Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Circulate Capital Investasi Perluasan Infrastruktur Daur Ulang Palstik

        Circulate Capital Investasi Perluasan Infrastruktur Daur Ulang Palstik Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Circulate Capital, perusahaan manajemen investasi berbasis di Singapura yang mendanai inovasi, perusahaan, dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menunjukkan komitmen memerangi polusi plastik di laut dan perubahan iklim dengan memajukan ekonomi sirkular netral karbon. 

        Circulate Capital Ocean Fund (CCOF) telah berinvestasi di perusahaan Prevented Ocean Plastic Southeast Asia. Perusahaan yang bergerak dalam pengumpulan dan daur ulang limbah plastik ini juga tengah mempelopori model mata rantai pengelolaan limbah plastik yang inovatif. 

        Prevented Ocean Plastic Southeast Asia adalah hasil kerja sama yang unik antara PT Polindo Utama (Polindo), Bantam Materials Ltd (Bantam Materials), dan Circulate Capital.

        Perusahaan ini berkomitmen untuk memperluas infrastruktur daur ulang di Indonesia secara strategis, terutama di wilayah yang kurang atau tidak memiliki infrastruktur pengelolaan limbah plastik.

        Perluasan infrastruktur tersebut diharapkan dapat mencegah kebocoran limbah plastik ke laut dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

        Ambisi Prevented Ocean Plastic Southeast Asia dalam mengembangkan sebuah model terukur dan berkelanjutan yang dapat menjadi standar terbaik untuk industri daur ulang plastik di Asia Tenggara didukung oleh Pengalaman Polindo dalam membangun dan mengelola infrastruktur pengumpulan limbah plastik selama 20 tahun.

        Akses koneksi Bantam Materials ke pasar produk plastik daur ulang premium, serta keahlian Bantam Materials dalam aspek tata kelola dan penelusuran asal produk daur ulang (traceability) yang telah terbukti melalui program Prevented Ocean Plastic.

        Investasi strategis dan keahlian Circulate Capital dalam mendorong pertumbuhan perusahaan-perusahaan di sektor pengelolaan limbah plastik. Indonesia memiliki lebih dari 17.000 kepulauan. 

        Saat ini, 124 juta orang - atau 45 persen populasi – tinggal di luar pusat ekonomi Indonesia, Pulau Jawa. Upaya pengumpulan limbah plastik dari pulau-pulau ini untuk kegiatan daur ulang tentunya sangat menantang dan mahal dalam segi logistik. 

        Melalui pendanaan dari CCOF, Prevented Ocean Plastic Southeast Asia akan membangun rantai nilai pengumpulan dan daur ulang plastik yang sistematis di beberapa wilayah pesisir luar Jawa, terutama di wilayah Kalimantan dan Sulawesi.

        Sebagai bagian dari rencana ini, 12 pusat pengumpulan limbah plastik dan tiga pusat agregasi dengan skala yang lebih besar akan dibangun.

        Dengan menggabungkan kekuatan unik para mitranya, Prevented Ocean Plastic Southeast Asia berharap dapat dengan sukses membangun pasokan komoditas plastik daur ulang berkualitas premium, bersertifikat, dan dapat ditelusuri asalnya (traceable) untuk pasar global.

        Adanya infrastruktur tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi di seluruh mata rantai, mulai dari para pengumpul limbah plastik di Indonesia hingga ke konsumen akhir. 

        Model bisnis Prevented Ocean Plastic Southeast Asia dirancang untuk merampingkan proses logistik dan pengumpulan limbah sehingga efisiensi dapat maksimal dan biaya terkurangi.

        Seluruh aktivitas di pusat-pusat pengumpulan limbah juga akan melalui proses audit dan sertifikasi dari program terdepan Prevented Ocean Plastic yang penting dilakukan untuk mendapat akses pasar dan harga premium komoditas plastik daur ulang. 

        Dalam periode 10 tahun, perusahaan ini memperkirakan bahwa aktivitasnya akan dapat mencegah kebocoran 400.000 ton limbah plastik ke laut, menghindari 800.000 ton emisi GHG, sekaligus menciptakan 1.000 lapangan kerja dan membuka peluang pendapatan baru bagi ribuan pengumpul limbah plastik. 

        “Realita bahwa harus mengumpulkan sampah plastik dari 17.000 pulau mempersulit betapa rumitnya krisis polusi plastik di Indonesia. Hal ini disebabkan karena banyak tantangan logistik dan kompleksitas dalam rantai nilai daur ulang limbah plastik,” jelas Rob Kaplan, Founder dan CEO Circulate Capital. 

        Kami sangat antusias untuk dapat turut berinvestasi di Prevented Ocean Plastic Southeast Asia dalam membangun jaringan pengumpulan sampah plastik yang unik dan efektif mengatasi tantangan infrastruktur tersebut.

        Terlebih lagi, Prevented Ocean Plastic Southeast Asia akan memenuhi permintaan pasar yang sudah mulai terbuka dan menerima penggunaan plastik daur ulang bekualitas tinggi dan traceable. 

        "Proyek ini berpotensi menjadi blueprint infrastruktur daur ulang dan ekonomi sirkular terbaik di kelasnya dan di seluruh kawasan Asia Tenggara," jelasnya. 

        Pertumbuhan populasi di Indonesia dan perkembangan ekonomi yang pesat telah memberikan kontribusi terhadap peningkatan yang eksponensial dalam konsumsi plastik.

        Sistem pengelolaan dan daur ulang sampah plastik di Pulau Jawa sudah relatif lebih mapan, terutama di Jakarta dan Surabaya. 

        Sementara di kota-kota kecil di dalam dan luar Pulau Jawa masih kekurangan infrastruktur pengumpulan dan daur ulang limbah plastik yang efisien.

        Hal tersebut mengakibatkan tingginya tingkat polusi plastik dan emisi gas rumah kaca. 72 persen dari total polusi plastik di Indonesia berasal dari daerah pedesaan dan kota-kota kecil hingga menengah.

        Namun, tingkat pengumpulan sampah plastik di daerah pedesaan dan terpencil hanya 20 persen atau kurang dari angka tersebut.

        Menanggapi pengumuman investasi tersebut, Daniel Law, CEO Polindo, mengatakan, merasa bangga karena kemitraan jangka panjang kami dengan Bantam Materials berlanjut ke tingkat berikutnya. Semua ini berkat dukungan Circulate Capital.

        Kerja sama ini memungkinkan kami untuk mengembangkan infrastruktur pengumpulan sampah yang dapat memenuhi banyaknya permintaan komoditas daur ulang plastik yang traceable. Sementara, juga mendukung masyarakat di luar Pulau Jawa yang membutuhkan bantuan. 

        Pihaknya percaya bahwa ini adalah kesempatan untuk mengatasi sekaligus mengoptimalkan logistik pengumpulan dan pemilahan limbah plastik, di mana biasanya lebih rumit di daerah-daerah terpencil sekitar Indonesia.

        Dengan demikian dapat memberikan peluang pendapatan dan model insentif bagi penduduk sekitar fasilitas, sehingga memobilisasi pengumpulan sampah informal serta mengurangi pencemaran plastik di laut.

        Raffi Schieir, Direktur Bantam Materials United Kingdom, menambahkan, prevented Ocean Plastic Southeast Asia memiliki kesempatan untuk memberikan dampak besar bagi masyarakat Indonesia yang membutuhkan bantuan, terutama bagi masyarakat yang tidak pernah memiliki akses ke infrastruktur daur ulang. 

        Permintaan global sudah meningkat untuk plastik daur ulang tracable dan berkualitas tinggi. Pemerintah di Eropa dan pasar internasional juga telah menghimbau untuk memanfaatkan plastik daur ulang dalam kemasan produk. 

        Melalui pengembangan infrastruktur yang sejalan dengan standar kualitas dan tata kelola internasional, serta mengikuti program Prevented Ocean Plastic yang dapat ditelusuri prosesnya dan dipercaya sepenuhnya, kami dapat membawa perubahan dalam industri pengelolaan sampah plastik di Indonesia, mencegah sampah plastik di lautan dalam skala besar, serta mendorong inklusi sosial dan keuangan yang lebih luas.

        Sebelum mendapatkan pendanaan, program Prevented Ocean Plastic mendirikan pusat utama pengumpulan sampah di Bali untuk menguji coba model bisnis ini.

        Hingga saat ini, pusat pengumpulan sampah plastik tersebut telah memberikan manfaat melalui penciptaan lapangan kerja, pengumpulan limbah plastik dalam skala besar, dan peningkatan penghidupan para pekerja di bidang pengelolaan sampah dan komunitasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: