Erick Thohir Jangan Lebay, Perusahaan Sehat Dibilang Bangkrut, Bikin Geram Politikus ini...
Terkait pernyataan Menteri BUMN, Erick Thohir, bahwa PT Krakatau Steel (KS) akan bangkrut pada bulan Desember 2021, anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto angkat bicara.
Mulyanto menilai ucapan Erick sekedar cari perhatian dan sensasi untuk menaikan popularitasnya jelang musim pilpres. Sebab isi ucapan Erick jauh berbeda dengan kondisi PT Krakatau Steel yang sebenarnya.
"Dari hasil kunjungan kerja Komisi VII DPR RI baru-baru ini ke perusahaan baja pelat merah tersebut kami menyimpulkan bahwa perusahaan tersebut baik-baik saja.
Bahkan dua tahun terakhir ini terjadi peningkatan kinerja PT. KS yang cukup berarti. Indikator utama perusahaan terlihat menggeliat positif, dari sebelumnya menderita rugi.
Tahun 2020 sudah ada keuntungan dan angkanya terus meningkat di tahun 2021. Pembayaran utang juga berjalan dan terus meningkat.
"Jadi kalau dikatakan oleh Menteri BUMN, bahwa PT. KS akan bangkrut pada bulan Desember ini memang cukup aneh dan mengejutkan," kata Mulyanto.
Selanjutnya Mulyanto minta Erick bekerja profesional sesuai tugas pokok dan fungsinya sebagai pembantu presiden. Jangan karena ingin maju di pemilihan presiden Erick jadi gemar mengumbar ucapan-ucapan bombastis yang membuat masyarakat bingung.
"Baiknya Menteri Erick jangan lebay dan bikin heboh dalam membuat pernyataan. Perlu penjelasan yang akurat kenapa PT. KS akan bangkrut mendadak," imbuh Mulyanto.
Menurut Mulyanto akrobat politik Menteri BUMN ini terbilang meresahkan. Berkali-kali Erick mengeluarkan pernyataan yang dapat memperkeruh suasana.
Erick sempat bikin heboh soal toilet SPBU Pertamina, lalu masalah jual-beli jabatan di BUMN, kemudian pernah menuding adanya korupsi di PT. KS ini.
"Ketimbang menebar wacana panas, sebaiknya Menteri BUMN puasa bicara, agar tidak membuat gaduh di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai dan baru saja kita mendapat musibah meletusnya Gunung Semeru," saran Mulyanto.
Untuk diketahui sampai tahun 2018 utang PT. KS mencapai RP. 31 triliun rupiah, yang secara signifikan dikontribusi oleh pembangunan Blast Furnace yang ternyata akhirnya mangkrak. Biaya pembangunan blast furnace sebesar US$ 682 juta dolar. Karena tidak efisien dan salah desain. Kondisi serba salah, bila tungku ini dioperasikan, maka perusahaan akan rugi sebesar Rp. 1,3 triliun per tahun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: