Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bikin Takjub, Ini Deretan Teknologi Canggih dalam Pembuatan Terowongan Kereta Cepat

        Bikin Takjub, Ini Deretan Teknologi Canggih dalam Pembuatan Terowongan Kereta Cepat Kredit Foto: Antara/M Ibnu Chazar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Progres pembangunan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) saat ini akan mulai memasuki tahapan persiapan operasi. Progress kontruksi terus dipercepat, termasuk di dalamnya konstruksi 13 tunnel pada trase KCJB yang sudah tembus hingga 10 terowongan, percepatan progress subgrade dan bridge. 

        Pencapaian ini tak lepas dari beragam metode dan teknologi canggih yang digunakan dalam pembangunan konstruksi KCJB. Salah satunya adalah penggunaan Tunnel Boring Machine (TBM) untuk pengeboran Tunnel #1 sepanjangnya 1.885 meter yang berada di Kawasan Halim, Jakarta. 

        “Untuk Tunnel #1 Kami menggunakan shield tunneling dengan bantuan TBM sebagai alternatif untuk metode pengeboran di batu dan hand mining konvensional di tanah,” jelas Presiden Direktur PT KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi dalam keterangannya di Jakarta, akhir pekan ini. Baca Juga: Maju Terus Pantang Mundur, PT KCIC Bakal Kebut Pembangunan KCJB

        Dwiyana memaparkan, metode ini sangat tepat digunakan untuk pengeboran Tunnel #1 yang berada di kawasan kritis seperti jalan tol dan perkotaan dengan lalu lintas yang ramai dan padat penduduk. Dengan mengaplikasikan TBM, gangguan terhadap tanah di sekitar lokasi pengeboran dapat diminimalisir. Selain itu, dinding yang dihasilkan dari pengeboran akan lebih rapi sehingga dapat mengurangi biaya pelapisan terowongan.

        “Keuntungan penggunaan TBM adalah membatasi gangguan ke tanah sekitarnya dan menghasilkan dinding terowongan yang mulus. Ini secara signifikan mengurangi biaya pelapisan terowongan, dan membuatnya cocok untuk digunakan di daerah perkotaan yang padat. Makanya meski pun Tunnel #1 ini ada di perkotaan, proses pengeboran dapat berjalan lancar,” paparnya.

        Menariknya, dituturkan Dwiyana, TBM yang digunakan pada Tunnel #1 merupakan TBM terbesar di Asia Tenggara. Mesin ini memiliki diameter 13,9 meter dengan panjang hingga 103,5 meter.

        Dalam praktiknya, pengeboran Tunnel #1 ini mengadopsi metode Shield tunnelling dengan TBM, dan menggunakan bentonite slurry (campuran air dan bentonite) yang dialirkan menuju bagian depan mata bor untuk menurunkan temperatur mata mesin bor sekaligus mengalirkan sisa galian dari terowongan menuju Slurry Treatment Plant (STP).

        STP memiliki pengaruh langsung pada keandalan dan kinerja pekerjaan pembuatan terowongan. Apabila terjadi kesalahan dalam konfigurasi teknis STP, maka TBM akan berhenti dan menghentikan potensi bahaya pada kondisi sekitarnya. Baca Juga: Kereta Cepat Diyakini Bisa Memacu Ekspansi Bisnis di Indonesia

        Di STP, slurry akan dipisahkan dari sisa galian untuk digunakan kembali dalam proses penggalian. STP melakukan penyaringan standar yang memisahkan tanah yang lengket sehingga menjadi partikel yang lebih besar seperti kerikil dan pasir.

        Kemudian pada tahapan selanjutnya, dilakukan penyaringan untuk pasir halus, partikel berlumpur dan lempung halus. Proses penyaringan demi penyaringan ini dilakukan untuk memastikan kualitas bentonite yang dipakai tetap dalam kualitas terbaik.

        Tidak hanya itu, Bentonite Slurry juga berguna untuk menurunkan temperatur mata mesin bor yang sedang beroperasi. Sehingga, Bentonite Slurry ini penting untuk dipastikan tetap dalam spesifikasi yang sudah ditentukan untuk mempertahankan penggalian yang efisien.

        Slurry Treatment Plant ini menjadi bagian sangat penting dalam proses penggalian tunnel #1 dikarenakan hasil buangan tanah yang sudah tergali ini harus terjamin dan aman dari zat berbahaya kimia yang dapat merusak lingkungan.

        Selain TBM, proses pengerjaan konstruksi 12 terowongan lainnya pada trase KCJB lainnya juga menggunakan cara yang tak kalah canggih, yaitu New Austrian Tunneling Method (NATM) atau Sequential Tunneling Method (STM) yang menggunakan shotcrete dan rock bolt sebagai penyangga sebelum diberi lapisan concrete atau beton. 

        “Selain Tunnel #1, Kami menggunakan metode NATM yang sudah dikenal dunia sebagai terobosan yang baik di dunia konstruksi terowongan,” tutur Dwiyana.

        Baca Juga: Sentil Pemerintah Soal Proyek Kereta Cepat, Fahri Hamzah: Hati-hati Saja Dengan Proyek Rugi

        Tak cukup sampai di situ, kecanggihan teknologi untuk pengerjaan terowongan kereta cepat juga ditunjang dengan pemakaian mesin peluncur gelagar (Girder Launcher) berjenis Through-Tunnel Box Girder Erection Machine. 

        Teknologi ini membantu proses pemasangan girder box (kotak gelagar) di dalam terowongan menjadi lebih cepat dan efisien. Pengaplikasian peluncur gelagar juga terhitung ramah lalu lintas karena dengan teknologi ini, gelagar bisa langsung dinaikkan ke struktur layang untuk kemudian dipasang di titik yang dituju, tanpa menganggu badan jalan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: