Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gejolak Harga Batubara, Dirut PTBA: Sebagai BUMN Harus Memprioritaskan Kebutuhan Dalam Negeri

        Gejolak Harga Batubara, Dirut PTBA: Sebagai BUMN Harus Memprioritaskan Kebutuhan Dalam Negeri Kredit Foto: Antara/Budi Candra Setya
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Melonjaknya harga energi dunia pada 2021 ditambah dengan adanya invasi Rusia ke Ukraina memberikan angin segar bagi perusahaan pertambangan nasional salah satunya adalah PT Bukit Asam (PTBA).

        Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTBA Farida Thamrin mengatakan gejolak harga tersebut harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan cara meningkatkan produksi.

        Baca Juga: PTBA Berhasil Produksi Batubara Hingga 30,04 Juta Ton Sepanjang 2021

        "Harga batubara ini kami manfaatkan semaksimal mungkin. Ini juga inline dengan RKAP kami. Misalnya, dari sisi produksi naik 21 persen. Jadi apabila ini bisa dimanfaatkan secara baik, maka ini bisa mendukung bisnis," ujar Farida dalam konfrensi pers virtual, Senin (7/3/2022).

        Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan meskipun ada lonjakan harga batubara dunia, perseroan tetap akan mengikuti Rancangan Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Dimana dalam RKAP tersebut PTBA mendapatkan kewajiban untuk memenuhi 25 persen domestic market obligation (DMO).

        Dengan begitu perseoran tidak akan menambah porsi ekspor bilamana harus mengurangi kebutuhan dalam negeri yang menjadi kewajiban perusahaan pelat merah tersebut.

        "Jadi kami, dari PTBA akan ikuti aturan-aturan dalam RKAP. Tambahan porsi ekspor, tentunya kembali ke RKAP. Tapi PTBA sebagai BUMN tentunya tidak mengejar keuntungan tetapi kami juga harus memprioritaskan kebutuhan dalam negeri," ujarnya.

        Sementara itu, Direktur Pengembangan Usaha PTBA, Rafli Yandra mengatakan penambahan ekspor tidak akan mengarah ke presentase antara kebutuhan ekspor dan dalam negeri melainkan jumlahnya.

        "Tetapi secara quantity bertambah. Totalnya bisa 35 juta ton. penjualan jangka panjang dengan index link makanya inline dengan index kita," ungkapnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: