Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Terang Benderang! Ramalan Jongko Jayabaya Ungkap Ciri-Ciri Pengganti Jokowi, Ada Huruf O

        Terang Benderang! Ramalan Jongko Jayabaya Ungkap Ciri-Ciri Pengganti Jokowi, Ada Huruf O Kredit Foto: Antara/HO/Indonesia Defense Magz/pras
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ramalan Jongko Jayabaya kembali disebut jelang Pilpres 2024. Penerawangannya bisa jadi benar. Dan sorotannya mengarah ke pengganti Jokowi yang ada huruf O di namanya.

        Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sampai mundur dari niatan mencalonkan diri menjadi capres 2024.

        Baca Juga: Kader PDIP Di Atas Angin Soal Figur Capres 2024 dari Klaster Menteri

        Zulhas terang-terangan mengatakan capres Indonesia identik dengan huruf O pada akhir nama.

        "Kalau yang calon presiden itu ada o-nya. Kalau saya Zulkifli Hasan nggak ada huruf o-nya. Masa saya ganti jadi Zulkifli Hasano," ucap Zulhas, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (9/12/2021).

        Mantan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Arief Poyuono juga ikut menebar analisis tajamnya.

        Dia menyebutkan ada yang sangat cocok tokoh nasional sebagai pengganti Jokowi mendatang.

        Arief Poyuno bahkan menggunakan ramalan dari Jongko Jayabaya sebagai patokan dalam membaca siapa sosok pengganti Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

        Di mana dalam Jangka Jayabaya tersebut memberikan petunjuk pemimpin memiliki nama dengan akhiran yang jika diakronimkan menjadi Notonegoro.

        "Kalau masih bingung, ya namanya Notonegoro bisa jadi presiden di akhirannya," kata Arif Poyuono Dalam diskusi Mungkinkah Capres Teratas Versi Survei Berubah, Minggu sore (5/12/2021).

        Arief mengaku masih menyakini Jongko Jayabaya sebuah ramalan dari Raja Kediri, Prabu Jayabaya (1135-1157 M).

        Dalam ramalan Jayabaya atau biasa disebut Jongko Joyoboyo disebutkan pemimpin Indonesia adalah mereka yang mempunyai nama dengan akhiran Notonegoro.

        Noto memiliki arti menata. Dan Negoro memiliki arti Negara. Ramalan Jangka Jayabaya ini hidup dalam kosmologi politik Jawa seiring dengan kepercayaan Mesianistik atau Ratu Adil yang disebut masyarakat Jawa sebagai Satria Piningit.

        Itu artinya, nama-nama seperti Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Prabowo Subianto, Moeldoko, Bambang Soesatyo, Sandiaga Uno, bahkan Puan Maharani, berada di luar Jongko Joyoboyo.

        Dalam serat Jongko Jayabaya yang ditulis oleh Prabu Jayabaya tersebut, terdapat perhitungan atau ramalan mengenai pemimpin di Indonesia yang terkandung dalam kata ‘Notonegoro’.

        Arief menyebut akhiran NO merujuk pada Soekarno, TO pada Soeharto, kemudian NO yang kedua melekat pada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

        Sementara BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan Megawati Sukarnoputri tidak masuk dalam hitungan karena mereka tidak sampai lima tahun memimpin.

        "Kita lihat negara kita tahun 99-2004, apa yang terjadi? Maluku Utara bergetar, Poso bergetar, bom di mana-mana. Ya karena pemimpin itu tidak ada di dalam Jongko Joyoboyo," lanjut Arief.

        Sosok yang kemudian masuk ramalan kembali kepada NO karena yang menjadi presiden setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jokowi yang punya nama kecil Mulyono.

        "Jokowi saat lahir nama aslinya Mulyono. Namun ibunya lalu mengganti nama jadi Joko Widodo. Jadi Jokowi masuknya di No, Mulyono," kata Arief.

        Urutan Notonegoro dari Jangka Jayabaya tersebut akhirnya mengarah ke nama-nama calon pengganti Jokowi.

        Arief menyebut ada tiga nama yang sangat kuat. Ada Ganjar Pranowo. Ada Airlangga Hartarto. Atau bisa jadi Gatot Numantyo.

        Dari tiga nama tadi, ada dua yang masuk radar calon presiden potensial menurut survei.

        "Hanya dua tokoh yang masuk Jongko Joyoboyo, Notonogoro sebagai penerus Jokowi. Yaitu Airlangga Hartarto dan Ganjar Pranowo," kata Arief.

        Arief bahkan mengatakan baik Airlangga, Ganjar juga telah memenuhi syarat berikutnya sebagai presiden yakni harus orang Jawa, lahir di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

        "Jadi seperti itu. Saya bukan nggak percaya sama lembaga survei. Saya sangat percaya lembaga survei. Tetapi saya juga mempercayai berkah kata-kata leluhur orang Jawa, dan harus Jawa," kata Arief.

        Apabila bukan Ganjar atau Airlangga yang jadi Presiden, Arief menilai kemungkinan Jokowi kembali akan menjadi Kepala Negara.

        Jokowi dinilai juga bisa menjadi sosok yang menggenapi Notonegoro dari Jangka Jayabaya.

        "Kalau Airlangga atau Ganjar tidak bisa, Jokowi lagi tiga periode. Kan sekarang kita mau ada presiden tiga periode. Masih ada pendukungnya. Kemungkinan bisa terjadi. Kalau diamandemen, presiden boleh tiga periode," kata Arief. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: