Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Panas Dingin China Melangkah ke Timur! Anggaran Militer Jepang Didobel, Kuda-Kuda Dipasang

        Panas Dingin China Melangkah ke Timur! Anggaran Militer Jepang Didobel, Kuda-Kuda Dipasang Kredit Foto: Asia Times
        Warta Ekonomi, Tokyo -

        Pemerintah Jepang mulai pasang kuda-kuda mengantisipasi manuver China di wilayah sengketa di Laut China Timur. Negeri Sakura berencana meningkatkan anggaran pertahanan guna membeli persenjataan militer.

        Untuk pertama kalinya, beberapa dekade usai Perang Dunia II, kubu berkuasa, Partai Demokrat Liberal (LDP) mengajukan ang­garan pertahanan lebih dari 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sejumlah dana itu nantinya untuk membeli senjata seperti rudal dan drone.

        Baca Juga: China Bilang Bukan Agresi, tapi Manuver Jet Tempurnya Selalu Menyalahi...

        LDP mengumumkan rencana tersebut, Selasa (12/10/2021), sebagai kampanye untuk mempertahankan mayoritasnya di parlemen dalam pemilihan 31 Oktober.

        Meskipun tidak secara lang­sung menyebut China, LDP berjanji untuk mencari tindakan yang bertanggung jawab atas isu-isu hak asasi manusia (HAM) berkaitan dengan ighur, Tibet, etnis Mongolia, dan Hong Kong.

        Selain itu, LDP juga menetapkan tujuan kebijakan jangka panjang, termasuk memperluas anggaran pertahanan Jepang melebihi 2 persen dari PDB.

        Jepang merupakan negara dengan ekonomi terbesar ketiga dunia. asio angaran itu tersebut akan membuat Negeri Sakura itu setara dengan anggota Pakta Per­tahanan Atlantik Utara (NATO).

        Peningkatan anggaran itu menandai perubahan dari tra­disi politik Jepang yang mem­batasi pengeluaran pertahanan di bawah 1 persen dari PDB, yang mencapai sekitar 5 triliun dolar AS.

        Kementerian Pertahanan Jepang saat ini meminta sekitar 50 miliar dolar AS untuk tahun fiskal mendatang dari April 2021.

        “Kami menunjukkan tekad untuk mem­bela kehidupan, properti, wilayah, teritorial perairan rakyat Jepang, wilayah udara teritorial, kedaula­tan, dan kehormatan nasional,” ujar Kepala Kebijakan partai Sanae Takaichi pada konferensi pers, Selasa (12/10/2021).

        “Kami akan menawarkan ke­bijakan yang akan menghasilkan diplomasi yang kuat dan kapasi­tas pertahanan yang lebih kuat,” tambah Takaichi yang seorang nasionalis.

        LDP juga akan terus menekan Korea Utara (Korut) untuk menyerahkan senjata nuklirnya. Ia menambahkan, Jepang secara jangka panjang harus mening­katkan pencegahan, termasuk ke­mampuan untuk menonaktifkan rudal dari negara-negara musuh.

        Sebagai sekutu, Amerika Serikat (AS) telah mendorong Jepang banyak belanja untuk pertahanan.

        Yoichiro Sato, pengamat hubungan internasional di Univer­sitas Ritsumeikan Asia Pasifik mengatakan, para pemimpin konservatif LDP ingin Jepang bangkit lagi.

        Baca Juga: Bagaimana Amerika Melindungi Taiwan Tanpa Berperang dengan China?

        “Mereka sedang menentukan arah, itulah yang ingin dilakukan oleh kaum konservatif,” ujar Sato, dilansir Reuters, kemarin.

        Robert Ward, pengamat dari London di Institut Internasional untuk Studi Strategis mengata­kan, langkah itu sebagai mani­festo LDP untuk menggalang dukungan publik untuk perubahan kebijakan pertahanan.

        “Arah perjalanan sekarang sudah ditentukan,” tegas Ward.

        Disebutkan, bahwa strategi militer Jepang difokuskan pada mempertahankan wilayah di sepanjang tepi Laut Cina Timur. Di mana Tokyo terkunci dalam perselisihan dengan Beijing atas sekelompok pulau tak berpenghuni itu. Rantai Okinawa, Tai­wan, dan pulau-pulau yang membentang melalui Filipina membentuk apa yang disebut oleh para perencana militer seba­gai Rantai Pulau Pertama.

        Penghalang alami bagi operasi China di Pasifik Barat. Dengan tambahan anggaran militer 50 miliar (sekitar Rp 700 triliun) per tahun, Jepang dapat mem­beli lebih banyak peralatan dari AS. Termasuk pesawat tempur siluman F-35.

        Pesawat utilitas tilt-rotor Osprey dan drone pengintai, serta peralatan buatan dalam negeri. Seperti kapal pendarat amfibi, kapal perang kompak, kapal induk, kapal selam, satelit dan peralatan ko­munikasi untuk melawan perang yang berkepanjangan.

        Yoji Koda, mantan Laksa­mana dan Komandan armada Angkatan Bela Diri Maritim Jepang mengatakan, militer negaranya terlatih dengan baik dan dilengkapi dengan persen­jataan canggih.

        “Tapi keberlanjutan dan ketah­anannya adalah salah satu masalah paling serius,” beber Koda.

        Baca Juga: PM Baru Jepang Gandeng Biden buat Lawan Dominasi China dan Korea Utara

        Kementerian pertahanan Jepang juga menginginkan uang untuk pesawat tempur silu­man asli, dan rudal yang dapat menyerang kapal musuh dan pangkalan darat lebih dari 1.000 kilometer.

        Negara itu juga mem­bangun kemampuan perang dunia maya, luar angkasa, dan elektromagnetik. Thomas Reich, Country Manager BAE Sys­tems PLC (BAES.L) menyebut, Jepang ingin memperoleh ke­mampuan yang sangat canggih di berbagai bidang.

        “Apa yang ada dalam anggaran dan ke mana tujuannya adalah hal-hal yang benar-benar me­narik kami,” ujar Reich.

        BAES.L merupakan perusahaan pertahanan terbesar Inggris itu meru­pakan bagian dari konsorsium yang dipimpin Lockheed Martin Corp (LMT.N) yang membangun pesawat tempur F-35.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: