Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gak Manjur Rem Penularan, Rakyat Thailand Demo Tuntut Ganti Jenis Vaksin Covid-19

        Gak Manjur Rem Penularan, Rakyat Thailand Demo Tuntut Ganti Jenis Vaksin Covid-19 Kredit Foto: Antara/REUTERS/Chalinee Thirasupa
        Warta Ekonomi, Bangkok -

        Kepercayaan warga Thailand terhadap keampuhan vaksin Sinovac menangkal penularan Covid-19 mulai luntur. Ratusan warga negeri Gajah Putih menuntut vaksin buatan China itu diganti dengan Pfizer dan Moderna.

        Tuntutan itu disuarakan lewat aksi demonstrasi yang diikuti sekitar 500 orang pada Sabtu (7/8).

        Baca Juga: Covid-19 Ngamuk Lagi, Orang Terkaya Thailand Umumkan Bakal Bikin Obat Herbal Ampuh! Ini Obatnya

        “Saya khawatir dengan situasi saat ini, tetapi kami harus terus berjuang meskipun ada pandemi Covid-19 yang parah,” kata pengunjuk rasa bernama Nat.

        Dalam aksi ini, para pengunjuk rasa berbaris menuju Gedung Pemerintah, kantor Perdana Menteri. Pemerintah menurunkan polisi dalam jumlah besar untuk mengamankan unjuk rasa tersebut. Polisi menutup jalan dekat Monumen Kemenangan di Bangkok menggunakan kontainer. Dan, menembakkan gas air mata serta peluru karet untuk mendorong pengunjuk rasa mundur.

        Protes ini digelar menyusul meningkatnya penularan Covid-19 dan buruknya kondisi perekonomian karena pandemi. Selain pergantian vaksin, para demonstran menuntut reformasi politik. Pada Sabtu (7/8/2021), Thailad mencatat 22.000 kasus baru Covid-19 baru dalam satu hari dan 212 kematian.

        Total kasus Covid-19 di Thailand mencapai 736.522 kasus dan 6.066 kematian sejak pandemi tahun lalu.

        Longgarkan Pembatasan

        Kondisi di Thailand berbeda 180 derajat dengan Singapura. Pemerintah Singapura bakal melonggarkan pembatasan sosial mulai 10 Agustus besok.

        Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung mengatakan, saat ini jumlah kasus harian telah stabil sejak pembatasan sosial terbaru diberlakukan pada 22 Juli. Selama waktu pembatasan, jumlah orang yang telah divaksinasi dan menerima 2 dosis naik dari sekitar 40 persen menjadi 67 persen.

        Dalam pelonggaran itu, Pemerintah Singapura mengizinkan warga yang sudah mendapatkan vaksinasi lengkap makan di restoran atau berkelompok maksimal 5 orang. Selain itu, boleh menggelar pesta dengan jumlah mencapai 250 orang. Rumah tangga juga akan diizinkan menerima lima pengunjung berbeda setiap hari.

        Seseorang di Singapura, akan dianggap telah menerima vaksin penuh setelah dia menerima 2 dosis vaksin Pfizer-BioNTech atau Comirnaty, dan Moderna. Serta vaksin lain yang diakui dalam Daftar Penggunaan Darurat Badan Kesehatan Dunia (WHO), termasuk yang dibuat Sinovac dan Sinopharm.

        Baca Juga: Ya Tuhan! Thailand Sulap Bandara Jadi Rumah Sakit Covid-19, Kasus Meroket Tiada Henti!

        “Mereka bisa pergi ke gym, pusat kebugaran. Mereka dapat bersantap di gerai makanan dan minuman dalam kelompok yang terdiri dari lima orang, yang semuanya divaksinasi penuh,” kata Wong.

        Namun untuk yang belum divaksin, Pemerintah Singapura melarang mereka berkumpul lebih dari dua orang.

        Sejalan dengan tingginya angka vaksinasi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Singapura membolehkan tempat umumtidak lagi melakukan pemeriksaan suhu mulai 19 Agustus mendatang. Selain itu, anak-anak berusia 12 tahun ke bawah yang belum divaksin dapat berkumpul dengan lima orang yang tinggal serumah.

        Mengenai cara Pemerintah mengetahui warga yang sudah divaksin atau belum, menurut Ketua Gugus Tugas Covid-19 Sungapura, Lawrence Wong, status vaksinasi seseorang sudah tercatat dalam aplikasi TraceTogether dan HealthHub di ponsel.

        Sementara, untuk orang yang telah mendapatkan vaksinasi Covid-19 di luar Singapura, harus membawa salinan dokumen yang relevan. Sebab, status vaksinasi tidak terlihat di aplikasi TraceTogether atau HealthHub. Selain itu, mulai 20 Agustus mendatang, Singapura membolehkan wisatawan dari negara-negara tertentu berlibur di Negeri Merlion.

        “Kami sekarang berada dalam posisi yang lebih kuat untuk kembali membuka diri kepada turis, tetapi dengan cara yang hati-hati dan terkalibrasi,” kata Menteri Gan.

        Sementara, Pemerintah Brunei Darusalam mengumumkan pemberlakuan protokol kesehatan (prokes) ketat setelah negara itu melaporkan delapan kasus Covid-19 baru pada hari Sabtu, 7 Agustus 2021. Delapan kasus Covid-19 tersebut berasal dari tujuh infeksi lokal dan satu kasus impor.

        Dikutip dari Xinhua, infeksi Covid-19 lokal di Brunei Darussalam ini adalah yang pertama dilaporkan sejak 6 Mei 2020.

        Menurut Kementerian Kesehatan Brunei Darussalam, langkah-langkah pengendalian diberlakukan kembali selama dua pekan. Termasuk menutup tempat keagamaan, sekolah beralih ke pembelajaran online, tidak makan di restoran, dan menutup fasilitas olahraga dalam dan luar ruangan, pusat rekreasi dan bioskop.

        Untuk mengatasi kekhawatiran penyebaran varian Delta, Pemerintah Brunei mewajibkanwarga memakai masker. Terutama di dalam ruangan dan tempat ramai.

        Dengan delapan kasus baru itu, kasus Covid-19 Brunei meningkat menjadi 347 kasus. Menurut Kementerian Kesehatan, lima dari tujuh kasus lokal tidak memiliki riwayat bepergian ke luar negeri dalam beberapa bulan terakhir. Dan, dua kasus lokal yang tersisa tidak diketahui asal infeksinya dengan gejala ringan tetapi tidak ada riwayat perjalanan ke luar negeri.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: