Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sudah Ada Korban Berjatuhan, Mari Mengetahui Lebih Dalam Soal ‘Nipah Virus’

        Sudah Ada Korban Berjatuhan, Mari Mengetahui Lebih Dalam Soal ‘Nipah Virus’ Kredit Foto: Twitter/asyikfmrtm
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Masih berurusan dengan Covid-19 yang belum jelas kapan selesainya, kini dunia perlu waspada dengan ancaman Virus Nipah (Nipah Virus). Dikabarkan beberapa kematian di India disebabkan karena virus ini. Seorang bocah lelaki berusia 12 tahun dikabarkan meninggal karena Virus Nipah. 

        CBS News melaporkan bocah itu dibawa ke rumah sakit minggu lalu di negara bagian Kerala selatan dengan demam tinggi dan diduga radang otak. Setelah tes darah, ia didiagnosis dengan virus Nipah dan meninggal pada hari Minggu. 

        Menurut menteri kesehatan negara bagian itu (Kerala), Veena George, 188 orang yang melakukan kontak dengan bocah itu telah diidentifikasi pada Senin. Dari mereka, 20 dianggap sebagai kontak utama berisiko tinggi - terutama anggota keluarganya, yang semuanya ditahan di bawah karantina ketat atau dirawat di rumah sakit.

        Melansir sumber yang sama, CBS News, Virus Nipah pertama kali ditemukan di Malaysia pada tahun 1999 selama wabah di antara peternak babi. Sejak itu, ada banyak wabah di Asia Selatan dan Tenggara. Secara keseluruhan, diketahui telah menewaskan lebih dari 260 orang.

        Seperti halnya virus corona, Nipah adalah virus zoonosis, atau virus yang ditularkan dari hewan ke manusia. Penularan umumnya terjadi ketika manusia melakukan kontak langsung dengan hewan, atau melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi. Tetapi sejumlah besar kasus penularan Nipah dari manusia ke manusia juga telah dilaporkan.

        Kelelawar buah dari keluarga Pteropodidae - umumnya dikenal sebagai "rubah terbang" - adalah pembawa alami Nipah. Mereka diketahui menularkan virus ke hewan lain termasuk babi, anjing, kucing, kambing, kuda, dan domba.

        Penelusuran kembali wabah tahun 2004 di Bangladesh bermuara pada temuan manusia yang mengonsumsi getah kurma yang telah terkontaminasi oleh kelelawar. Wabah terakhir di India, yang melanda Kerala pada 2018, menewaskan 17 dari 18 orang yang tertular. Infeksi itu semua ditelusuri kembali ke kelelawar buah yang ditemukan mati di air sumur keluarga.

        Nipah dianggap kurang menular daripada virus corona, tetapi tingkat kematiannya jauh lebih tinggi, masa inkubasi yang lebih lama hingga 45 hari, dan kemampuannya untuk menginfeksi berbagai jenis hewan yang jauh lebih luas, semuanya membuat Nipah menjadi penyebab kekhawatiran yang signifikan bagi para ahli epidemiologi yang mencoba memprediksi dan mencegah pandemi berikutnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bayu Muhardianto
        Editor: Bayu Muhardianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: