Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ganjar-Anies Masih Kejar-kejaran, Tapi Prabowo Tetap Juara Apapun Surveinya: Sisa Pilpres 2019

        Ganjar-Anies Masih Kejar-kejaran, Tapi Prabowo Tetap Juara Apapun Surveinya: Sisa Pilpres 2019 Kredit Foto: Instagram/Prabowo Subianto
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pemuncak elektabilitas calon presiden 2024 dari berbagai survei masih dipegang Prabowo Subianto. Termasuk survei terbaru yang dirilis Indikator Politik Indonesia, kemarin. Sementara, pesaing terdekat Prabowo: Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan, masih kejar-kejaran di bawahnya. 

        Dari kurva elektabilitas 6 nama teratas yang dipaparkan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, elektabilitas Prabowo naik tajam dari April 2021 ke Juli 2021. Dari 19,3 persen menjadi 26,2 persen. 

        Baca Juga: Kader PDIP Dilarang Ngomong Copras-Capres, Kode Keras untuk Mas Ganjar

        Di bawahnya adalah Ganjar. Elektabilitas Gubernur Jawa Tengah itu juga naik. Dari 13,7 persen di April 2021 menjadi 20,8 persen di Juli 2021. “Selisihnya tidak terlalu jauh,” kata Burhanudin, dalam konferensi pers yang digelar secara daring, kemarin.

        Di posisi ketiga ada Anies. Gubernur DKI Jakarta itu memiliki elektabilitas 15,5 persen. 

        Dalam survei Indikator Politik sebelumnya, Anies bersaing ketat dengan Prabowo di periode April. Bahkan, selisihnya lebih tipis lagi. Ketika Prabowo mencatatkan elektabilitas 19,3 persen, Anies membukukan tingkat keterpilihan 18,6 persen. Sayangnya, dari April ke Juli, elektabilitas Anies melorot jauh. Penurunan elektabilitas juga dialami kepala daerah lain, yakni Ridwan Kamil dari 8,1 persen ke 5,7 persen. 

        Survei dilakukan ketika Corona lagi gawat-gawatnya dan di saat pemerintah mulai memberlakukan PPKM Darurat Jawa dan Bali. Anehnya, saat banyak elektabilitas kepala daerah turun, Ganjar malah naik. Padahal, Jawa Tengah juga dihantam Corona yang tidak kalah gawatnya.

        Burhanudin menduga, Ganjar ketiban berkah dari perseteruan dengan Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PDIP Bambang Wuryanto. Polemik di internal PDIP yang kadung tersiar keluar itu, justru menguntungkan Ganjar secara elektoral.

        Ketika itu, Ganjar seakan dikucilkan dari kandang Banteng. Ia bahkan tidak diundang di acara PDIP yang digelar di Jawa Tengah. Diserang begitu, Ganjar malah memanen simpati. "Drama itu justru jadi berkah Ganjar Pranowo," nilai Burhanuddin.

        Sementara, elektabilitas Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono cenderung stagnan dari April ke Juli 2021. Yakni mentok di 5,4 persen. 

        Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, yang masuk dalam 6 besar capres potensial, elektabilitasnya juga turun. Dari 6,7 persen ke 5,4 persen.

        Selain survei yang dirilis Indikator Politik, elektabilitas Prabowo juga di puncak dalam survei yang digelar Litbang Kompas pada Mei lalu, dengan elektabilitas 16,4 persen. Survei Parameter Politik yang dirilis pada Juni lalu juga menempatkan prabowo di posisi nomor 1, dengan elektabilitas 18,3 persen.

        Prabowo juga menang di survei Indostrategic. Prabowo meraup elektabilitas 17,5 persen di survei yang digelar pada periode 23 Maret hingga 1 Juni 2021. Demikian halnya survei yang digelar Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA. Menhan meraup elektabilitas hingga 23,5 persen.

        Sementara di survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) pimpinan Djayadi Hanan, tingkat elektabilitas sebesar 22,5 persen. Dengan jumlah itu, Ketua Umum Partai Gerindra ini juga ada di atas.

        Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai, konsistennya Prabowo berada di puncak elektabilitas hampir semua lembaga survei tak terlepas dari tabungan elektoralnya di Pilpres 2019. “Pak Prabowo kan punya tabungan elektabilitas, sisa Pilpres 2019 kemarin. Jadi wajar kalau dia punya elektabilitas paling tinggi saat ini,” kata Hensat, sapaan akrabnya, tadi malam.

        Namun, ia tidak dapat memastikan elektabilitas Prabowo ini bakal terus tinggi atau tidak hingga 2024. “Buktinya, di 2 pemilu sebelumnya, dia tidak pernah menjadi paling tinggi. Selalu kalah dari Jokowi. Nah sekarang, Pak Jokowi nggak ada, apakah dia bisa mengalahkan Anies Baswedan, atau lainnya. Itu kita perlu buktikan nanti,” pungkasnya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: