Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Luhut Tagih Bantuan Konkret Negara Maju Sukseskan Transisi Energi di Negara Berkembang

        Luhut Tagih Bantuan Konkret Negara Maju Sukseskan Transisi Energi di Negara Berkembang Kredit Foto: Antara/Fransisco Carolio
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyoroti beban berat di balik transisi energi. Untuk itu percepatan transisi energi baru dan terbarukan (EBT) bukan merupakan pekerjaan rumah Indonesia dan negara berkembang yang lain. 

        Menurut Luhut transisi energi ke sumber yang ramah lingkungan harus berkeadilan. Pasalnya, biaya untuk mencapai hal itu besar dan tentu menjadi beban berat bagi negara berkembang, bahkan negara miskin. Transisi energi harus seminimal mungkin memberikan dampak sosial ekonomi bagi masyarakat di setiap negara.

        Baca Juga: Transisi Energi jadi Pekerjaan Rumah Seluruh Negara Dunia, Luhut Binsar: Butuh Anggaran Besar

        "Jadi kita ingin yang berkeadilan, yang bebannya berat harus bantu, yang siap silakan jalan sendiri. Kita harus didukung penuh oleh kerjasama yang kuat. Ini yang akan kita bangun di G20," kata Luhut dalam acara Peluncuran Transisi Energi G20: Mencapai Kesepakatan Global Percepatan Transisi Energi, pada Kamis (10/2/2022).

        Oleh karenanya, 3 isu krusial dibawa dalam pembahasan transisi energi dalam forum ini yaitu isu akses, teknologi, dan pendanaan. Indonesia sudah mendorong industri yang lebih hijau, contohnya dengan memulai pembangunan Kawasan Industri Hijau di Kalimantan Utara. 

        "Di sini kita perlu peran investasi dan kontribusi sektor swasta, filantropi, dan bentuk pendanaan inovatif yang bisa meng-afirmasi komitmen pendanaan USD100 miliar dari negara maju kepada negara berkembang," katanya.

        Luhut menyebut Pemerintah Indonesia akan meminta komitmen global dari masing-masing pemimpin negara-negara G20 untuk menyepakati langkah konkret dalam percepatan transisi energi.

        Seperti diketahui, Indonesia telah menetapkan target emisi nol persen atau net zero emission pada 2060 atau lebih cepat. Target ini sebagaimana kesepakatan dalam KTT perubahan iklim (COP26) di Glasgow, Skotlandia.

        Maka dari itu, Presiden Jokowi meminta dukungan internasional dalam mewujudkan target emisi nol persen itu.

        "Pada COP 26 Glasgow kita telah mencapai kesepakatan untuk bersama-sama memacu pemakaian energi yang ramah lingkungan," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rena Laila Wuri
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: