Ketar-ketir, PM Israel Naftali Bennett Kunjungi Negara Arab Demi Hadapi Nuklir
Kredit Foto: AP Photo/Abir Sultan
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett pada Minggu (12/12/2021) melakukan perjalanan bersejarah ke Uni Emirat Arab (UEA). Ini merupakan kunjungan pertama oleh seorang perdana menteri Israel, sebagai bagian dari diplomasi regional dengan latar belakang kesulitan pembicaraan nuklir dengan Iran.
Dilansir Associated Press, perjalanan Bennett ke Abu Dhabi, di mana dia akan bertemu dengan Putra Mahkota Mohamed bin Zayed, merupakan tonggak sejarah bagi Israel dan pemimpin barunya.
Baca Juga: Amerika dan Israel Membahas Latihan Militer Siapkan Skenario Terburuk buat Iran
Israel dan UEA tahun lalu menandatangani kesepakatan normalisasi yang ditengahi oleh pemerintahan Trump di bawah “Kesepakatan Abraham,” serangkaian perjanjian diplomatik dengan negara-negara Arab yang juga termasuk Bahrain, Sudan dan Maroko.
Israel dan UEA telah lama berbagi kecemasan bersama atas program nuklir Iran. Kesepakatan untuk menjalin hubungan antar negara hanya meningkatkan ketegangan dengan Republik Islam.
Bennett diterima oleh pengawal kehormatan dan disambut oleh menteri luar negeri UEA, Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan.
“Saya sangat senang berada di sini, pada kunjungan resmi pertama oleh seorang pemimpin Israel,” kata Bennett. “Kami berharap dapat memperkuat hubungan diplomatik antar negara.”
Israel telah menyaksikan dengan prihatin ketika Iran telah mendorong garis keras terhadap pertemuan perunding di Wina, sekaligus menuntut keringanan sanksi sambil mempercepat program nuklirnya.
Dalam beberapa pekan terakhir, Israel telah mengirim diplomat utamanya dan kepala pertahanan dan mata-matanya untuk bertemu sekutu di Eropa, AS dan Timur Tengah untuk mendorong pendekatan yang lebih tegas ke Iran.
Penjangkauan Israel telah disertai dengan ancaman berulang untuk mengambil tindakan militer terhadap Iran jika diplomasi gagal.
Perjalanan Bennett dilakukan setelah kunjungan penasihat keamanan nasional UEA, Sheikh Tahnoon bin Zayed Al Nahyan ke Teheran, di mana ia bertemu dengan presiden garis keras baru Iran, Ebrahim Raisi, dalam upaya untuk meredakan ketegangan.
Itu adalah kunjungan besar bagi federasi Teluk Arab yang telah lama memandang Iran sebagai ancaman regional utamanya. Beberapa kunjungan politik regional lainnya, oleh menteri luar negeri Suriah dan para pemimpin Arab Saudi dan Turki, juga telah terjadi baru-baru ini, semuanya dengan tujuan negosiasi.
Israel, yang bukan merupakan pihak dalam pembicaraan di Wina, telah beralih ke sekutunya untuk bekerja sama dan melobi para perunding yang berusaha mengendalikan program nuklir Iran.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto