Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tsai Ing-wen Ngaku Siap Berdialog dengan Xi Jinping, Kenapa?

        Tsai Ing-wen Ngaku Siap Berdialog dengan Xi Jinping, Kenapa? Kredit Foto: New York Times/Lam Yik Fei
        Warta Ekonomi, Taipei -

        Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan ancaman yang ditimbulkan China terhadap wilayahnya terus meningkat setiap hari. Namun, dia menekankan, Taiwan berada di garis depan dalam perjuangan untuk demokrasi.

        “Ketika rezim otoriter menunjukkan kecenderungan ekspansionis, negara-negara demokratis harus bersatu untuk melawan mereka. Taiwan ada di garis depan,” kata Tsai dalam sebuah wawancara dengan CNN, Rabu (27/10/2021).

        Baca Juga: Tsai Ing-wen Benarkan Pasukan Tempurnya Dilatih Amerika, Wah Apa China Gak Bergejolak!

        Tsai mengaku tetap terbuka untuk berdialog dengan Presiden China Xi Jinping. Dia menilai, komunikasi akan membantu mengurangi kesalahpahaman antara kedua pemerintah.

        “Mengingat perbedaan kita dalam hal sistem politik, kita dapat duduk dan berbicara tentang perbedaan kita dan mencoba membuat pengaturan sehingga kita dapat hidup berdampingan secara damai,” ucapnya.

        Tsai pun menanggapi pertanyaan tentang mengapa dialog lintas-selat memburuk. Menurutnya, hal itu terjadi karena situasi dan rencana China untuk kawasan tersebut telah banyak berubah.

        Tsai mengatakan, Partai Komunis China pun perlu memutuskan, hubungan seperti apa yang diinginkannya dengan dunia. Sebab, di tengah meningkatnya risiko aksi militer, Tsai yakin Taiwan akan memperoleh dukungan dan bantuan, khususnya dari Amerika Serikat (AS).

        “Apakah Xi (Jinping) ingin memiliki hubungan damai dengan semua orang di kawasan atau di dunia, atau apakah dia ingin menjadi posisi dominan sehingga semua orang mendengarkannya, mendengarkan China?” ujar Tsai.

        Pada Rabu lalu, saat berbicara di KTT Asia Timur, Presiden AS Joe Biden menyampaikan keprihatinannya atas tindakan Cina di Selat Taiwan. Menurutnya, aksi-aksi Beijing merusak perdamain dan stabilitas di kawasan tersebut. KTT itu turut dihadiri Perdana Menteri Cina Li Keqiang.

        “Presiden (Biden) juga menegaskan kembali komitmen AS terhadap tatanan berbasis aturan internasional dan menyatakan keprihatinan atas ancaman terhadap tatanan itu. Dia menjelaskan bahwa Amerika Serikat akan terus mendukung sekutu dan mitra dalam mendukung demokrasi, hak asasi manusia, supremasi hukum, dan kebebasan laut,” kata Gedung Putih.

        Pekan lalu, Presiden AS Joe Biden kembali menekankan bahwa pemerintahannya memiliki komitmen kuat untuk membantu Taiwan mempertahankan diri jika terjadi serangan dari Cina. Namun setelah itu Gedung Putih merilis pernyataan yang menyebut Biden tak bermaksud menyiratkan perubahan apa pun dalam kebijakan AS terkait konsep “satu Cina”.

        Sebelumnya Xi Jinping berjanji mewujudkan reunifikasi dengan Taiwan. Namun dia tidak menyinggung apakah hal itu bakal dilakukan dengan cara damai atau menggunakan kekuatan.

        Saat berbicara di Beijing's Great Hall of the People, Xi mengatakan rakyat Cina memiliki “tradisi mulia” dalam menentang separatisme.

        “Separatisme kemerdekaan Taiwan adalah hambatan terbesar untuk mencapai penyatuan kembali tanah air, dan bahaya tersembunyi paling serius bagi peremajaan nasional,” ujarnya pada 9 Oktober lalu.

        Xi mengatakan, tugas historis reunifikasi Cina sebagai tanah air harus dipenuhi. “Ini pasti akan dipenuhi,” ucapnya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: