Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Wamentan Bongkar Permasalahan Minyak Goreng, Ternyata Oh Ternyata...

        Wamentan Bongkar Permasalahan Minyak Goreng, Ternyata Oh Ternyata... Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Wakil Menteri Pertanian RI, Harvick Hasnul Qolbi, menjelaskan, persoalan minyak goreng yang terjadi saat ini sebagai imbas harga sawit internasional yang tinggi. Meskipun demikian, Wamentan meminta agar masyarakat tetap berprasangka baik terhadap pemerintah.

        "Kalau kita sikapi dan dari awal dan sudah dikomunikasikan dengan pelaku bisnis minyak goreng ini, harusnya tidak terjadi masalah yang sekarang terjadi," ungkap Harvick dalam pemaparannya di acara diskusi virtual Forum Diskusi Salemba Policy Center Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) bertajuk "Strategi Pemerintah dalam Memenuhi Aspek Kebutuhan Pangan Pokok", Kamis (24/3/2022).

        Baca Juga: DPRD Desak "Durhaka" dengan Aturan Kemendag Soal Minyak Goreng, Anak Buah Anies Kasih Penjelasan

        Menurutnya, ada langkah tercepat, jangka menengah, dan jangka panjang dalam menjawab masalah kemandirian pangan yang diharapkan presiden. Namun, soal kemandirian pangan, proteksi terhadap nasional harus selalu diedukasi ke masyarakat.

        "Berpikir positif bagaimana soal kemandirian pangan ini. Jika kita harus sulit dulu, diembargo dulu, kita harus lakukan sama-sama. Masyarakat harus bisa menerima itu dan pemerintahnya juga terbuka," ungkapnya.

        Adapun Ketua Umum ILUNI UI Andre Rahadian mengatakan, strategi pemerintah dalam memenuhi aspek kebutuhan pangan pokok merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Jika kilas balik, ini merupakan janji di awal pemerintahan Presiden Jokowi untuk ketahanan pangan.

        "ILUNI UI menilai ini hal penting, apalagi kita akan masuk bulan Ramadan. Kami akan memberikan berbagai masukan yang diperlukan. Apalagi, kita sebagai bangsa agrikultur harusnya punya potensi besar ketahanan pangan dan pembatasan impor," ungkapnya.

        Pada kesempatan yang sama, Ketua Policy Center ILUNI UI M. Jibriel Avessina juga menyatakan komitmennya untuk memberikan solusi untuk kondisi ketersediaan pangan saat ini. "Kami mengundang Pak Wamentan untuk bisa memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait kondisi saat ini. Kami juga berupaya memberikan gagasan solutif terbaik untuk masyarakat," katanya.

        Sementara, Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi menilai, persoalan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng ini bukan tentang mafia. Ia menilai orang yang menjual crude palm oil (CPO) ke luar bukan dikategorikan sebagai mafia. "Itu orang cari untung bukan mafia. Undang-undang kita tidak menganut anti-profiteering, yang kita anut KPPU atau anti-trust seperti di Amerika. Ketika dia mau mengambil keuntungan ya sah-saja. Ini kan mekanisme pasar," ungkapnya.

        Seharusnya, ketika ingin memberikan Harga Eceran Tertinggi (HET) di atas harga pokok produksi, bukan dijual dengan harga di bawah tapi di atas harga produksi sehingga tidak semestinya produsen menjual rugi minyak.

        "Kalau ada dual pricing, ada curah ada minyak goreng kemasan yang tidak disubsidi, ini nanti curahnya ilang. Di Jawa Tengah, Jawa Timur, udah ilang semua karena dual pricing. Ada black market," imbuhnya.

        Ada sejumlah solusi yang bisa dilakukan oleh Kementerian Perdagangan RI (Kemendag) dalam menjaga stabilitas harga minyak goreng. Kemendag dapat menggunakan sistem resi gudang selain membentuk mekanisme hedging dan menstabilisasi harga karena ada efek skala ekonomis, apalagi dipadukan dengan Bulog.

        Fithra menyebutkan, ini bukan hanya tanggung jawab Kemendag saja. Pemerintah bisa menggunakan data Kemensos yang sudah sangat lengkap untuk menyalurkan bantuan sosial yang lebih tertarget.

        "HET ditetapkan harga 19 ribu, untuk yang kaya tidak masalah, yang punya masalah kita bantu. Ada konsolidasi dengan kalangan produsen. Jangan dimusuhin. Justru harusnya diajak ngobrol untuk kepentingan nasional. Jangan dituduh mafia juga," jelasnya.

        Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, ada berbagai hal yang sudah dilakukan untuk menjaga ketersediaan pangan. Badan Pangan Nasional telah menyiapkan neraca komoditas.

        Selain itu, jelang puasa dan Lebaran, sembilan komoditas yang ada di Perpres No. 66 tahun 2021 jadi perhatian bersama. Koordinasi dengan kementerian lembaga pun telah dilakukan, melibatkan BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

        Baca Juga: Tegas! Satgas Pangan Polri Buka Suara Soal Mafia Minyak Goreng: Jadi Temuan Kami...

        "Kita duduk dengan pengusaha-pengusaha untuk support sehingga sembilan komoditas dalam Perpres bisa dijaga bersama-sama. Jadi, kuncinya hari ini adalah kolaborasi dan sinergisitas," ujarnya.

        Plt Deputi Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Prof. Risfaheri mengatakan, persoalan bukan pada ketersediaan pangan, tapi pemerataannya. Dia juga menjelaskan berbagai strategi dilakukan Badan Pangan Nasional, terutama menjaga ketersediaan dan pemerataan pangan jelang Ramadan.

        "Lembaga Badan Pangan Nasional telah berkoordinasi dengan lembaga dan kementerian terkait, pengusaha, petani, peternak untuk memastikan pasokan pangan terpenuhi dengan baik dan tersedia secara merata menjelang Ramadan," jelasnya.

        Dalam menghadapi Ramadan dan Idulfitri, ia menjelaskan, Badan Pangan Nasional melakukan pemantauan berdasarkan data atau lapangan, pengecekan sumber produksi dan tempat pemasarannya, serta mengupayakan ketersediaan daging sapi dengan menambah pasokan sapi hidup dari Jatim, Jateng, serta Sumbawa ke Jabodetabek.

        "Mudah-mudahan langkah-langkah ini bisa menurunkan atau menekan harga daging sapi di Jakarta," ujarnya.

        Pada kesempatan yang sama, Dewan Pengawas Bulog Donny Gahral Adiansyah menyatakan kesiapan Bulog bersama ID Food dan anak-anak perusahaannya dalam mengamankan pangan nasional. Ada sembilan komoditas yang ditugaskan ke Bulog dan Badan Pangan Nasional sesuai Peraturan Presiden (Perpres) No. 66 Tahun 2021.

        "Prinsipnya, sesuai Prepres No. 66, jika Badan Pangan Nasional menugaskan Bulog untuk mengamankan ketersediaan dan harga komoditas yang sedang langka, maka Bulog siap," katanya.

        Dia meyebutkan, soal masalah ketersediaan dan harga bisa teratasi. Bulog memiliki kemampuan baik secara finansial, infrastruktur, maupun jejaring dari Sabang sampai Merauke untuk melakukan itu semua.

        Bulog memiliki sekitar 1.600-1.700 gudang dari Sabang sampai Merauke. Infrastruktur pascapanen juga jumlahnya ratusan. Selain itu, ketersediaan pasokan daging sudah Bulog siapkan juga.

        "Sepanjang tahun, Bulog dan ID Food terus menerus berusaha menjaga stabilitas harga. Jadi, bilamana terjadi gejolak, kami siap melakukan operasi pasar untuk mengamankan pasokan harga," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: