Hemat Biaya hingga 40 Persen, PLN Bedah Rumah Warga Pakai Abu Sisa Pembakaran Batu Bara
PT PLN (Persero) menggelar bedah rumah bagi warga Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan memanfaatkan fly ash bottom ash (FABA) atau abu sisa pembakaran batu bara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ropa.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur, Agustinus Jatmiko, menuturkan program bedah rumah di Ende ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial dan lingkungan PLN. Perseroan mengalokasikan dana Rp 140 juta untuk membangun 7 unit rumah layak huni dengan tipe 35m2 bagi warga Ende. Baca Juga: Fokus Pemanfaatan EBT, Jerman Mulai Hentikan PLTU Batu Bara
"Yang unik dari program ini adalah PLN memakai bahan baku pembangunan rumah tersebut menggunakan FABA sebagai salah satu prinsip circular economy," terangnya, Sabtu (11/9/2021). Baca Juga: Menteri BUMN Tunjuk PLN sebagai Pengelola e-Procurement Academy BUMN
Jatmiko menuturkan, pemanfaatan FABA yang disulap jadi bata intelock untuk mendukung program bedah rumah ini dapat menghemat biaya hingga 40 persen. Bata interlock yang digunakan tersebut merupakan hasil olahan warga Ende yang mendapatkan pelatihan dari PLN.
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari serangkaian pemanfaatan FABA yang dimulai dari training for trainer sejak Oktober 2020 lalu yang dilanjutkan MoU bersama stakeholder terkait.
"Salah satu tujuan dari pemanfaatan FABA yaitu untuk meningkatkan kompetensi generasi muda Indonesia dengan melibatkan kelompok masyarakat dalam dunia usaha penciptaan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat melalui pemanfaatan produk FABA seperti bata interlock, paving blok, dan bahan bangunan konstruksi," paparnya.
Jatmiko pun menjelaskan, inovasi pemanfaatan FABA ini sudah berjalan sejak satu tahun. Harapannya dengan pemanfaatan FABA ini bisa memberikan dampak lebih kepada masyarakat.
“Semoga dengan Pemanfaatan produk FABA ini tercipta kehidupan masyarakat yang lebih baik dan dinikmati masyarakat lebih banyak.” tuturnya.
Sementara itu, Bupati Ende, Djafar H. Achmad, mengapresiasi PLN yang telah mencanangkan program ini. Program yang diberi nama Bedah Rumah ini bisa bermanfaat bagi masyarakat. Menurutnya, kolaborasi dan sinergi dengan Pemda Kabupaten Ende dan Keuskupan Agung Ende dilandasi dengan semangat gotong royong.
"Ende sebagai kota Pancasila, telah mewujudkan inovasi yang bermanfaat dan membangun masyarakat melalui pemanfaatan FABA yang dapat menghemat biaya 40 persen untuk pembangunan daerah," ujarnya.
Djafar mengatakan, inovasi pemanfaatan FABA untuk pemberdayaan daerah menumbuhkan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dalam pengelolaan FABA dalam menciptakan lapangan kerja baru dan ini sejalan dengan salah satu program unggulan Pemda Ende yang selaras yaitu, Sustainable Development Goals (SDGs).
"Kabupaten Ende siap untuk menjadi pilot project nasional dan bersinergi dengan daerah-daerah lain dalam pengembangan inovasi tersebut. Terima kasih atas semangat dan kerja keras PLN untuk terus memberi manfaat lebih lagi, dari aktivitas pelayanan dalam memastikan ketersediaan listrik bagi masyarakat di tengah pandemi," ujarnya.
Selain itu, Uskup Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota mendukung langkah yang dilakukan PLN dalam pemanfaatan FABA dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
"Saya berpikir ini aksi kemanusiaan dan suatu yang mulia. Saya menyatakan dukungan saya sebagai pimpinan umat dan mendukung bagi masyarakat kurang mampu dengan memanfaatkan produk FABA untuk jangka panjang," ujarnya.
Salah satu penerima manfaat Maria Theresia Sensi Warga Bhoanawa, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende, NTT yang berprofesi sebagai guru honorer SD Inpres Bhoanawa 1 mengapresiasi langkah yang dilakukan PLN.
"Hari ini saya terharu karena mendapatkan bantuan bedah rumah yang dibangun dari awal oleh PLN dan keuskupan Agung yang terus mendukung, semoga ke depannya ada lagi yang merasakan hal yang sama seperti saya. Terima kasih PLN," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Lestari Ningsih