The Power of #BacaSampaiTuntas: Si Kecil Dekat dengan Buku, Bagaimana Peran Ayah Ibu?
Minat baca pada anak turut dipengaruhi oleh kebiasaan orang tua yang gemar membaca pula. Orang tua sebagai guru dalam meningkatkan minat baca dan memberi stimulus kepada anak sejak dini. Namun, tak sedikit di antara orang tua yang juga masih memiliki kesadaran rendah untuk mengenalkan buku pada anak.
Menurut data dari studi US-Based Children's Publisher Scholastic, jumlah orang tua yang masih membacakan cerita pada bayi berusia tiga bulan atau kurang, hanya mencapai 30 persen. Hal itu terjadi karena orang tua seringkali merasa masa bodoh untuk membacakan buku untuk bayinya yang dianggap belum mengerti apa-apa. Padahal, mengenalkan buku dengan cara membacakannya dapat berdampak baik bagi bayi saat ia tumbuh hingga dewasa kelak.
Baca Juga: The Power of Baca Sampai Tuntas Eps 8: Buibu Baca Buku Book Club
Sejumlah data menunjukkan, bayi yang tidak biasa mendengar ibu atau ayah membacakan cerita menyebabkan mereka jadi malas membaca saat besar nanti. Terlebih lagi jika ditambah dengan adanya paparan gadget sejak dini.
Tak bisa dimungkiri, sebagian orang tua memilih untuk memberikan tontonan melalui gadget ke anak untuk membuatnya tenang sehingga orang tua bisa beraktivitas atau melakukan kegiatan lainnya. Hal itu tentu akan turut membentuk diri dan kebiasaan anak hingga besar nanti.
Untuk diketahui, selain berdampak kepada kebiasaan membaca anak saat tumbuh dewasa, mengenalkan buku atau bacaan ke anak sejak dini juga berdampak positif terhadap perkembangan psikologis dan sosial bagi anak.
Berangkat dari keresahan tersebut, Warta Ekonomi Group yang terdiri atas wartaekonomi.co.id dan herstory.co.id menggagas campaign #BacaSampaiTuntas untuk turut meningkatkan minat baca di Indonesia.
Melalui campaign #BacaSampaiTuntas, Warta Ekonomi Group mengajak masyarakat untuk membudayakan membaca secara tuntas setiap informasi dan bacaan yang diterima sehingga mendapat pemahaman yang utuh dan menyeluruh.
Campaign #BacaSampaiTuntas ini bisa diimplementasikan dalam banyak hal, salah satunya dari segi parenting. Peran orang tua sangat penting dalam meningkatkan minat baca pada anak sejak dini. Orang tua yang biasa memberikan stimulus dalam hal konteks bacaan buku akan membiasakan anak suka membaca sejak usia dini.
Seberapa penting mengenalkan bacaan buku terhadap perkembangan anak?
Jika kita lihat, peringkat literasi Indonesia masih berada dalam urutan terbawah. Padahal membaca itu sangat penting sebagai bekal hingga tua nanti. Mulai dari sekolah hingga bekerja, kita tetap harus belajar, salah satunya dengan membaca untuk bisa menambah keterampilan yang akan kita butuhkan nantinya. Penting untuk mengenalkan dan menumbuhkan minat baca sedini mungkin.
Bicara soal waktu, adakah waktu yang tepat untuk memperkenalkan bacaan buku terhadap anak?
Sedini mungkin harus kita perkenalkan, tetapi kita juga harus tahu jenis bukunya seperti apa, sesuaikan dengan usianya. Misalnya di Jepang sudah ada gerakan membaca dini, dimulai dari usia anak empat bulan sudah harus dibacakan buku oleh orang tuanya. Hasilnya signifikan, dengan minat baca yang meningkat.
Bagaimana cara untuk memulai mengenalkan buku kepada si kecil?
Menginjak usia 4 atau 5 bulan sudah bisa kita berikan soft book dengan gambar yang menarik. Misalnya di buku tersebut ada gambar bebek, kemudian kita bisa buat cerita tentang karakter bebek tersebut. Soft book memang tidak termuat cerita di dalamnya, sehingga kita bisa ekspresikan dengan cerita yang bisa kita karang sendiri. Anak balita bisa mengenali sesuatu melalui sensory motor. Artinya, dia butuh sesuatu yang dapat dia lihat, dengar, dan pegang. Ketika melihat buku dengan cover yang menarik, pasti dia akan senang, karena aspek visualnya terpenuhi.
Jenis buku atau bacaan seperti apa yang perlu dikenalkan ke anak sesuai tahapannya? Mengingat saat ini banyak yang menyediakan buku khusus bayi yang dengan bahan dan warna yang menarik perhatian anak.
Sudah tersedia banyak buku untuk usia balita. Kita bisa memberikan stimulasi lain disamping bacaannya, misalnya dengan memberikan buku dengan cover yang menarik, atau tekstur yang unik. Atau mungkin dengan board book yang memiliki gambar menarik tanpa ada tulisan sama sekali. Di usia 12 hingga 18 bulan kita bisa memberikan buku pop up. Jika sudah lebih besar, kita bisa mengajaknya ke toko buku untuk memilih sendiri buku yang sesuai usianya. Baru di usia 3 sampai 5 tahun, dia sudah bisa membaca sendiri.
Setiap anak punya keistimewaan baik dalam kepribadian maupun pertumbuhannya, bagaimana menyiasati hal itu supaya membiasakan anak menyukai membaca buku?
Minat baca harus kita kenali sejak usia dini, sambil dirinya belajar cara membaca buku. Karena seseorang tidak bisa langsung membaca tanpa menyiapkan motorik kasarnya, motorik halusnya, kemampuan persepsinya, kemudian bagaimana dia bisa mengucap kata dengan benar. Itu menjadi sesuatu yang perlu kita perhatikan. Selain itu, kita bisa mengaitkannya dengan kesukaan anak. Misalnya si anak suka sepak bola, kita bisa mengajaknya untuk mencari buku tentang sepak bola.
Bisa dibilang, anak zaman now lebih pilih gadget ketimbang buku, lantas apa yang harus dilakukan orang tua agar anak juga tertarik untuk membaca buku?
Sebenarnya ini bisa dijadwalkan, karena gadget tidak bisa dipungkiri sudah menjadi bagian dari hidup. Apalagi sekarang semua anak setiap hari memegang gadget. Kita sebagai orang tua bisa mengendalikan dengan cara membuat jadwal agar tidak terus-terusan memegang gadget. Misalnya dalam satu hari, si anak hanya boleh main gadget selama satu jam saja sepulang sekolah, kemudian dia bisa membaca buku atau bermain board game. Itu bisa kita diskusikan dengan si anak.
Kadang banyak orang tua yang memiliki kebiasaan memberikan tontonan lewat gadget dengan dalih ‘biar anteng’, bagaimana tanggapan Anda mengenai kondisi itu?
Saya menyebutnya sebagai ‘penyakit pandemi’, karena mereka bisa diam hanya dengan menonton saja, namun otaknya tidak terstimulasi. Pada akhirnya, kita harus bertanya pada diri sendiri, apa harapan kita terhadap si anak? Gadget itu boleh, tetapi harus dijadwalkan. Kita punya batasan, dan dia juga punya batasan, sehingga dia bisa mengelola dirinya sendiri.
Apa perbedaan antara anak yang tumbuh dekat dengan buku dan yang tumbuh dekat dengan gadget bila dilihat dari sisi psikolgisnya?
Dengan membaca, kemampuan berbahasa anak yang sering membaca buku dibandingkan yang tidak akan jauh lebih variatif, karena ketika dia membaca sesuatu dan tidak mengerti maka dia akan menanyakan arti kata tersebut pada orang tuanya. Kemudian, si anak juga mempunyai wawasan yang luas, bisa melihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda dari buku yang dibaca. Ketika sudah sekolah, si anak sudah tidak lagi kesulitan memahami isi dari buku pelajaran sekolah. Karena ada banyak kasus di dunia perkuliahan yang tidak bisa mengikuti mata kuliah dengan baik karena tidak mampu membaca buku dan jurnal yang tebal. Hal itu disebabkan kurangnya kebiasaan membaca sejak dini.
Apa pesan yang ingin disampaikan untuk orang tua di luar sana yang berperan pentih dalam menumbuhkan minat baca pada anak?
Pada intinya, minat baca harus dipupuk sejak dini. Selain itu, membaca harus dibuat menjadi kegiatan yang menyenangkan, bukan yang menyeramkan, sehingga nantinya si anak sudah terbiasa dan tidak sulit belahar atau memahami buku bacaan dan materi sekolah. Kemudian kemampuan persepsi anak dapat terbentuk dari membaca. Minat baca memang harus dipupuk, tetapi jangan lupa, pastikan anak sudah tahu cara membaca yang benar dan tepat, agar dia mengerti apa yang di baca.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: