Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Itu Software Development?

        Apa Itu Software Development? Kredit Foto: Unsplash/Markus Spiske
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Software development menyediakan serangkaian langkah bagi programmer untuk membuat program komputer. Proses ini membentuk fase-fase dalam siklus hidup software development. Dengan memahami metode software development dapat menawarkan peluang besar untuk terjun dalam industri TI.

        Pada kesempatan ini, kita akan membahas megnenai, meringkas jenis program komputer, dan mengeksplorasi pekerjaan yang menggunakan proses pengembangan TI.

        Baca Juga: Apa Itu Software Testing?

        Jadi, Apa Itu Software Development?

        Software development adalah proses yang digunakan programmer untuk membangun program komputer. Prosesnya, atau juga dikenal sebagai Software Development Life Cycle (SDLC), mencakup beberapa fase yang menyediakan metode untuk membangun produk yang memenuhi spesifikasi teknis dan persyaratan pengguna.

        SDLC menyediakan standar internasional yang dapat digunakan oleh perusahaan software untuk membangun dan meningkatkan program komputer mereka. Ini menawarkan struktur yang dapat diikuti oleh tim pengembangan untuk membuat, mendesain, memeliharap software berkualitas tinggi. Tujuan dari proses software development adalah untuk membangun produk yang efektif atau sesuai dengan anggaran dan waktu yang telah ditentukan.

        Software itu sendiri adalah kumpulan instruksi atau program yang memberi tahu komputer apa yang harus dilakukan. Software tidak tergantung pada hardware dan membuat komputer dapat diprogram. Ada tiga tipe software dasar, yaitu:

        1. System software, untuk menyediakan fungsi inti seperti sistem operasi, manajemen disk, utilitas, manajemen hardware, dan kebutuhan operasional lainnya;
        2. Programming software, untuk memberikan fasilitas bagi programmer seperti editor teks, kompiler, tautan, debugger, dan alat lain untuk membuat kode;
        3. Application software, untuk membantu pengguna melakukan tugasnya. Contohnya adalah Rangkaian produktivitas kantor, data management software, media player, dan program keamanan. Application software juga mengacu pada aplikasi web dan mobile seperti yang digunakan untuk berbelanja di Amazon.com, bersosialisasi dengan Facebook, atau mem-posting gambar ke Instagram.

        Jenis keempat yang mungkin adalah embedded software. Embedded software digunakan untuk mengontrol mesin dan perangkat yang biasanya tidak dianggap sebagai komputer, seperti jaringan telekomunikasi, mobil, robot industri, dan lainnya. Perangkat ini beserta softwarenya, dapat dihubungkan sebagai bagian dari Internet of Things (IoT).

        Software development biasanya dilakukan oleh programmer, software engineer, dan software developer. Peran ini saling berinteraksi dan tumpang tindih, dan dinamika di antara mereka sangat bervariasi.

        Programmer, atau pembuat kode, akan menulis source code untuk memprogram komputer untuk melakukan tugas tertentu seperti menggabungkan database, memproses pesanan online, merutekan komunikasi, melakukan pencarian atau menampilkan teks atau grafik. Programmer biasanya menafsirkan instruksi dari software developer dengan menggunakan bahasa pemrograman seperti C++ atau Java.

        Software engineer menerapkan prinsip-prinsip engineering untuk membangun software dan sistem untuk memecahkan masalah. Mereka menggunakan modeling language dan alat lain untuk merancang solusi yang sering dapat diterapkan pada masalah secara umum. Solusi software engineering hadir dengan mematuhi metode ilmiah dan harus dapat bekerja di dunia nyata, seperti halnya jembatan atau elevator.

        Tanggung jawab mereka makin berkembang karena produk menjadi makin cerdas dengan penambahan mikroprosesor, sensor, dan juga software tentunya. Saat ini, produk tidak hanya mengandalkan software untuk melakukan diferensiasi pasar, tetapi juga software development mereka harus dikoordinasikan dengan pekerjaan pengembangan mekanikal produk.

        Sementara itu, software developer memiliki peran yang kurang formal daripada engineer dan dapat terlibat erat dengan area proyek tertentu, seperti menulis kode. Pada saat yang sama, mereka mendorong keseluruhan siklus software development, termasuk bekerja lintas tim fungsional untuk mengubah persyaratan menjadi fitur, mengelola tim dan proses pengembangan, serta melakukan pengujian dan pemeliharaan software.

        Pekerjaan software development tidak terbatas pada pembuat kode atau tim pengembangan. Seorang profesional seperti ilmuwan, perakit perangkat dan pembuat hardware juga dapat membuat kode software, meskipun mereka bukan seorang software developer. Ini juga tidak terbatas pada industri teknologi informasi tradisional seperti software atau bisnis semikonduktor. Faktanya menurut Brookings Institute, bisnis-bisnis tersebut mencakup kurang dari setengah perusahaan yang melakukan software development.

        Langkah-Langkah Penting dalam Proses Software Development

        Ada enam langkah utama dalam siklus software development, antara lain:

        1. Identifikasi kebutuhan

        Identifikasi kebutuhan adalah tahap riset pasar dan brainstorming dari keseluruhan proses. Sebelum sebuah perusahaan membangun software, mereka perlu melakukan riset pasar yang ekstensif untuk menentukan kelayakan produk. Developer harus mengidentifikasi fungsi dan layanan yang harus disediakan software tersebut sehingga konsumen sasarannya mendapatkan hasil yang maksimal darinya dan menganggapnya perlu dan berguna. Ada beberapa cara untuk mendapatkan informasi ini, seperti mendapatkan feedback dari pelanggan potensial dan pelanggan yang sudah ada serta melakukan survei.

        Baca Juga: Apa Itu LAMP Server?

        Tim IT dan divisi lain di perusahaan juga harus mendiskusikan kekuatan, kelemahan dan peluang dari produk. Proses software development dapat dimulai hanya jika produk memenuhi setiap parameter yang diperlukan untuk mencapat keberhasilannya.

        2. Analisis kebutuhan

        Analisis kebutuhan adalah fase kedua dalam siklus software development. Di sini, para pemangku kepentingan menyetujui persyaratan teknis dan pengguna serta spesifikasi produk yang diusulkan untuk mencapai tujuannya. Fase ini memberikan garis besar secara rinci dari setiap komponen, ruang lingkup, tugas developer dan parameter pengujian untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

        Tahap analisis kebutuhan melibatkan developer, pengguna, penguji, manajer proyek dan jaminan kualitas. Ini juga merupakan tahap di mana programmer memilih pendekatan software development seperti waterfall model atau V model. Tim akan mencatat hasil tahap ini dalam dokumen software requirement specification yang selalu dapat dikonsultasikan oleh tim selama tahap pengerjaan proyek.

        3. Desain

        Desain adalah tahap ketiga dari proses software development. Di sini, arsitek dan developer menyusun spesifikasi teknis lanjutan yang mereka butuhkan untuk membuat software sesuai kebutuhan. Pemangku kepentingan akan membahas faktor-faktor seperti tingkat risiko, komposisi tim, teknologi yang berlaku, waktu, anggaran, keterbatasan proyek, metode dan desain arsitektur.

        Design Specification Document (DSD) akan menentukan desain arsitektur, komponen, komunikasi, representasi front-end, dan aliran pengguna produk. Langkah ini menyediakan template untuk developer dan penguji serta mengurangi kemungkinan cacat dan penundaan pada produk jadi.

        4. Pengembangan dan implementasi

        Tahap selanjutnya adalah pengembangan dan implementasi parameter desain. Developer code berdasarkan spesifikasi dan persyaratan produk yang disepakati pada tahap sebelumnya. Dengan mengikuti prosedur dan pedoman perusahaan, front-end developer membangun interface dan back-end, sementara administrator database membuat data yang relevan dalam database. Programmer juga menguji dan meninjau kode satu sama lain.

        Setelah proses coding selesai, developer menyebarkan produk ke environment dalam tahap implementasi. Hal ini memungkinkan mereka untuk menguji versi percontohan program untuk membuat kinerja sesuai dengan persyaratan.

        5. Pengujian

        Di fase pengujian akan memeriksa bug software dan memverifikasi kinerjanya sebelum dikirim ke pengguna. Pada tahap ini, tim penguji akan memverifikasi fungsi produk untuk memastikan kinerjanya sesuai dengan dokumen analisis persyaratan.

        Penguji menggunakan exploratory testing jika mereka memiliki pengalaman dengan software itu atau skrip pengujian untuk memvalidasi kinerja masing-masing komponen software. Mereka memberi tahu developer tentang cacat dalam kode. Jika developer mengonfirmasi bahwa kekurangannya itu valid, mereka akan memperbaiki program, dan penguji mengulangi prosesnya hingga software tersebut bebas dari bug dan berperilaku sesuai dengan persyaratan.

        6. Penerapan dan pemeliharaan

        Setelah software dirasa bebas cacat, developer dapat mengirimkannya ke pelanggan. Setelah rilis versi produksi, perusahaan software development membuat tim pemeliharaan untuk mengelola masalah yang sedang dihadapi klien saat menggunakan produk. Pemeliharaan dapat menjadi hot-fix jika itu adalah masalah kecil tetapi kegagalan software yang parah harus memerlukan pembaruan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: