WE Online, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar 37,5% memberikan dampak negatif terhadap PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO).
Hal ini disampaikan oleh Komisaris Utama Exploitasi Energi Indonesia Andri Cahyadi saat ditemui di Jakarta, Rabu (8/10/2014).
Ia mengatakan bahwa dengan pelemahan nilai tukar rupiah maka perseroan terpaksa harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk memuluskan langkah perseroan dalam pembangunan sejumlah proyek pembangkit miliknya.?Menurutnya, hal ini dikarenakan beberapa komponen yang digunakan dalam proyek pembangkit listrik perseroan menggunakan instrumen dolar AS.
Saat ini perseroan tengah menggarap proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di wilayah Tembilahan dan Rengat. Andri mengungkapkan bahwa untuk sebagian mesin yang sudah dibeli tidak ikut terkena imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah, namun ada beberapa suku cadang yang belum didatangkan.
"Kenaikannya ada, mungkin tidak sampai 20%," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan perseroan telah melakukan pembelian mesin-mesin untuk proyek pembangkit listrik dengan kurs Rp 8.800 per dollar AS.
Sebagai catatan, hingga Agustus 2014 perseroan telah menggelontorkan dana sekitar Rp 62,63 miliar untuk pembangunan PLTU Rengat.?Untuk tahap selanjutnya, Exploitasi Energi memperkirakan masih akan menyuntikkan dana sekitar Rp 104,09 miliar guna penyelesaian proyek tersebut. Investasi yang akan dikeluarkan inilah yang berpotensi untuk mengalami pembengkakan.
Sementara untuk proyek PLTU Tembilahan, emiten tambang ini telah menghabiskan dana sekitar Rp 144,67 miliar. Ke depannya perseroan harus menyiapkan dana investasi sekitar Rp 50,69 miliar guna merampungkan proyek pembangkit tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: