Blak-blakan! IRESS dan Asosiasi Serikat Pekerja Ingatkan Bahaya Pekerja China Bagi Indonesia!
Maraknya investasi dari China seharusnya dapat memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia baik itu devisa maupun serapan tenaga kerja. Namun hal tersebut tidak berjalan dengan seharusnya akibat banyaknya pelanggaran yang merugikan bagi Indonesia.
Direktur Indonesian Recources Studies (IRESS) Marwan Batubara mengatakan, pelanggaran yang dilakukan investor China sudah berlangsung cukup lama namun pemerintah tidak melakukan tindakan untuk menghadapi kesalahan tersebut.
Baca Juga: IRESS Bongkar Manipulasi dan Kejahatan Investasi Smelter Nikel China di Indonesia
"Pengalaman sejak tahun lalu pelanggaran ini sudah lama berlangsung mungkin pada saat ini juga terus berlangsung dan ini langsung disampaikan ke DPR, pemerintah dan masalahnya pemerintah tidak melakukan apa-apa," ujar Marwan dalam diskusi virtual, Rabu (2/3/2022).
Marwan mengatakan, sikap pemerintah maupun perusahaan yang tidak bergeming ketika ada gugatan menandakan perusahaan tersebut merasa aman dan dilindungi di indonesia meskipun telah melakukan pelanggaran.
"Masalahnya sudah digugat sejak setahun lalu dan masih berlangsung itu artinya bahwa perusahaan asing merasa aman dan merasa dilindungi meskipun mereka melakukan pelanggaran sama saja antara pengusaha dan investor yang datang kelakuannya sama, melanggar konstitusi mengambil hak rakyat dan mengambil aturan yang sangat banyak," ujarnya.
"Jadi kalau sudah diungkap berkali-kali tidak bergerak berarti ada oknum kenapa pemerintah todak mau mendengar bahwa faktanya ini sangat merugikan," imbuhnya.
Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek Indonesia) Mirah Sumirat mengatakan, betapa berbahayanya tenaga asing asal China yang saat ini diperkirakan sudah hampir satu juta tenaga kerja.
Menurutnya, tenaga kerja asal China ini berbahaya karena di sana setelah SMA dilakukan wajib militer selama dua tahun. Selain itu mayoritas pekerja China yang datang ke Indonesia adalah tentara yang pensiun dini.
"Pada 2017 saya mendengar 50 persen tentara China di pensiun dinikan karena mau berbasis teknologi persenjataanya lalu 50 persen lagi dipekerjakan di sektor BUMN dan di negara lain salah satunya di indonesia, jadi ini memang luar biasa," ujar Mirah.
Baca Juga: Dear Fresh Graduate, Ada Pesan Khusus Nih dari Warren Buffett: Carilah Pekerjaan yang...
"Harapan saya konsentrasi juga akan begitu banyaknya, TNI Polri harus fokus akan tenaga kerja asal China karena dari sisi keamanan bisa membahayakan," imbuhnya.
Selain itu, mayoritas daripada pekerja yang datang dari China ke Indonesia merupakan pekerja kasar dan memiliki upah yang jauh dibandingkan dengan pekerja Indonesia.
"Jadi upahnya mereka yang sekelas sekuriti itu Rp25 juta kemudian tukang las staf-stafnya hampir rata-rata gajinya di atas Rp30 jutaan, artinya mereka dikonfirmasi selain mereka tidak punya keahlian tapi gajinya di atas UMP pekerja buruh indonesia," ujarnya.
Mirah mengatakan, berdasarkan informasi dari pekerja di Sulawesi tidak sedikit pekerja yang meninggal di kawasan industri asal China tersebut. Melihat hal tersebut menurutnya keselamatan dan kesehatan pekerja tidak diperhatikan.
"Saya juga menyoroti kinerja dari Disnaker di kota atau kabupaten provinsi yang ada investor China di sana tidak berdaya, kalau saya tanya teman di sana bu saya si sudah kenceng tapi dari pusat bahwa tolong diberhentikan penyelidikan anda dan ini luar biasa," jelasnya
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Aldi Ginastiar