Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        IPO GoTo Jadi Penentu Nasib Unicorn Lainnya, Kalau Gagal Bisa Trauma Investor!

        IPO GoTo Jadi Penentu Nasib Unicorn Lainnya, Kalau Gagal Bisa Trauma Investor! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perusahaan teknologi terbesar di Indonesia hasil merger dari Gojek dan Tokopedia yakni, GoTo berencana untuk mencari dana seegar dari pasar modal. Perusahaan pun kini tengah menjalani proses penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). 

        Terakhir, GoTo disebutkan telah menunjuk penjamin emisi terkait dengan aksi IPO yang bakal dilaksanakan pada awal tahun ini. 

        Aksi korporasi GoTo ini pun menyita banyak perhatian, karena merupakan perusahaan new economy (ekonomi baru) atau teknologi yang merupakan Unicorn terbesar di Indonesia dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp32 triliun. 

        Bahkan, IPO GoTo ini dinilai akan menjadi tolak ukur keberhasilan bagi perusahaan teknologi yang akan masuk ke pasar modal. 

        Baca Juga: GoTo Umumkan Penutupan Pertama Penggalangan Dana Pra-IPO, Raih Dana 1,3 M Dolar

        “(IPO) Goto penting banget untuk pasar. Kalau GoTo sukses kemungkinan emiten unicorn lain akan sama,” kata Founder B-Trade TC sekaligus CEO PT Kanaka Hita Solvera, Wijen Pontus, di Jakarta, Senin (10/1/2022).

        Namun, apabila IPO GoTo ini tidak sukses lanjut Wijen, maka kemungkinan besar nasib perusahaan-perusahaan teknologi lain yang bakal mejeng di bursa pun bakal kurang diminati oleh investor khususnya ritel. 

        “Unicorn tidak akan se-hype BUKA kemaren, GoTo akan lebih banyak institusi yang masuk. Kalau yang lain (unicorn) tergantung GoTo, kalau sama kaya Bukalapak dan Grab itu akan selesai,” tuturnya. 

        Baca Juga: Bidik Dana Hingga Rp4 Triliun, Bos ASDP Sebut Rencana IPO Digelar Kuartal III 2022

        Namun disamping itu, Wijen menuturkan bahwa sebenarnya IPO dari GoTo ini juga bergantung kepada kondisi saham perusahaan teknologi pertama yang masuk ke BEI yakni PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). IPO GoTo akan lebih sukses bila saham BUKA mengalami perbaikan juga. 

        Pasalnya, Wijen melihat jika saat ini investor khususnya ritel masih mengalami trauma masuk ke perusahaan teknologi karena melihat kinerja saham BUKA yang hingga kini masih berada di bawah harga IPO. Malahan, saat ini harga saham BUKA sudah berada di Rp456 per saham turun 394 poin dari harga IPO Rp850 per saham. 

        “IPO GoTo, kalau BUKA tidak balik harga IPO siap yang mau ambil. Bisa jadi trauma pasar. Jadi harus faktor pendorong, karena animo pasti turun orang-orang. Jadi kalau mau sukses BUKA harus dikerek ke harga IPO,” ucapnya. 

        Sebagai informasi, GoTo dikabarkan bakal listing di dua bursa (dual listing), yakni bursa domestik dan Amerika Serikat (AS). Nilai penggalangan dana dari aksi IPO GoTo bisa mencapai US$ 2 miliar.

        Berdasarkan laporan Bloomberg, GoTo berencana melantai di BEI tahun ini. Namun sebelum itu, GoTo akan menggalang dana dari bursa AS terlebih dahulu.

        Sebelumhya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen mengungkapkan, perusahaan teknologi asal Indonesia yang akan mencatatkan sahamnya di bursa domestik bukan cuma Bukalapak. Saat ini terdapat tiga startup bervaluasi unicorn dan decacorn yang akan listing di BEI.

        Baca Juga: Perketat Pelindungan Investor, Bursa Bakal Keluarkan Dua Papan Baru

        Hoesen tidak merinci nama-nama perusahaan startup dimaksud. Ia hanya menyebut total valuasi aset ketiga perusahaan rintisan itu di atas US$ 21,5 miliar atau sekitar Rp 311,75 triliun.

        Malahan, guna memuluskan langkah Unicorn untuk meraih dana segar dari publik dengan melakukan penjualan saham, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang dalam tahapan pengembangan papan baru yaitu Papan New Economy. Di mana, Papan New Economy ditujukan untuk mencatatkan saham-saham dari perusahaan inovatif yang memiliki pertumbuhan tinggi dan memiliki kemanfaatan sosial yang luas.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: