Setelah CEO Diburu Polisi, Telegram Kini Justru Profit untuk Pertama Kalinya
Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, mengumumkan bahwa perusahaannya mendapat profitabilitas untuk pertama kali. Melalui akun X-nya, Durov menyebut bahwa total pendapatan Telegram pada tahun 2024 ini mencapai lebih dari $1 miliar atau lebih dari Rp16 triliun berdasarkan kurs hari ini.
Setelah ideologis tidak menggunakan pendanaan modal ventura dan tidak menjual iklan berbasis data pengguna seperti Meta, Telegram akhirnya meluncurkan fitur layanan premium pada tahun 2022.
Hasilnya, hingga kini telah tercatat ada sebanyak 12 juta pelanggan berbayar yang membuat perusahaan ini memiliki cadangan kas $500 juta pada tahun ini. Angka ini pun belum termasuk aset kripto yang sedari awal menjadi salah satu kekuatan finansial Telegram.
Kekhawatiran investor setelah penangkapan Pavel Durov oleh polisi Prancis pada 25 Agustus 2024 lalu mencoba dijawab dengan berbagai tindakan positif perusahaan, seperti mampu melunasi sebagian besar obligasi utangnya dan meningkatkan kualitas moderasi konten. Hingga kini, Melansir NYTimes, Telegram telah menerbitkan obligasi senilai sekitar $2 miliar dan mempekerjakan lebih dari 750 kontraktor untuk memoderasi konten.
Telegram is now profitable
— Pavel Durov (@durov) December 23, 2024
This year, the number of Telegram Premium subscribers tripled, exceeding 12 million. Our ad revenue also increased a few times. Telegram's total revenue in 2024 surpassed $1 billion, and we are closing the year with more than $500 million in cash…
"Kami telah melunasi sebagian besar dari obligasi ini musim gugur lalu, memanfaatkan harga obligasi Telegram yang menguntungkan. Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," kata Durov dalam sebuah unggahan di X.
Baca Juga: Dari Pedagang Kecil, Sukses, hingga Bangkrut, Ini Perjalanan Taipan Minyak Singapura Lim Oon Kuin
Pavel Durov pun optimis menatap tahun 2025. Dalam wawancaranya dengan Financial Times, Durov menyebut bahwa Telegram akan mencapai profitabilitas yang lebih baik pada tahun 2025. Perusahaan ini bahkan sedang mempertimbangkan untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO) di masa depan.
Seolah melepas ideologi yang dijalankan sejak awal, Telegram kini lebih fleksibel menyesuaikan pasar. Perusahaan media sosial yang dikenal sangat bebas dan aman ini kini telah memiliki lebih dari 950 juta pengguna aktif bulanan. Di dalamnya kini terdapat berbagai fitur komersial, seperti monetisasi konten berbayar, peluncuran toko aplikasi mini, dan layanan revenue iklan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement