Singapura Makin Terhuyung-huyung, Covid-19 Menanjak dan BBM Meroket Selangit
Singapura semakin terhuyung-huyung. Negeri Singa Putih itu dihajar lonjakan kasus Covid-19 dan harga bahan bakar selangit di saat bersamaan.
Kasus Covid-19 harian di Singapura mencetak rekor terbaru, Selasa (5/10/2021). Negeri Singa mencatat 3.485 kasus baru, tertinggi sejak 5 Agustus 2020.
Baca Juga: Singapura Mau Andalkan Kortikosteroid buat Pengobatan Pasien Covid-19 Parah, Kenapa?
Ini adalah tambahan tertinggi di gelombang Covid-19 yang menyerang Singapura sejak Agustus. Rekor sebelumnya terjadi Jumat (1/10/2021) dengan 2.909 kasus.
Kementerian Kesehatan (MOH) mencatat ada 3,480 kasus lokal, terdiri dari 2.767 kasus komunitas dan 713 asrama migran. Sisanya, enam, adalah kasus impor.
Singapura kian gontai setelah dihajar lonjakan harga bahan bakar hingga dua kali lipat.
Dampaknya, lonjakan harga bahan bakar ini mengharuskan Singapura untuk menghemat listrik.
Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Gan Kim Yong pada Selasa (5/10/2021) mengatakan harga bahan bakar naik lebih dari dua kali lipat selama 1,5 tahun terakhir.
Hal itu sudah berdampak pada negara-negara di seluruh dunia, termasuk China, Jepang, Inggris, dan negara-negara di Uni Eropa.
"Pergerakan harga di pasar energi global akan mempengaruhi Singapura, yang mengimpor hampir 100 persen dari kebutuhan energinya," kata Gan, seperti dikutip The Straits Time.
Gan mendorong agar warga Singapura untuk berhemat listrik, termasuk mengadopsi rumah hemat energi.
"Kami mendorong semua warga Singapura untuk mengadopsi konservasi energi sebagai cara hidup, mulai dari merancang rumah hemat energi hingga memilih peralatan hemat energi dan mengadopsi kebiasaan hemat energi," pungkasnya.
Gan mengatakan, kenaikan harga gas alam diperkirakan akan menyebabkan lonjakan tajam harga listrik di Singapura pada kuartal berikutnya, dan upaya untuk meredam dampaknya.
Pada 30 September, operator jaringan nasional SP Group mengumumkan tarif listrik untuk rumah tangga akan naik sebesar 3,1 persen dari Oktober hingga Desember.
Ini adalah harga tertinggi sejak periode Januari hingga Maret tahun lalu. Hampir satu dari dua rumah tangga di Singapura membeli listrik dari SP Group pada April tahun ini.
"Ini karena kenaikan harga bahan bakar fosil yang disebabkan oleh awal pandemi tahun lalu serta perubahan permintaan listrik," jelas Gan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: