Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Lahir di Kandang Ayam, Hermanto Tanoko Kini Jadi Konglomerat Besar dengan 77 Perusahaan

        Lahir di Kandang Ayam, Hermanto Tanoko Kini Jadi Konglomerat Besar dengan 77 Perusahaan Kredit Foto: Instagram
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bos Cat Avian, Hermanto Tanoko bercerita sejak kecil tinggal di bekas kandang ayam berukuran 1,5 meter. Itu pun menyewa. Namun, di sanalah cerita Avian berdiri.

        Ayahnya, Soetikno Tanoko adalah sosok yang ulet dan pekerja keras. Setiap hari mengayuh sepeda dari Singosari ke Malang untuk menjual hasil bumi. Ibu Hermanto Tanoko pun ikut berjualan baju di depan rumah kecil itu.

        Baca Juga: Hermanto Tanoko: Bekerja Itu Hobi, Bukan karena Uangnya, Membangun Perusahaan seperti Merawat Bonsai

        Karena itulah Hermanto hingga kini sangat sederhana. Meski pendapatannya triliunan, tetapi gaya hidupnya tidak meningkat. Makan pecel dan soto saja sudah membuatnya senang. Itu semua diungkap melalui video YouTube 'Lahir di Kandang Ayam, Sekarang Memiliki 75 Perusahaan, 2 Senilai Rp 12T, Pemilik CLEO & Cat AVIAN'.

        Sejak kecil Hermanto sudah diajarkan oleh orang tuanya untuk membeli barang komoditi yang harganya akan naik dengan uang angpao yang didapat setiap tahun. Dari sanalah ia belajar bisnis dan investasi.

        Di usia 8-10 tahun, Hermanto mulai diajak ke toko cat ayahnya. Ia diajarkan product knowlegde oleh ayahnya sehingga mulai melayani pelanggan. Lalu pada usia 14 tahun, Hermanto Tanoko diberikan apotek oleh ayahnya untuk dikelola.

        Melalui apotek itu, Hermanto belajar apa saja kekurangan apotek miliknya dan mempelajari dari top apotek di Malang. Ia pun membeli obat di PBF secara cash dan memberikan pelayanan antar jemput obat secara gratis.

        Pernah suatu hari, Hermanto yang saat itu masih sekolah mengerjakan PR di apotek. Lalu, ayahnya datang dan memarahi karena di apotek tujuannya adalah untuk bekerja bukan untuk mengerjakan PR.

        Meski hari ini sudah menjadi pengusaha sukses, Hermanto Tanoko tak pernah berhenti belajar. Suatu kesalahan menurutnya adalah ketika sudah merasa memiliki pendidikan tinggi tetapi justru tidak mau belajar.

        Hermanto merupakan putra bungsu dari pendiri PT. Avia Avian, Soetikno Tanoko. Ia menceritakan ketika sang ayah dan dirinya membangun dan mengelola pabrik cat Avian.

        "Waktu saya setelah menikah, usia 19 tahun. Saya diminta papa untuk membantu papa di Pabrik Cat Avian. Jadi papa ini merintis Avian di tanggal 1 November 1978, waktu devaluasi rupiah dengan delapan belas karyawan," kata Hermanto.

        Di akhir tahun 1982, ia diminta membantu di pabrik avian.

        "Itu awal ketemu papa saya tanya, Avian ini visi ke depannya apa. Cita-cita papa ini apa. Papa saya nangkep, papa ingin Avian jadi nomor satu di Indonesia. Padahal pabriknya ini masih pabrik yang belum besar, pagar aja enggak ada. Drum-drum itu ditaruh di sawah," lanjutnya.

        Avian saat ini sudah 40 tahun. Sepanjang itu, Avian sudah meroket puluhan ribu kali.

        "Sehingga merk cat nasional yang dari home industri bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan global dan kami menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia. Di dunia, pada ulang tahun yang ke-40 ini, kami bersyukur menjadi nomor 40 dengan 45.000 pelanggan," pungkasnya.

        Di usia 35 tahun, Hermanto telah sukses melewati krisis tahun 98. Kesuksesan Hermanto melewati krisis, berkat pesan dari sang ayah yang ia ingat dan laksanakan dengan baik yaitu mempertahankan reputasi dan integritas.

        "Jadi waktu krisis 97 98, kami seluruh perusahaan, seluruh anak cucu punya usaha, itu tidak ada yang sampai hutang tidak bisa dibayar, baik hutang ke bank atau hutang ke principle. Semuanya kami bisa bayar karena papa sudah mengajarkan. Jangan berhutang dalam mata uang asing karena kita berjualan di Indonesia, mendapatkan uang Indonesia," terangnya.

        Sejak dulu, ayahnya mengajarkan agar tidak berutang pada mata uang asing. Karena itu, Hermanto Tanoko selamat dari krisis.

        Namun, tetap saja ada kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat yakni ekspansi berlebihan ke bisnis yang tidak dipahami. Karena itu, Hermanto belajar agar fokus pada bisnis yang dipahami.

        Saat ini, Hermanto telah menjadikan bisnisnya meraksasa melalui Tan Corp Group yang memiliki lebih dari 15 ribu karyawan. Tan Corp Gorup terdiri 8 subholding, 77 perusahaan, 33 bisnis unit dan lebih dari 300 brand.

        Perusahaan tersebut telah berhasil mendapat ratusan penghargaan baik nasional maupun internasional. Hermanto pun membocorkan bahwa Avian akan segera IPO dalam beberapa tahun ke depan. Baginya, IPO bukanlah akhir, tetapi awal menjadikan bisnis lebih besar lagi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: