Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Masyarakat Global Kini Justru Menghadapi Ancaman Kelebihan Makanan, Bukan Kelaparan

        Masyarakat Global Kini Justru Menghadapi Ancaman Kelebihan Makanan, Bukan Kelaparan Kredit Foto: Pexels/cottonbro
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dokter spesialis bedah saraf Ryu Hasan mengatakan peradaban manusia pernah terancam oleh kelaparan, perang, dan infeksi yang berhasil diatasi pada abad ke-20. Namun, saat ini ancaman yang mengintai manusia adalah obesitas akibat kelebihan makanan.

        "Sekarang ancaman kita justru kelebihan makanan. Orang gembrot, obesitas adalah masalah peradaban ke depan," kata Ryu, dalam acara Jakarta Geopolitical Forum V/2021 dengan tema Culture and Civilization: Humanity at the Crossroad, yang diselenggarakan Lembaga Ketahanan Nasional.

        Baca Juga: Antropolog: Indonesia di Pusaran Antara Pencerahan dan Kegelapan

        Ryu menjelaskan, infeksi sekitar satu abad lalu pernah memusnahkan 120 juta manusia. Tapi ketika pandemi Covid-19 menyebar ke seluruh bumi, sebanyak empat juta orang meninggal dunia.

        Perang yang pernah terjadi pada peradaban manusia membunuh puluhan juta jiwa. Timur Tengah yang masih berlangsung perang sampai saat ini menelan korban ribuan jiwa. Sementara kelaparan pernah membuat negara seperti Ethiopia kehilangan jumlah penduduk.

        "Sekarang tidak ada lagi kelaparan yang mengurangi jumlah populasi dunia," kata dia.

        Ryu berpendapat, obesitas merupakan persoalan global dan menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia sejak 2000. Dari sekian negara yang menyadari bahaya obesitas, hanya Jepang negara yang paling serius menangani obesitas.

        "Jepang punya undang-undang antigembrot sejak 2008," kata Ryu.

        Mereka menerapkan batas ukuran lingkar pinggang pada laki-laki 84,3 cm dan perempuan 81.3 untuk menentukan seseorang terkena aturan obesitas atau tidak. Ketika awal diterapkan, orang Jepang belum terlalu menyadarinya.

        Penyakit akibat obesitas masih banyak menimpa masyarakat. Namun, angka obesitas menurun ketika pemerintah menerapkan denda terhadap perusahaan punya karyawan obesitas.

        "Setelah diberlakukan denda dalam dua tahun sejak diundangkan, ada penurunan angka kesakitan dan biaya kesehatan yang dikeluarkan," katanya.

        Orang obesitas biasanya mudah terserang penyakit, seperti diabetes hingga jantung. Ada paradoks bila melihat perilaku manusia mengenai obesitas. Manusia punya gen tidak bisa berhenti makan yang menolong manusia saat mempertahankan hidup.

        "Orang yang tidak punya gen tidak bisa berhenti makan, punya peluang hidup lebih tinggi," katanya.

        Pada akhirnya, manusia yang bertahan ialah manusia yang tidak punya gen tidak bisa berhenti makan. Menurut Ryu, ini memberikan keuntungan pada saat sumber daya terbatas.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: