Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Itu Industrial Vegetable Oil?

        Apa Itu Industrial Vegetable Oil? Kredit Foto: BPDPKS
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Industrial Vegetable Oil (IVO) diperkenalkan melalui penelitian yang dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) yang bekerja sama dengan PT Kemurgi Indonesia melalui pendanaan penelitian oleh BPDPKS. IVO dihasilkan dari pembersihan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dari zat-zat yang dapat mempengaruhi kualitas minyak sawit seperti getah dan logam alkali.

        Dilansir dari laman bpdp.or.id, IVO dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biohidrokarbon dengan mensyaratkan rendahnya kandungan logam dan alkali logam yang dapat meracuni katalis green fuel dalam prosesnya.

        Baca Juga: Sawit Mampu Mengatasi Masalah Emisi Karbon Global

        Melalui penelitian yang dilakukan oleh ITB dan PT Kemurgi, telah dibangun standalone mini plant IVO berkapasitas 12,2 ton/jam dengan melibatkan pemerintah daerah Kabupaten Musi Banyuasin. Pada percobaan tersebut, telah berhasil diproduksi sebanyak 140 ton IVO yang telah memenuhi persyaratan SNI 8875-2020.

        Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh PT Kemurgi Indonesia untuk menghasilkan minyak sawit yang memiliki kandungan 3MCPDE yang rendah, yakni yang berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan oleh Uni Eropa. Diharapkan dengan keberhasilan ini, nantinya minyak sawit Indonesia memenuhi persyaratan/permintaan global untuk produk pangan.

        Keuntungan dari pengolahan IVO adalah kapasitas produksi yang dilakukan tidak perlu besar (5-20 ton TBS/jam); dapat menggunakan buah yang lewat matang/fermented FFA; menggunakan teknologi proses yang lebih sederhana (rute produksi lebih pendek); serta harga IVO dapat lebih rendah dibandingkan harga CPO.

        Guna melengkapi keberhasilan tersebut, saat ini BPDPKS, PT Kemurgi Indonesia, dan ITB tengah mengembangkan pabrik IVO skala kecil yang dapat dibangun oleh koperasi sehingga TBS yang dihasilkan oleh pekebun dapat langsung dipasok dalam kondisi apapun tanpa harus melalui pedagang perantara. Sementara itu, produk samping biomassa seperti tandan kosong, fiber, cangkang, dan inti sawit dapat menjadi milik pekebun.

        Keberhasilan penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu langkah strategis yang dapat diterapkan untuk memperbaiki rantai pasok kelapa sawit dalam rangka meningkatkan bargaining position pekebun.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: