Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kiprah Haji Lulung 'The Godfather' Tanah Abang, dari Pengusaha Sampai Perseteruan dengan Ahok

        Kiprah Haji Lulung 'The Godfather' Tanah Abang, dari Pengusaha Sampai Perseteruan dengan Ahok Kredit Foto: Instagram/Abraham Lunggana
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Politikus Partai Persatuan Pembangunan, Abraham Lunggana, atau yang akrab disapa Haji Lulung, meninggal dunia pada Selasa, 14 Desember 2021, di usia 62 tahun. Almarhum menghembuskan nafasnya yang terakhir karena penyakit jantung yang ia derita.

        Cukup Populer di Masyarakat

        Nama Haji Lulung tentu cukup populer di telinga masyarakat Indonesia. Salah satunya karena sepak terjangnya dalam dunia politik.

        Berseteru dengan Ahok

        Saat menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta pada 2013, ia pernah berseteru dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang ketika itu masih menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Hal itu membuatnya makin sering muncul di media baik elektronik, cetak, online maupun media sosial. Kala itu, Lulung merasa tersinggung dengan pernyataan Ahok yang menyebut ada oknum DPRD DKI yang membekingi PKL di Pasar Tanah Abang. Pernyataan itu diduga sejumlah orang ditujukkan kepadanya.

        Tokoh Betawi, Pengusaha Asal Tanah Abang

        Lulung yang merupakan tokoh Betawi, dan pengusaha asal Tanah Abang itu pun meminta Ahok untuk mengungkap identitas oknum DPRD yang dimaksud.

        Baca Juga: Luar Biasa! Haji Lulung dalam Kenangan, Anies Baswedan: Selalu Bicara Kepentingan Masyarakat

        “Kalau ada oknum DPRD DKI main di Tanah Abang, jelasin siapa. Wagub jangan selengean (sembarangan). Dia lambang negara, pejabat. Saya sudah bilang ke Pak Jokowi, tolong Wagub ditegur,” kata Lulung. Konflik tersebut kemudian berlanjut yaitu saat sidang paripurna DPRD DKI Jakarta yang dihadiri Ahok pada Senin, 2 September 2013. Fraksi PPP walk out saat sidang paripurna tersebut.

        Hak Interpelasi kepada Ahok

        Setelah kasus PKL Tanah Abang itu, perseteruan antara Haji Lulung dan Ahok terus berlanjut. Pada 2014, Haji Lulung bahkan menggalang dukungan untuk melakukan hak interpelasi kepada Ahok. Alasannya, Lulung menilai kinerja pemda DKI buruk.

        Program tidak berjalan dan penyerapan anggaran sepanjang tahun ini begitu rendah. Lulung juga menyinggung soal demo besar-besaran dari Front Pembela Islam (FPI) kepada Ahok. Dia menilai demo itu menunjukkan bukti masyarakat tak puas dengan kinerja Pemda di bawah kepemimpinan Ahok.

        Dalam Muktamar VIII PPP di Hotel Grand Sahid, Jakarta Selatan, Jumat malam, 31 Oktober 2014, Lulung menyebut Ahok tidak pantas menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Jokowi. Sebab, ia menilai Ahok kerap membuat pernyataan kontroversi dan pedas serta tidak memiliki etika budaya.

        "Kalau menjadi pejabat publik lalu bicara sembarangan, apa bisa dijadikan contoh? Pejabat publik itu kan harus memberikan penjelasan kepada semua masyarakat, rakyat secara baik. Nah, ini Ahok kan sudah banyak catatan karena telah membuat masyarakat resah," kata Lulung.

        Dipecat dari PPP

        Namun, tak lama setelah menyampaikan pernyataan itu, partainya Lulung, PPP, dilanda konflik internal. Ketua Umum PPP versi Muktamar Surabaya Romahurmuziy memecatnya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PPP DKI Jakarta sejak 30 Oktober 2014.

        Meskipun demikian, kegigihan Lulung dalam melawan Ahok tidak pernah surut. Bahkan, ia tercatat turut berorasi dalam demo-demo berjilid yang digalang FPI dan elemen ormas Islam lainnya dalam upaya menjebloskan Ahok ke penjara.

        Tidak berhenti di sana, Lulung juga coba menemukan bukti pelanggaran Ahok di bidang hukum. Dia mengatakan Ahok sudah melanggar hukum tata negara tentang pembahasan anggaran, dan tata administrasi negara serta hukum administrasi negara tentang anggaran.

        Baca Juga: Sang Ayah Meninggal Dunia, Anak-anak Haji Lulung Sampaikan Pesan Mendalam

        Bahkan, ia sempat melaporkan Ahok ke Bareskrim Polri dalam dugaan kasus pencemaran nama baik anggota DPRD DKI Jakarta pada Rabu, 11 Maret 2015. Kuasa hukum Lulung, Razman Arif Nasution, menilai ucapan Ahok yang menyebut anggota dewan sebagai perampok uang rakyat sangat merendahkan dan melecehkan.

        Di tengah perseteruan Lulung Vs Ahok itu, muncul tagar #SaveHajiLulung yang jadi trending topic dunia. Tagar itu muncul di Twitter sebagai bentuk sindiran dari netizen terhadap politisi PPP itu. Lulung merupakan salah satu anggota dewan yang cukup keras berdebat dengan Ahok saat pertemuan mediasi soal APBD DKI 2015.

        Kebanyakan isi cuitan yang menyertakan tagar #SaveHajiLulung adalah pernyataan bernada kontradiktif yang dituliskan oleh netizen. Lunggana juga dikenang publik karena salah menyebut salah satu kasus korupsi pengadaan perangkat penyedia daya listrik di DKI Jakarta, UPS (uninterruptible power supply), dengan USB (universal serial bus). Kasus itu bergulir di Bareskrim Polri dan sempat menyeret Lulung dan Ahok.

        Konsisten Lawan Ahok

        Sikap Lulung yang berseberangan dengan Ahok itu terus dia pegang bahkan pada saat PPP masuk menjadi salah satu partai pendukung Ahok di Pilkada 2017.

        Sampai kemudian konflik antar kedua tokoh tersebut pelan-pelan mereda dan hilang dari perhatian publik. Pada kontestasi tersebut, Ahok kalah, dan menjalani hukuman atas kasus penistaan agama. Sementara Lulung juga terus melanjutkan karir politiknya.

        Jadi Anggota DPR dari PAN

        Satu tahun sebelum Pemilu 2019, ia memutuskan meninggalkan PPP dan masuk ke PAN. Di partai pimpinan Zulkifli Hasan itu, Lulung sukses menjadi anggota DPR. Namun pada 7 September 2021, dia kembali masuk ke PPP dan menjabat sebagai Ketua DPW DKI.

        Baca Juga: Duka Mendalam PAN Kehilangan Sosok Haji Lulung: Beliau Seorang Politisi yang Jujur dan Amanah

        Pada Jumat, 3 Desember 2021, Lulung dikabarkan terkena serangan jantung. Dia pun dirawat di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta.Kemudian, beberapa hari setelah menjalani perawatan, takdir berkata lain. Pria kelahiran Jakarta, 24 Juli 1959, yang sudah malang melintang di kehidupan politik, organisasi, dan pengusaha di ibu kota negara itu menghadap ke sang ilahi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: