Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perempuan Rentan Terima KDRT, W20 Perkuat Komitmen Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan

        Perempuan Rentan Terima KDRT, W20 Perkuat Komitmen Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Kredit Foto: Kementerian PPPA
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA), Bintang Puspayoga, menghadiri Side Event Discrimination and Violence against Women dalam pertemuan pertama Women 20 (W20) Indonesia di Likupang, Sulawesi Utara secara virtual, Selasa (15/2).

        Bintang Puspayoga menjelaskan, pada 2020 hasil pertemuan G20 dan Women 20 (W20) merekomendasikan perspektif gender harus diterapkan dalam agenda pemulihan global untuk memastikan penyelesaian dari dampak pandemi yang tidak proporsional bagi perempuan. Inilah mengapa harus dipastikan bahwa pemulihan ekonomi global harus pula menyinggung kesenjangan gender.

        Baca Juga: Bantu Ibu-Ibu di Indonesia, Ini Cara CEO Amartha Kembangkan UMKM Perempuan

        "Hal inilah yang mendasari W20 membutuhkan mitra yang kuat dengan kelompok kerja lainnya dalam G20 untuk menjawab permasalahan kekerasan berbasis gender dan kekerasan terhadap perempuan dengan mengadvokasi kebijakan intervensi yang termasuk pada kelompok kerja relevan baik di sherpa track maupun financial track," ucap Bintang dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (16/2/2022).

        "Bangkit bersama, bangkit lebih kuat menggambarkan upaya kolektif untuk bangkit dari pandemi global. Aksi kolektif berarti perempuan harus dilibatkan secara aktif dalam berbagai proses G20 dan isu perempuan harus dikedepankan dalam agenda G20. Ini semua adalah mandate kita, mandate W20," ungkapnya.

        Bintang mengatakan, pandemi juga mendorong lebih banyak perempuan kepada kemiskinan ekstrem yang artinya juga memperlebar kesenjangan gender dalam kemiskinan. Lebih parahnya, UN Women melaporkan bahwa kekerasan terhadap perempuan, terutama KDRT, telah meningkat akibat pandemi.

        Padahal, kekerasan terhadap perempuan secara negatif berdampak pada fisik, mental, dan emosi perempuan, termasuk pula kesehatan reproduksinya, dan pada saat yang sama pula kekerasan terhadap perempuan juga memengaruhi keluarga, komunitas, dan masyarakat serta negara secara luas.

        "Kekerasan terhadap perempuan telah menjadi permasalahan yang berlapis dalam kesenjangan gender yang termasuk bagian dari diskriminasi, bahkan terintegrasi dalam norma, perilaku, dan praktik sosial-budaya yang merugikan dan diskriminatif. Akibat dari pandemi Covid-19 meninggalkan kita dengan kerja yang lebih dan tugas yang lebih untuk pencapaian ke depannya, tetapi kita akan makin kuat dengan memperkaya wawasan dari rangkaian kegiatan yang akan menguatkan kita sebagai komunitas G20," ujarnya.

        "Agar perempuan dapat berdaya, mereka akan membutuhkan kemampuan untuk bertahan dari kesulitan dan melewati rintangan yang telah dibangun oleh norma sosial-budaya dan stereotype dan juga tantangan lain seperti kesulitan ekonomi, risiko, dan kerentanan, juga berbagai dampak dari diskriminasi," lanjutnya.

        Bintang menyebut seluruh anggota yang hadir harus dapat memastikan hasil dari kegiatan ini tepat sasaran pada tujuan kunci yang akan menguatkan ketahanan perempuan dalam melawan diskriminasi. Sebab, pada saat perempuan berdaya dan anak-anak terlindungi, kesejahteraan akan menjadi milik kita semua.

        "Ini merupakan sebuah catatan sejarah baru. Indonesia tentunya bangga menjadi saksi dan memfasilitasi komitmen, upaya, dan aksi dalam meningkatkan status perempuan secara global khususnya dalam konteks pemulihan sosial-ekonomi bersama G20. Kami yakin upaya bersama ini dapat bermanfaat sebagaimana tema kita, Recover Together and Recover Stronger," tutup Menteri Bintang.

        Sementara itu, Chair Women 20 (W20) Indonesia sekaligus Ketua Bidang Luar Negeri Kongres Wanita Indonesia (KOWANI), Hadriani Uli Silalahi, mengungkapkan, diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan telah berlangsung lama dan menjadi tantangan yang harus dihadapi perempuan untuk diberdayakan sepenuhnya, untuk berpartisipasi, dan berfungsi secara setara dalam masyarakat dan ekonomi.

        "Kami juga memahami hambatan yang dihadapi perempuan dalam mencapai kebebasan finansial sambil mengakui besarnya peran UMKM perempuan dalam masa pemulihan ini. Selain itu, pemberdayaan perempuan di pedesaan dan perempuan penyandang disabilitas penting dalam proses membangun ketahanan sejak lama tertahan oleh keterbatasan akses dan karena situasi saat ini kita juga tidak bisa melewatkan perlunya pemerataan respons kesehatan yang meliputi kesehatan reproduksi dan kesehatan mental," tegasnya.

        "Oleh karena itu, fungsi dan tujuan dari side event W20 ini adalah untuk menerima masukan, wawasan, dan pemikiran untuk pengembangan pengetahuan W20 seperti yang disebutkan itu dalam strategi kami untuk membangun advokasi yang kuat. Kami perlu membangun kasus yang lebih kuat," ujar Uli.

        "Saya juga ingin mengingatkan semua orang di sini bahwa kita tidak dapat mengambil risiko kehilangan, kemajuan yang diperjuangkan dengan keras, kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan. Dengan bantuan dan dukungan semua pihak kita dapat menempatkan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki yang tercantum pada inti dari Agenda G20. Let's put Recover Together, Equally sebagai garda terdepan dalam pencapaian upaya G20 menuju kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan," imbuhnya.

        Co-Chair Women20 Indonesia yang merupakan Presiden Direktur and CEO XL Axiata, Dian Siswarini, menuturkan, sangat menyenangkan melihat kesungguhan komitmen dari berbagai negara yang mendukung perempuan mencapai potensi penuh mereka sebagai bagian dari angkatan kerja global untuk mengurangi kesenjangan gender.

        "Pemberdayaan dan inklusi ekonomi perempuan adalah kunci dalam mencapai agenda pembangunan berkelanjutan pada 2030 dan teknologi adalah pendorongnya. Digitalisasi membawa potensi besar untuk mempercepat pemberdayaan perempuan," katanya.

        "Namun, masih banyak yang terpinggirkan dari ekonomi digital. Meski begitu, saya percaya tahun ini kita memiliki kesempatan unik untuk melihat lebih jauh dan mengkatalisasi inklusi keuangan untuk menutup kesenjangan gender. Jalan untuk mengakhiri diskriminasi masih panjang. Namun, dengan bekerja sama, target dapat dicapai, dan mulai sekarang, saya yakin kita bisa mempercepat prosesnya. Jadi, kita semua bisa Recover Together, Equally," ujar Dian.

        Pertemuan side event W20 ini dihadiri oleh perwakilan dari W20; LSM di dunia, wilayah regional, dan nasional, universitas, mitra pembangunan, dan praktisi individu yang berkumpul bersama untuk mengadvokasi salah satu isu yang paling strategis di dunia yaitu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rena Laila Wuri
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: