Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Astaga Naga! Orang Istana Diduga Gangguan Jiwa Langka, Kondisi Ngabalin Dikuliti, Cuma Satu...

        Astaga Naga! Orang Istana Diduga Gangguan Jiwa Langka, Kondisi Ngabalin Dikuliti, Cuma Satu... Kredit Foto: Instagram/Ali Mocthar Ngabalin
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat kebijakan publik, Syafril Sjofyan, ikut merespons pernyataan-pernyataan kontroversial yang dilontarkan Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin kepada Ekonom senior Rizal Ramli.

        Ia menilai sikap Ngabalin berbanding terbalik dengan pencitraannya di media soal gangguan jiwa. Baca Juga: Kasihan Rizal Ramli, Udah Mati-matian Caper Eh Dicuekin Jokowi, Orang Ini Cocoknya Jadi Kerbau

        Dalam kesempatan tersebut, Ngabalin selalu menegaskan agar masyarakat Indonesia menggunakan diksi yang baik dan sopan. Baca Juga: Ngabalin Tuduh Rizal Ramli Sudah Bau Tanah dan Bau Septic Tank, "Otak Ngabalin Jauh!"

        Namun berbanding terbalik, justru Ngabalin kerap memberikan pernyataan tidak sopan dan terkesan kasar melalui akun jejaring media sosial pribadinya.

        Karena itu, ia menilai bahwa ada yang terganggu dari kejiwaan dari orang Istana tersebut.

        “Kasus ini bisa jadi bergejala sindrom kejiwaan. Sindrom ini hanya menyerang satu dari ratusan orang. Kondisi kompleks yang memengaruhi kondisi fisik dan sosial penderitanya,” katanya, seperti dilansir RMOL, Selasa (14/9/2021).

        Lanjutnya, ia menduga Ngabalin seperti orang yang bernafsu menjadi pejabat dengan jabatan tinggi. Sedangkan, kedudukan yang didapat hanya alang-alang saja.

        “Jika diamati dalam setiap diskusi di media selalu menyerang dengan cara ‘merasa paling benar’ dan cenderung sangat sombong, sok kuasa dan tidak tahu aturan. Berbicara dengan mencerocos tanpa peduli waktu diskusi bukan miliknya,” ujar Syafril.

        Ketika menghadiri acara diskusi, Ngabalin juga sering menyatakan kepada pihak lawan diskusi agar menggunakan diksi sopan dan beretika. Namun anehnya terkadang dia justru merasa berhasil menggunakan diksi kotor dan kasar dalam menyerang lawannya.

        Menurutnya, perilaku ini sebagai tanda-tanda depresi mental atau sindrom tourette. Sering dianggap sebagai penyakit yang ‘tidak tampak’.

        “Karena stigma yang melekat kuat pada gangguan jiwa, seseorang biasanya takut mengakui sikap kasar mereka itu karena penyakit yang dideritanya,” imbuhnya.

        Sebelumnya, Ngabalin merespons pernyataan Ekonom senior Rizal Ramli yang menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) layak dipenjara lantaran hanya memberikan kebohongan.

        Menurut Ngabalin, Rizal Ramli merupakan sosok yang pendendam lantaran sakit hati dipecat Jokowi.

        Ia bahkan menyebut nafsu Rizal Ramli untuk menjadi oejabat hingga menutupi akal sehatnya.

        “Kalau yang ini orangnya sangat pendendam karena sakit hatinya dalam banget masuk sampai sum-sum tulang belakang, nafsunya melebihi akal sehat dan yang tertinggal dalam otaknya hanya septic tank tunggu waktunya karena sudah bau tanah,” cuitnya dalam akun Twitternya, seperti dilihat, Senin (13/9/2021).

        Lebih lanjut, ia juga menilai bahwa Rizal Ramli tidak mempunyai prestasi saat menjabat menteri di kabinet Jokowi, dan berakhir dipecat.

        “Waktu menjabat nggak tahu prestasi apa yang dibuat, akhirnya dipecat OMG ” ucap dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: