. Tapi sambil membagikan sembako," jelasnya.

        Adapun, Ketua Badko HMI Jawa Barat, Khoirul Anam mengatakan, pihaknya siap berkolaborasi dengan pemerintah dalam membantu penanganan pandemi ini. Namun, dia mengaku sering kesulitan untuk berkoordinasi dengan pemerintah ketika hendak memberikan bantuan.

        "Jangan sampai ada kolaborasi, tapi nanti siapa yang bisa kita hubungi?" ujarnya.

        Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum IMM Jawa Barat, Deni Safrudin mengaku sulitnya ketika hendak berkomunikasi dengan Emil. 

        "Terkadang kita sulit berkomunikasi dengan bapak," katanya.

        Bahkan, ketika mahasiswa diajak berkolaborasi, pihaknya belum tahu harus menghubungi siapa. "Saat harus kolaborasi, belum tahu harus kemana, siapa yang dihubungi," imbuhnya.

        Dia berharap ajakan kolaborasi ini bisa benar-benar direalisasikan. "Kami ingin ketika 'perang', jenderal lapangannya Pak Gubernur. Tapi terkadang kita sulit berkomunikasi dengan bapak. Kami akan nurut, maka dari itu komunikasi harus sampai. Jangan sampai ketika Bapak merintahkan 'tembak, tapi kami masyarakat masih belum tahu," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: