Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ogah Negaranya Jadi Gudang Pengungsi Afghanistan, Erdogan: Eropa Harus Tanggung Jawab!

        Ogah Negaranya Jadi Gudang Pengungsi Afghanistan, Erdogan: Eropa Harus Tanggung Jawab! Kredit Foto: Instagram/Recep Tayyip Erdogan
        Warta Ekonomi, Turki -

        Gelombang pengungsi Afghanistan yang masih berdatangan membuat Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, bersuara. Erdogan mendesak Eropa bertanggung jawab dan tidak lagi menjadikan negaranya sebagai gudang pengungsi.

        Turki telah menampung seki­tar 5 juta pengungsi. Sekitar 3,6 juta dari Suriah dan 1,1 juta warga asing lainnya dari Yaman hingga Sudan. Ditambah lagi, pendatang ilegal yang masuk dari perbatasan. Baca Juga: Menlu Retno Ceritakan Proses Evakuasi 26 WNI dari Afghanistan: Proses Ini Benar-Benar...

        Sejak Taliban memasuki Kabul akhir pekan kemarin, kon­disi Afghanistan makin kacau. Ratusan ribu warga Afghanistan melarikan diri dengan berbagai cara. 

        Mereka takut akan kembalinya interpretasi keras hukum Islam yang diberlakukan selama Pemerintahan Taliban sebelumnya yang berakhir 20 tahun lalu. Baca Juga: Laporan Terbaru NATO Sebut Belasan Ribu Orang Sudah Diangkut Keluar dari Afghanistan

        “Eropa perlu bertanggung jawab atas warga Afghanistan yang melarikan diri dari negara itu. Ankara telah mengambil tin­dakan di sepanjang perbatasan­nya dengan Iran,” tegas Erdogan, dikutip AFP, kemarin.

        Iran merupakan rute utama bagi migran Afghanistan bergerak menuju Turki.

        “Namun, Turki dapat terlibat dalam pembicaraan dengan pemerintah baru yang akan dibentuk oleh Taliban untuk membahas agenda bersama,” ucap Erdogan.

        Sebelumnya, Taliban melaku­kan pertemuan dengan mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan mantan Kepala Eksekutif Abdullah Abdullah di Kabul. Pertemuan itu dikabarkan membahas isu pemerintahan.

        Seorang juru bicara Karzai mengatakan, tujuan dari per­temuan itu untuk mendorong negosiasi dengan pemimpin Taliban di Doha, Qatar, Abdul Ghani Baradar.

        Negara Tetangga Jaga Perbatasan

        Di saat beberapa negara be­sar membuka tangan kepada pengungsi Afghanistan, negara tetangga yang berbatasan lang­sung dengan Afghanistan justru ragu menerima gelombang pengungsi.

        Para pejabat Pemerintahan Uzbekistan dan empat negara bekas Uni Soviet di Asia Tengah khawatir kebanjiran pengungsi. Ada tiga negara Asia Tengah berbagi perbatasan dengan Afghanistan, yaitu, Uzbekistan, Tajikistan dan Turkmenistan.

        Ketiga negara itu menjaga ketat perbatasan. Uzbekistan memiliki panjang 150 kilome­ter dan penyeberangan utama melintasi Sungai Amu Darya adalah Jembatan Persahabatan buatan Soviet, yang selama beberapa dekade menjadi jalur transportasi utama.

        Sejauh ini, lebih dari seribu pengungsi, termasuk tentara, telah diizinkan masuk sejak jatuhnya Kabul dan Kota Utara Mazar-i-Sharif yang terletak hanya 80 kilometer dari per­batasan.

        Menurut laporan media Uzbekistan dan Rusia, ratusan pengungsi menyeberangi sungai, ratusan lainnya memasuki Uzbekistan melalui jembatan.

        Beberapa warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, ditempatkan di tenda-tenda di padang rumput antara Jembatan Persahabatan dan Kota Termez.

        Sedangkan ratusan lainnya, termasuk tentara yang setia kepada Presiden Ashraf Ghani yang diasingkan, diketahui berkumpul di dekat Jembatan Persahabatan.

        Sementara, Turkmenistan tidak pernah berselisih dengan Taliban. Negeri ini malah disebut sering dikunjungi sejumlah petinggi Taliban di masa lalu.

        Tajikistan memperkuat keamanan di perbatasan Afghanistan yang membentang hampir 1.400 kilometer melintasi Pegunungan Pamir. Negara itu menyiapkan 100 ribu tentara, 130 ribu tentara cadangan dan prajurit Rusia yang ditempatkan di sana.

        Sementara di Kirgistan, hanya menerima dan mengeluarkan 500 visa pelajar untuk pemuda Afghanistan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: