Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Agar Karyawan Semangat Bekerja, Venteny Kasih Jurus Jitu Bagi Perusahaan

        Agar Karyawan Semangat Bekerja, Venteny Kasih Jurus Jitu Bagi Perusahaan Kredit Foto: Freepik
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Awal tahun menjadi momen perusahaan menggelar kick-off meeting untuk mengumumkan target dan strategi bisnis yang baru. Tentunya, target perusahaan tak akan tercapai tanpa kontribusi yang optimal dari karyawan. Disinilah divisi Human Resources (HR) punya pengaruh besar dalam mengelola karyawan agar lebih betah, semangat, dan produktif dalam bekerja.

        PT Venteny Fortuna International (Venteny) sebagai perusahaan teknologi yang menciptakan inovasi employee happiness dan employee engagement meyakini bahwa pertumbuhan perusahaan akan berbanding lurus dengan pertumbuhan karyawan.

        “Misalnya, perusahaan ingin meningkatkan revenue. Langkah pertama, perusahaan harus menciptakan stabilitas antara perusahaan dan karyawan. Karyawan membutuhkan pelatihan, benefit atau perks, dan juga kompensasi yang memadai, agar dalam bekerja mereka merasa nyaman dan engage dengan perusahaan,” kata Group Chief Operating Officer Venety Damar Raditya.

        Baca Juga: Teknologi Digital Dukung Ekonomi Hidrogen Berkelanjutan

        Lebih lanjut Damar menuturkan bila dari sisi perusahaan, pihaknuya mengerti jika perusahaan tidak bisa mengalokasikan anggaran secara masif untuk kebutuhan tersebut. “Oleh karena itu, strategi budgeting yang tepat sangat dibutuhkan agar stabilitas perusahaan dan karyawan tetap terjaga, serta membantu perusahaan untuk meningkatkan revenue,” ujarnya.

        Salah satu strategi budgeting yang dapat diterapkan perusahaan ialah activity-based budgeting (ABB), atau anggaran berbasis aktivitas. Metode ini mencatat dan menganalisis variabel biaya pada suatu aktivitas.

        Berbeda dengan sistem budgeting tradisional yang membuat perkiraan biaya berdasarkan biaya historis, ABB memperhitungkan cost driver yang spesifik pada setiap aktivitas, seperti gaji karyawan dan jam kerja.

        Metode ABB memungkinkan divisi HR untuk menilai berbagai aspek serta biaya terkait karyawan secara komprehensif, dan memproyeksikan dampaknya dengan target perusahaan.

        Baca Juga: Bill Gates Siapkan Dana Rp214 Triliun untuk Proyek Teknologi Bersih di Negara Ini!

        Di sisi lain, metode budgeting yang kritis ini turut membantu perusahaan melakukan efisiensi anggaran.

        Selain metode budgeting, Venteny juga mengajak divisi HR meningkatkan adopsi teknologi digital agar alokasi serta pemanfaatan budget lebih efisien dan strategis.

        Kini adopsi teknologi bagi divisi HR tidak sebatas urusan rekrutmen dan administrasi saja, melainkan sudah berkembang sampai urusan pemenuhan kebahagiaan dan produktivitas karyawan.

        Aspek kebahagiaan dan produktivitas karyawan yang patut diperhatikan perusahaan adalah kesempatan pengembangan diri.

        Dalam kurun waktu enam tahun terakhir, anggaran untuk aspek ini meningkat sebanyak 14.2% di Amerika Serikat.1 68% dari pemimpin divisi HR menilai bahwa pengembangan critical skill individu untuk beradaptasi pada industri yang kompetitif semakin dibutuhkan, terutama di tahun-tahun mendatang.

        Ini menandakan perusahaan semakin serius berinvestasi pada pertumbuhan karyawan. Sebagai alternatif kegiatan pelatihan dan pengembangan secara formal, perusahaan dapat memanfaatkan V-Academy yang tersedia di aplikasi Venteny untuk pengembangan skill karyawan.

        “Kami mengkurasi modul-modul dan subjek yang sesuai dengan kebutuhan skill zaman sekarang, seperti public speaking class, leadership workshop, hingga seminar critical thinking yang dapat membantu para karyawan merambah keterampilan baru dan mendukung percepatan karir mereka.” ujar Damar.

        Selain pengembangan skill, aspek kompensasi dan benefit untuk karyawan juga menjadi bagian utama dari anggaran HR. Jika gaji adalah upah, maka benefit adalah biaya tidak langsung yang dibayarkan perusahaan atas kontribusi karyawan seperti asuransi dan tunjangan.

        Pemberian kompensasi dan benefit untuk karyawan juga menjadi salah satu faktor retensi karyawan terbesar. Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja US tahun 2019, benefit memakan 31.4% biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam mempekerjakan karyawan, sementara gaji memakan 69%.

        Baca Juga: Serangan Siber Meningkat, Teknologi dan SDM Harus Terus Diupgrade

        Benefit dan kompensasi yang diterima karyawan mempengaruhi 10% keputusan para karyawan untuk tetap melanjutkan posisi pekerjaan mereka di perusahaan terkait.

        Ini yang melandasi Venteny mendesain program MyBenefit yang menyasar segmen B2B2E, yaitu integrasi berbagai kebutuhan benefit karyawan seperti asuransi, pelatihan, penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang gaya hidup, dan yang paling krusial adalah kebutuhan dana darurat karyawan.

        Program ini bisa menjadi alternatif bagi perusahaan yang ingin melakukan efisiensi anggaran tanpa harus terbebani alokasi budget yang besar pada masing-masing pos apalagi menjadi biaya overhead atau biaya tak terduga.

        “Kami berharap, layanan Venteny yang diadopsi oleh divisi HR dapat membawa dampak yang signifikan bagi pengelolaan anggaran, kepuasan karyawan, dan pada akhirnya peningkatan performance perusahaan juga.” ujar Damar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: