Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pendarahan Otak Lebih Sering Dialami Pria Dibanding Wanita, Hal Ini karena...

        Pendarahan Otak Lebih Sering Dialami Pria Dibanding Wanita, Hal Ini karena... Kredit Foto: Unsplash/Alina Grubnyak
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Spesialis neurologi, dr. Nurul Rakhmawati, Sp.N mengungkapkan, kasus pendarahan otak lebih sering dialami oleh pria. Hal itu dikarenakan, pria memiliki faktor risiko lebih banyak dibanding wanita. 

        "Karena faktor risiko dimiliki laki-laki, maka lebih seringnya pada laki-laki. Karena laki-laki ada merokok, begadang, pola hidupnya lebih gak sehat," ujarnya dalam tayangan Hidup Sehat tvOne. 

        Baca Juga: Penderita Diabetes Bisa Sarapan di Waktu Ini karena...

        Dokter yang berpraktik di RS Pusat Otak Nasional (PON) Jakarta itu menjelaskan, kebiasaan begadang membuat hormon kita menjadi tidak bagus, sehingga menyebabkan metabolisme di dalam tubuh jadi berantakan. 

        Lalu, usia berapa yang lebih berpotensi terkena pendarahan otak? 

        "Secara prevalensi, usia tua akan cenderung lebih mudah terkena stroke dibandingkan usia muda. Namun makin ke sini polanya bergeser, ternyata pasien-pasien muda bahkan anak-anak, sudah ditemukan stroke. Anak obesitas misalnya," ungkap dia. 

        Lebih lanjut Nurul mengungkapkan, orang-orang yang berusia di bawah 30 tahun, juga sudah menderita stroke. Bahkan, dokter Nurul pernah menangani pasien stroke yang masih berusia 14 tahun. Lalu, apa penyebabnya?

        Baca Juga: Penting! Pasien Gangguan Irama Jantung Wajib Dapat Pantauan Dokter

        "Faktor risikonya obesitas, gendut badannya. Jadi ketika anak badannya gendut itu jangan dibilang lucu, tapi hati-hati," kata dia memperingatkan. 

        Dalam kesempatan tersebut, dokter Nurul turut memberikan beberapa tips agar terhindar dari pendarahan otak. 

        "Yang pertama untuk terhindar terjadinya perdarahan otak kita harus kontrol faktor risiko. Ketika ada darah tinggi, maka kita harus minum obat secara teratur. Kalau punya diabetes, harus kontrol secara teratur," tuturnya. 

        Menurut Nurul, pada kondisi-kondisi tertentu yang ditemukan adanya kelainan pada pembuluh darah seperti aneurisma, diperlukan kontrol secara berkala. Sebab seringkali, aneurisma membutuhkan tindakan lainnya. Misalnya, pemasangan seperti balon, agar tidak terjadi perdarahan.

        Baca Juga: Studi Menyarankan Mengonsumsi 2 Porsi Buah Setiap Hari untuk Mengurangi Risiko Diabetes Tipe 2

        "Tentunya harus disertai dengan pola hidup yang sehat, makan-makanannya harus dijaga, olahraga. Kemudian kalau bisa hindari cedera kepala. Misalnya kalau naik kendaraan bermotor, itu harus pakai helm," terang dr. Nurul Rakhmawati.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: