Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Putus Sekolah Picu Masalah Sosial di Medan Belawan

        Putus Sekolah Picu Masalah Sosial di Medan Belawan Kredit Foto: Khairunnisak Lubis
        Warta Ekonomi, Medan -

        Putus sekolah tidak hanya memupus cita-cita, tetapi juga memicu masalah sosial di Medan Belawan. Daerah pesisir di Kota Medan ini, menyumbang angka putus sekolah mencapai 1.500 anak. 

        Dedy Hutajulu salah satu penulis buku Belawan, Menyelamatkan Anak dari Ancaman Putus Sekolah mengatakan pemerintah Kota Medan tidak cukup membangun infrastruktur untuk membangun daerah Belawan. Pembangunan infrastruktur tidak akan berhasil memutus mata rantai kemiskinan di Belawan, jika faktor sumber daya manusia tidak diperbaiki. Pesan ini disampaikan Baca Juga: Pendidikan Nonformal Masih Minim Perhatian Pemerintah

        "Anak-anak di Belawan memasuki kehidupan yang kelam begitu mereka berhenti bersekolah. Mereka terjebat dalam perkawinan anak, narkoba, pencurian, prostitusi, tawuran, dan kejahatan sosial lainnya. Jika kita sering membaca maraknya aksi kejahatan yang dilakukan remaja tanggung di Belawan, itu dampak langsung karena mereka putus sekolah,” katanya, Rabu (22/12/2021).

        Buku ini dipublikasikan oleh Gugah Nurani Indonesia (GNI). Ditulis dengan gaya bertutur, buku ini membawa pembaca pada kisah-kisah dramatis soal anak-anak remaja yang terpaksa menjadi orang tua di masa belia. 

        "Buku ini juga dilengkapi dengan analisis dan pendapat dari sejumlah ahli, seperti ahli kandungan dokter Binarwan Halim, psikolog Irna Minauli, psikiater Wijaya Taufik dan Dosen Antropologi Unimed Rosmaradana,"katanya.

        Melalui buku ini, penulis juga mengulas sepak terjang GNI dalam penguatan pemberdayaan masyarakat di Belawan. Hadirnya Kelompok Gempita (Gerakan Masyarakat Pintar) Belawan, binaan GNI telah membawa banyak perubahan signifikan. 

        "Di antaranya, masyarakat mulai terlibat koperasi, bank sampah, adanya satgas antianak putus sekolah, layanan pangan online dan penguatan ketahanan pangan melalui budidaya lele dalam ember," ujarnya.

        Sarah Emma Bangun, perwakilan Dinas Perpustakaan Kota Medan menyambut baik kerja sama dengan GNI ini. Dan tahun depan (2022),  pihaknya akan kembali mengaktifkan  penggunaan mobil perpustakaan keliling. 

        "Kami sempat nonaktif karena pandemi Covid-19. Tapi tahun depan, akan kembali kami aktifkan. Silakan buat usulan, nanti kami bisa kunjungi sekolah-sekolah, agar anak-anak bisa membaca beragam buku," katanya.

        Sementara, Vindika, perwakilan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) Kota Medan menyebut, bahwa persoalan sosial ini sudah bertahun-tahun terjadi tetapi tidak kunjung bisa dituntaskan. Namun DP3APM bersedia bekerja sama dan akan merangkul semua pihak untuk turut terlibat menyelamatkan anak dari angka putus sekolah.

        Yose Ferry, Lurah Belawan 2 juga menuturkan bahwa di wilayah kerjanya terdapat sedikitnya 4.000 warga miskin yang tentu saja menyumbang tingginya angka anak putus sekolah. 

        Anwar Suhut,Project Manajer GNI Medan Deliserdang mengatakan, perlu ada dukungan yang lebih konkret dari berbagai pihak, utamanya stakeholder dalam rangka upaya menyelamatkan anak dari persoalan-persoalan sosial seperti narkoba, tawuran, perkawinan anak dan bajing loncat di Belawan. 

        "Di tahun mendatang, GNI akan menguatkan kerja sama dengan seluruh stake holder untuk mencegah anak putus sekolah," pungkasnya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Khairunnisak Lubis
        Editor: Lestari Ningsih

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: