Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kabar Kurang Baik: Terkena Stroke di Usia Produktif Menyebabkan Hambatan...

        Kabar Kurang Baik: Terkena Stroke di Usia Produktif Menyebabkan Hambatan... Kredit Foto: Unsplash/Nik MacMillan
        Warta Ekonomi -

        Dr Dodik Tugasworo SpS mengimbau masyarakat berusia produktif di Indonesia untuk mewaspadai penyakit strok. Serangannya dapat berisiko membuat masa depan suram (madesu).

        "Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 13,7 juta jiwa penduduk dunia terserang kasus strok baru per tahun," kata dia saat menyampaikan keterangan pers terkait Hari Strok Sedunia yang diikuti dari Youtube Kemenkes RI, di Jakarta, belum lama ini.

        Baca Juga: Ya Ampun! Penderita Diabetes Nggak Boleh Makan Ketupat, Duh… Kata Siapa? Pahami Dulu Hal Ini

        Dodik mengatakan, satu dari empat penduduk yang berusia 25 tahun akan mengalami strok. Setiap tahun, 60 persen dari seluruh kasus strok dialami penduduk usia yang kurang 70 tahun atau usia yang produktif.

        Menurut Dodik, serangan strok pada usia muda membutuhkan waktu pemulihan yang cukup panjang. Itu artinya, strok mengancam keberlangsungan karier di masa depan.

        "Masih muda sudah madesu," kata dokter dari Rumah Sakit Columbia Asia Semarang itu.

        Dodik mengatakan, sesuai petunjuk WHO pada 1970, strok dikenal sebagai gangguan pembuluh darah di otak yang terjadi secara tiba-tiba. Stroke dapat terjadi karena sumbatan maupun pendarahan.

        Baca Juga: Waduh! Apakah Penderita Diabetes Boleh Minum Jamu Beras Kencur? Ternyata Oh Ternyata…

        Namun, pada 2013, American Heart Association/American Stroke Association (AHA-ASA) memberi pengertian lain tentang strok. Kondisi itu meliputi kematian sel otak, medulla spinalis, dan retina yang disebabkan oleh iskemia maupun perdarahan yang dibuktikan dengan pencitraan atau rontgen.

        "Gejalanya bertahan lebih dari 24 jam atau sampai kematian atau kecacatan," katanya.

        Mengutip data dari WHO pada 2018, Dodik mengungkap, kematian akibat strok di Indonesia mencapai 252.473 jiwa atau 14,83 persen dari total angka kematian nasional. Angka kematian di Indonesia mencapai 147,19 per 100 ribu populasi.

        "Indonesia ditempatkan ranking ketujuh di seluruh dunia," kata peraih gelar dokter saraf Universitas Diponegoro itu.

        Dodik menjelaskan, kematian atau kecacatan yang dipicu strok timbul akibat sel saraf otak yang mati di area sumbatan. Jika sumbatan tidak segera dibuka, setiap menit 1,9 juta sel saraf otak mati di area sumbatan.

        Baca Juga: Terungkap! Apakah Leher yang Menghitam Selalu Mengindikasikan Diabetes?

        "Tidak ada pertumbuhan sel baru penggantinya," katanya.

        Dodik mengungkap, beban ekonomi yang muncul akibat serangan strok berdasarkan proyeksi jumlah kasus rawat jalan dan rawat inap sepanjang 2014-2019 berkisar Rp 794,08 miliar. Beban ekonominya menduduki peringkat kedua setelah penyakit jantung Rp 1,82 triliun.

        Secara umum, gejala strok bisa dikenali masyarakat. Gejalanya mencakup senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, dan sulit menelan air minum secara tiba, gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, tiba-tiba tidak bisa bicara, tidak mengerti kata-kata, hingga bicara tidak nyambung.

        Baca Juga: Catat! Ini Tips Ampuh Mencegah dan Mengatasi ‘Duet’ Diabetes dan Asam Urat

        Gejala lainnya adalah kebas atau kesemutan separuh tubuh, rabun atau pandangan satu mata kabur secara tiba-tiba, hingga sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Gangguan fungsi keseimbangan atau gerakan sulit dikoordinasi juga dapat menjadi pertanda strok.

        "Risiko yang dapat memicu serangan strok, seperti hipertensi, riwayat strok, penyakit jantung, diabetes, merokok, obesitas, alkohol, dan penggumpalan darah," katanya.

        Baca Juga: Ya Ampun! Penderita Diabetes Nggak Boleh Makan Ketupat, Duh… Kata Siapa? Pahami Dulu Hal Ini

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: