Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Di KTT G20, Jokowi Tawarkan Pemimpin Dunia 3 Opsi buat Percepat Pencapaian SDGs

        Di KTT G20, Jokowi Tawarkan Pemimpin Dunia 3 Opsi buat Percepat Pencapaian SDGs Kredit Foto: Antara/Biro Pers Media Kepresidenan/Laliy Rachev
        Warta Ekonomi, Roma, Italia -

        Sebagai payung besar bagi pemenuhan hak-hak pembangunan yang berkelanjutan, target SDGs harus makin diperjuangkan pasca pandemi Covid-19 ini.

        Akibat pandemi, kemiskinan ekstrem dunia kembali meningkat dari yang semula diharapkan 7,5 persen di tahun 2021, naik kembali ke 9,4 persen.

        Baca Juga: Momen Langka, Antrean Panjang Pemimpin Dunia Bertemu Jokowi di KTT G20

        Selain itu, terganggunya rantai pasok global bukan hanya menggoyahkan kebutuhan industri. Tetapi juga mengganggu stabilitas kebutuhan dasar, termasuk pangan, terutama di negara-negara berkembang.

        Saat berpidato pada sesi KTT G20 yang membahas tentang pembangunan berkelanjutan di La Nuvola, Roma, Italia pada Minggu (31/10/2021), Presiden Jokowi mendorong agar negara-negara G20 melakukan sejumlah upaya, untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs.

        “Kita harus segera beraksi, agar dunia tidak terancam jatuh ke dalam krisis berkepanjangan. Kita G20, harus melakukan sejumlah upaya bersama untuk memastikan SDGs tercapai sesuai target, 9 tahun lagi,” tegas Jokowi.

        Upaya bersama tersebut merupakan bagian dari 3 cara yang menunjang pencapaian SDGs.

        Pertama, menggalang solidaritas untuk membantu negara dan masyarakat yang paling rentan.

        Jokowi mengatakan, inisiatif debt service suspension serta tambahan alokasi SDR senilai 650 miliar dolar AS merupakan langkah penting, untuk memberi ruang kebijakan bagi negara berpendapatan rendah dan menengah. Demi berkonsentrasi melawan pandemi.

        Kedua, memperkuat kemitraan global untuk membantu pendanaan dan akses teknologi bagi negara berkembang.

        Financing gap yang melebar dari 2,5 triliun dolar AS per tahun menjadi 4,2 triliun dolar AS per tahun, harus menjadi perhatian serius.

        “Mobilisasi pembiayaan inovatif untuk menutup gap pendanaan SDGs, termasuk melalui blended finance harus segera dilakukan. Peningkatan investasi swasta yang berkelanjutan harus didorong, untuk menggerakkan kembali roda perekonomian. Serta menciptakan lapangan kerja di negara berkembang,” jelas Jokowi.

        Ketiga, meningkatkan kemampuan adaptasi dan ketangguhan terhadap guncangan dan ketidakpastian masa depan, terutama di sektor kesehatan, kapasitas fiskal, serta kapasitas perencanaan dan implementasi pembangunan.

        PBB mencatat, setidaknya 8 negara berada di tingkat risiko sangat tinggi dan 40 negara risiko tinggi bagi lost generation. Terutama karena menurunnya kesempatan belajar, dan lapangan pekerjaan.

        Jokowi juga menuturkan, Indonesia telah mengembangkan kebijakan yang meningkatkan adaptasi sektor pendidikan, dan memberikan perlindungan sosial, bagi mereka yang paling rentan dan kehilangan pekerjaan.

        “Namun banyak negara lain yang menghadapi risiko tinggi. G20 harus bekerja sama membantu mereka, memastikan tidak ada lost generation. Hanya dengan demikian, kita dapat pulih bersama menuju masa depan yang lebih baik, tanpa meninggalkan siapa pun,” tandas Jokowi.

        Dalam kesempatan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: