Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Laporan SEA e-Conomy: Ekonomi Internet Indonesia Nilainya US$70 Miliar

        Laporan SEA e-Conomy: Ekonomi Internet Indonesia Nilainya US$70 Miliar Kredit Foto: Unsplash/John Schnobrich
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Laporan SEA e-Conomy Roaring 20s: The SEA Digital Decade menunjukkan, ekonomi internet Indonesia secara keseluruhan memiliki Gross Merchandise Value (GMV) senilai US$70 miliar pada 2021. Angka ini berkontribusi sekitar 40% dari total GMV di antara enam negara Asia Tenggara, yakni Vietnam, Malaysia, Thailand, Singapira, Filipina, dan Indonesia.

        Laporan ini memproyeksikan e-commerce Indonesia akan tumbuh dari US$35 miliar pada 2020 menjadi US$53 miliar pada 2021. Kemudian, Compound Annual Growth Rate (CAGR) diprediksi naik 18% menjadi US$104 miliar hingga tahun 2025.

        Baca Juga: Menteri Johnny: Kembangkan Startup Digital, Kominfo Fasilitasi Sinergitas Ekosistem

        Dengan demikian, laporan SEA e-Conomy memperkirakan nilai ekonomi internet Indonesia akan naik dua kali lipat menjadi US$146 miliar pada 2025.

        "Volume penelusuran di Google untuk pertanyaan seputar pedagang naik 18 kali lipat sejak 2017, tertinggi di antara enam negara Asia Tenggara. Tidak heran jika e-commerce merupakan segmen ekonomi digital Indonesia yang terbesar dan tumbuh paling cepat," kata Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf dalam siaran pers yang diterima Warta Ekonomi, Rabu (17/11/2021).

        Laporan dua tahunan ini disusun dengan menggunakan data dari Google Trends, insight dari Temasek, analisis dari Bain & Company, serta pengumpulan informasi dari kalangan industri dan wawancara dengan sejumlah ahli. Laporan ini juga menunjukkan adanya peningkatan pengguna layanan transportasi online di Asia Tenggara.

        "Pada 2021, 55% pengguna baru layanan transportasi online di Asia Tenggara memakai ini setidaknya seminggu sekali, dibanding 38% pelanggan lama," jelasnya.

        Adapun di Indonesia, sektor transportasi online terbilang lambat untuk kembali pulih. Kendati pun demikian, sektor ini tetap mencatatkan kinerja positif, yakni pertumbuhan sekitar 29% pada 2020. GMV transportasi online yang tercatat pada 2020 ialah sebesar US$2,6 miliar, kemudian tumbuh menjadi US$3,4 miliar pada 2021.

        SEA e-Conomy memperkirakan sektor ini akan membutuhkan waktu jangka menengah hingga panjang untuk kembali pulih dan diprediksi tumbuh mencapai US$9,7 miliar dengan CAGR 30% hingga 2025.

        Laporan ini juga menyoroti kawasan ASEAN sedang bergerak menjadi area perekonomian digital senilai US$1 triliun GMV yang dipimpin oleh sektor e-commerce dan toserba online. Pada 2030, ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan tumbuh lima kali lipat menjadi US$330 miliar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Imamatul Silfia
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: