Ibu memiliki peran yang besar dalam keluarga. Sosoknya hadir sebagai madrasah pertama bagi sang anak. Ibarat sebuah pelita, ibu mampu menerangi serta mengenalkan dunia dan seisinya kepada anak dan keluarga dengan sebuah ilmu pengetahuan. Itu semua dapat berjalan maksimal apabila seorang ibu memahami pentingnya dekat dengan ilmu, salah satunya melalui buku. Kebiasaan ibu dan ayah yang gemar membaca menjadi stimulus bagi anak untuk menumbuhkan minat baca sejak dini.
Namun, tak sedikit di antara orang tua yang juga masih memiliki kesadaran rendah untuk mengenalkan buku pada anak. Menurut data dari studi US-Based Children's Publisher Scholastic, jumlah orang tua yang masih membacakan cerita pada bayi berusia tiga bulan atau kurang, hanya mencapai 30 persen. Padahal, membacakan buku memiliki manfaat luar biasa bagi tumbuh kembang anak, termasuk dalam pengenalan kosakata.
Baca Juga: The Power of Baca Sampai Tuntas Eps 7: Diego Christian
Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2019 menunjukkan bahwa anak usia 0-5 tahun yang tidak pernah dibacakan buku hanya mendengarkan 4.662 kata, sedangkan jika dibacakan satu buku sehari akan mendengar 296.660 kata. Sementara itu, jika dibacakan lima buku dalam sehari anak dapat mendengar hingga 1.483.300 kata. Dengan demkian, makin banyak dibacakan buku, makin banyak kosakata yang dimiliki anak. Bahkan, dengan sering dibacakan buku, anak-anak akan memiliki kemampuan kognisi yang lebih baik.
Berangkat dari keresahan tersebut, Warta Ekonomi Group yang terdiri atas wartaekonomi.co.id dan herstory.co.id menggagas campaign #BacaSampaiTuntas untuk turut meningkatkan minat baca di Indonesia.
Campaign #BacaSampaiTuntas ini bisa diimplementasikan dalam banyak hal, salah satunya dari segi parenting. Peran orang tua, terutama ibu sangat penting dalam meningkatkan minat baca pada anak sejak dini. Orang tua yang biasa memberikan stimulus dalam hal konteks bacaan buku akan membiasakan anak suka membaca sejak usia dini.
Melalui campaign #BacaSampaiTuntas, Warta Ekonomi Group mengajak masyarakat untuk membudayakan membaca secara tuntas setiap informasi dan bacaan yang diterima sehingga mendapat pemahaman yang utuh dan menyeluruh.
Sebagai bagian dari campaign #BacaSampaiTuntas, Warta Ekonomi Group melakukan bincang-bincang dengan Putty Puar dari Buibu Baca Buku Book Club. Berikut ini merupakan hasil bincang-bincang jurnalis Warta Ekonomi Group Nada Saffana bersama dengan Buibu Baca Buku Book Club.
Mengapa perempuan, terlebih lagi seorang ibu harus gemar membaca buku?
Kami percaya bahwa membaca itu penting karena ibu merupakan simpul keluarga dan partner diskusi bagi pasangan sehingga akan menentukan sebuah keputusan di dalam rumah tangga. Ada banyak keputusan, misalnya makanan yang ingin disajikan hingga pembicaraan investasi di masa pensiun. Karena itu menjadi keputusan besar, tidak bisa diputuskan oleh salah satu pihak saja. Sebagai perempuan yang memiliki wawasan, kita bisa memberikan keputusan yang lebih baik di dalam keluarga. Kedua, soal mendidik anak. Karena seorang ibu adalah orang pertama yang mendidik anaknya, pastinya, ibu adalah role model bagi anak-anaknya.
Seberapa penting kegemaran ibu dalam membaca terhadap tumbuh kembang anak?
Untuk hubungan ibu dan anak, membaca itu ada manfaatnya. Pertama itu bonding. Ketika kita membacakan buku untuk anak, atensi kita tidak akan terbagi. Kalau berbicara seputar kemampuan intelektual dan kognitif anak, sudah pasti membacakan buku untuk anak akan menambah kosa kata si anak karena ada kata-kata yang tidak kita gunakan sehari-hari, tetapi ternyata ada di dalam buku. Kemudian kita bisa mengajarkan konteks dan situasi kepada anak, hingga pada ujungnya dapat mengajarkan si anak untuk berempati.
Apa yang membedakan antara ibu yang gemar membaca serta membacakan buku ke anak dan yang tidak?
Menurutku, untuk ibunya jadi lebih bisa memahami kepribadian si anak. Misalnya, anak saya tidak suka diberikan cerita yang sedih karena bisa membuat dia cepat nangis. Itu menjadi efek supaya kita paham tentang anak kita sendiri.
Sementara, bagi ibu yang membaca untuk dirinya sendiri membawa pengaruh bagi dirinya. Kita menjadi lebih percaya diri karena setelah kita membaca, timbul rasa fulfilment dalam diri kita. Pastinya, membaca membuat kita lebih semangat untuk belajar kembali. Ketika kita membaca buku, kita bisa membuka wawasan lebih luas lagi dan mampu membentuk kepribadian seorang ibu untuk menjadi lebih kritis dan lebih percaya diri.
Bicara soal waktu, adakah waktu yang tepat untuk memperkenalkan bacaan buku kepada anak?
Karena saya bukan ahlinya, saya akan mengutip dari apa yang telah saya baca. Berdasarkan studi, di dalam kandungan pun organ pendengaran anak yang berada dalam kandungan sudah mulai berkembang. Jadi dari kecil pun kita sudah bisa perkenalkan konsep membaca melalui nyanyian atau diajak ngobrol karena itu adalah dasar dari kemampuan literasi itu sendiri. Jadi sejak kecil diperkenalkan dengan kata-kata.
Baca Juga: The Power of Baca Sampai Tuntas Eps 6: Azhar Nurun Ala
Jenis buku/bacaan seperti apa yang perlu dikenalkan ke anak sesuai tahapannya? Saat ini banyak yang menyediakan buku khusus bayi yang dengan bahan dan warna yang menarik perhatian anak.
Biasanya, tahapan bukunya tergantung pada kemampuan sensorik, motorik, dan rentang atensi anak. Contohnya adalah kemampuan sensorik. Saat masih bayi, si anak hanya bisa membedakan warna kontras gelap dan terang saja. Dari situ bisa diperkenalkan bentuk buku yang seperti apa.
Kemudian anak di bawah umur 1 tahun pasti lebih banyak meraba dan menggigit. Oleh karena itu, ada baiknya diberikan buku yang soft. Setelah sudah mulai bisa duduk, baru bisa kita berikan board book. Karena kalau kita beri buku yang tipis akan dia remas.
Selanjutnya, kita kenalkan buku bergambar dengan tulisan yang sedikit. Jadi ini mengikuti anaknya, karena makin terbiasa, maka rentang atensinya makin cepat meningkat.
Bisa dibilang, anak zaman now lebih pilih gadget ketimbang buku. Lantas apa yang harus dilakukan orang tua agar anak juga tertarik untuk membaca buku?
Jadi saya sendiri bukan tipe yang anti-gadget. Saya juga memperkenalkan gadget ke anak, apalagi sekarang sekolah online. Jadi menurut saya harus berimbang. Caranya bagaimana? Gadget itu menyenangkan, berarti kita harus bisa mengasosiasikan kegiatan membaca itu sebagai sesuatu yang menyenangkan.
Bagaimana caranya membuat baca buku sebagai kegiatan yang menyenangkan? Pertama, kita harus tahu anak kita sedang tertarik apa. Misalnya sedang tertarik dinosaurus, maka kita bisa membelikan buku bertema dinosaurus. Ketika mengajak dia membaca, kita juga tidak boleh setengah hati. Ketika mengajak anak untuk membaca, situasi hati si anak harus baik dan kondusif.
Mungkin bisa dibuat ritual dengan meluangkan waktu. Pilih sesuai dengan kemampuan si anak. Jangan sampai rentang atensi anak belum terlalu panjang kemudian kita pilihkan buku yang panjang lebar. Jadikan kegiatan membaca itu sebagai bonding, kita berusaha mengerti anak, dan begitu pun sebaliknya.
Bagaimana tips mengatur waktu supaya kegemaran membaca dapat berjalan di tengah kesibukan peran seorang ibu di rumah?
Menurutku yang terpenting itu adalah konsistensi. Jadi jangan sampai kita hanya bersemangat membaca di awal saja, tetapi keesokan harinya langsung berhenti. Berikan komitmen kita untuk meluangkan waktu, kalau bisa dijadikan rutinitas. Misalnya, sebelum tidur saya membacakan buku untuk anak.
Memang di zaman sekarang itu susah mencari waktu luang. Jadi bagusnya ya meluangkan waktu untuk membaca. Kita perlu mendedikasikan waktu kita untuk membaca. Ada dua tips yang bisa kita ikuti. Pertama, kita harus membuat target. Jika kita hampir tidak pernah baca buku sama sekali, cobalah buat target dalam satu tahun baca dua buku yang kita minati. Kedua, kita bisa ikut suatu komunitas. Dengan adanya teman atau komunitas, kita akan mendapat pengaruh positif atau menjadi motivasi untuk memenuhi komitmen dalam membaca buku.
Pesan untuk para wanita dan ibu lainnya mengenai pentingnya membaca buku?
Sebagai seorang ibu, ketika kita ingin mendidik anak yang paling efektif adalah dengan memberi contoh. Jika kita hanya menyuruh tanpa memberi contoh dan menjadi teladan, akan sulit bagi si anak melihat sesuatu yang harus dia jalani. Selanjutnya, kita harus bisa memilah dan memilih ketika kita menjawab pertanyaan si anak. Kita harus memiliki kebutuhan untuk bisa berpikir lebih kritis. Itulah menurutku pentingnya membiasakan diri untuk membaca.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: